Semua Bab Beautiful Pain : Bab 101 - Bab 110
129 Bab
Bab 101. The Truth II
“Mommy…” Suara Rikkard polos memasuki kamar Audrey. Refleks, Xander dan Audrey mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Tampak mata Rikkard mengerjap beberapa kali melihat sosok pria yang ada di samping Audrey.“Daddy? Is that you?” Wajah Rikkard sumiringah bahagia melihat Xander datang. Mata sembab akibat menangis kemarin memancarkan kebahagiaannya kala melihat Xander.Hati Xander menghangat setiap kali Rikkard memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’, senyuman samar di wajah Xander terus terlukis. Gelenyar rasa bahagia menelusup ke dalam dirinya memancarkan sebuah pengharapan.“Rikkard! Masuk ke kamar sekarang!” Audrey menyeka sisa air matanya, lalu menarik tangan Rikkard sedikit kasar, menjauh dari kamarnya.“Mommy! Aku ingin bersama Daddy!” Rikkard berontak meraung menangis kala Audrey menarik tangannya. Dengan sigap, Xander maju dan langsung menggendong Rikkard. Tangis Rikkard pun terhenti kala sudah di gendongan Xander.“Xander! Berikan Rikkard padaku!” Audrey hendak menga
Baca selengkapnya
Bab 102. Regret
“Daddy ingin pergi ke mana?” Rikkard yang baru saja bangun tidur, menatap Xander yang sudah rapi seperti ingin pergi. Bocah laki-laki itu mengerjapkan mata beberapa kali, tatapannya begitu polos hingga mampu menyihir semua orang yang ada di sana. “Sayang, Daddy-mu harus pulang ke rumahnya.” Audrey yang ada di samping Rikkard memberikan pengertian pada Rikkard. Pasalnya, tak mungkin Xander bermalam lagi di sini. Lebih tepatnya, Audrey tak ingin Xander bermalam di apartemennya lagi. Sudah cukup satu malam saja! Audrey tak tenang jika Xander berada di apartemennya. “Kenapa kita tinggal terpisah?! Daddy dan Mommy harus tinggal di tempat yang sama. Tidak boleh terpisah!” Rikkard ngamuk mendengar ucapan Audrey. Bocah laki-laki itu menggulingkan badannya ke lantai seraya berteriak-teriak tak mau tinggal berpisah dengan sang ayah. “Rikkard, jangan seperti itu, Nak.” Audrey hendak menggendong Rikkard, namun Xander lebih dulu menggendong Rikkrad. Audrey tak bisa berbuat apa pun kalau Rikkard
Baca selengkapnya
Bab 103. Addicted
“Xander?” Jantung Audrey nyaris berhenti melihat Xander berada di hadapannya. Kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran melingkupi dirinya. Jika Xander berhasil masuk ke dalam, artinya penjaga di depan berhasil dilumpuhkan. Sejak Audrey bercerai dengan Xander, ayahnya melarang Xander menginjakan kaki ke mansion keluarganya.“Kau—” Athes bangkit berdiri, mentap Xander penuh amarah. Sorot mata Athes begitu tajam layaknya ingin membunuh Xander. Miranda yang ada di samping Athes, buru-buru memeluk erat lengan Athes. Miranda tak mau sampai Athes main hakim sendiri.“Aku sudah tahu tentang Rikkard. Tujuanku ke sini karena aku ingin menikahi putrimu lagi. Aku tahu kau membenciku atas apa yang telah aku lakukan di masa lalu. Tapi aku menyadari semua kesalahanku. Aku berjanji akan menebus kesalahanku. Aku mohon maafkan aku,” ujar Xander berkata lantang, jantan, dan matang.Raut wajah Athes berubah mendengar ucapan Xander. Pria paruh baya itu melirik Audrey yang menunduk tak berani menatapnya. Rah
Baca selengkapnya
Bab 104. Hopeless
Aroma soup membuat Audrey yang tertidur pulas langsung mengerjapkan mata, menandakan akan segera terbangun dari tidur pulasnya. Bulu mata lentik Audrey bergerak-gerak beirama dengan pelupuknya. Perlahan, ketika mata Audrey sudah terbuka, matanya menyipit melihat kamar maskulin yang tak asing di matanya.“Selamat sore, Nyonya Audrey. Silahkan di makan soup-nya,” sapa sang pelayan sopan kala Audrey sudah membuka mata.Audrey memijat tengkuk lehernya. Tubuhnya terasa sedikit pegal dan sangat lelah. Namun, ingatan wanita itu nampaknya belum sepenuhnya ingat. “Aku di mana?” tanyanya seraya menahan ringisan perih di inti tubuh bagian bawahnya.“Nyonya, Anda di penthouse Tuan Xander,” jawab sang pelayan sopan—dan seketika itu juga membuat Audrey terdiam. Tak bisa mengatakan sepatah kata pun. Manik mata abu-abu Audrey memendung sebuah amarah tertahan. Kepingan memori pun mulai tertata di otak Audrey layaknya puzzle yang telah tersusun. Raut wajah Audrey memerah menahan emosi yang ingin meled
Baca selengkapnya
Bab 105. Hopeless II
Jarum jam dinding menunjukan pukul 7 malam. Audrey masih tetap berada di penthouse Xander bersama dengan Rikkard. Terpaksa, Audrey masih tetap berada di penthouse Xander karena Audrey malas bertengkar dengan Xander. Lebih baik mengalah sebentar demi kebaikan. Selain itu, Audrey pun tak tega merusak kebahagiaan Rikkard. Yang selalu membuat Audrey menyingkirkan egonya adalah Rikkard.Kini Audrey berada di ruang bermain Rikkard, menemani Rikkard yang tengah bermain dengan robot-robotan. Entah, Xander ada di mana. Mungkin Xander berada di ruang kerjanya karena tak ingin membuat amarah Audrey terpancing. Mengingat tadi sore mereka berdebat.Suara dering ponsel terdengar, membuyarkan lamunan Audrey. Refleks, Audrey mengambil ponselnya, dan menatap ke layar tertera nama Dakota di saja. Beberapa detik, Audrey menghela napas dalam. Audrey yakin pasti Dakota panik Rikkard tak ada. Tanpa menunggu lama, Audrey segera menjawab panggilan itu.“Hallo, Dakota?” jawab Audrey kala panggilan terhubung.
Baca selengkapnya
Bab 106. Kidnapping
Tanpa terasa, sudah lebih dari satu minggu Audrey tinggal di penthouse Xander bersama dengan Rikkard. Selama tinggal dengan Xander, Audrey selalu membuatkan sarapan ataupun makan malam. Pasalnya, Rikkard bisa makan lahap kalau dirinya yang memasak. Bukan hanya Rikkard saja yang lahap makan, tapi Xander pun juga bisa lahap makan setiap kali Audrey yang membuatkan makanan.Sungguh, Audrey tak pernah menyangka akan berada di titik sekarang ini. Titik di mana, Audrey menyiapkan makanan untuk Xander dan Rikkard. Andai saja, Xander tak pernah memberikan luka sedalam ini, maka mungkin saja sekarang Audrey bersama dengan Xander dan Rikkard akan menjadi keluarga yang bahagia.Luka yang Audrey dapatkan terlalu menyakitkan. Meski demikian, Audrey telah memaafkan apa yang Xander lakukan. Memaafkan bukan berarti memberikan kesempatan kedua untuk Xander. Tidak! Audrey telah berjuang susah payah melewati jalanan penuh paku. Tak mungkin Aurey kembali ke masa lalu yang telah menghancurkan dirinya.Mem
Baca selengkapnya
Bab 107. Pregnant?
“Selamat pagi, Tuan. Saya Tina, asisten Nyonya Audrey Russel. Maaf Anda mencari siapa, Tuan?” Tina—asisten pribadi Audrey baru saja hendak menuju ruang kerja Audrey. Namun langkahnya terhenti melihat sosok pria tampan dengan pakaian formal kantor. Sebelumnya Tina sudah mendapatkan kabar dari Audrey kalau Audrey akan ke kantor. Itu kenapa Tina hendak menyiapkan ruang kerja Audrey, memastikan di ruang kerja Audrey tak ada hal yang kurang.“Hi, aku Frank Ewald. Aku ke sini karena memiliki janji bertemu dengan Audrey,” ujar Frank memberitahu Tina dengan suara tenang dan tersirat tigas.“Ah, Anda sudah memiliki janji bertemu dengan Nyonya Audrey?” ulang Tina memastikan. Pasalnya tadi Audrey tak meninggalkan pesan apa pun padanya. Yang Tina tahu Audrey hanya akan datang ke kantor. Audrey tak bilang pada Tina kalau memiliki janji bertemu dengan seseorang. Mungkin saja Audrey lupa menyampaikan. Itu yang ada di dalam pikiran Tina saat ini.Frank menganggukan kepalanya. “Iya, aku sudah memiliki
Baca selengkapnya
Bab 108. I'll Always Protect Her
“Tuan, kondisi Nyonya Audrey baik-baik saja. Kandungannya pun berhasil diselamatkan. Beruntung Anda membawa istri Anda tepat waktu. Kalau saja Anda terlambat sedikit saja, besar kemungkinan janin yang ada di kandungan Nyonya Audrey tidak bisa selamat akibat terlalu banyak menghirup asap dari api.”Tubuh Xander mematung mendengar semua yang sang dokter katakan. Ritme debaran jantungnya berpacu lebih cepat. Manik mata cokelat gelap Xander menunjukan banyaknya rasa yang muncul dalam benak dan hatinya. Bahagia dan bingung bercampur menjadi satu.“H-hamil? Istriku hamil?” ulang Xander memastikan. Tentu Xander yakin anak yang ada di kandungan Audrey adalah anaknya, tapi Xander tak menyangka belum juga satu bulan dirinya dan Audrey bertemu, sudah bisa membuat istrinya hamil.“Maaf, Tuan, apa Anda tidak tahu istri Anda hamil?” ujar sang dokter seraya menatap lekat Xander.Xander menggeleng. “Aku dan istriku sudah lama tidak bertemu. Kami belum sampai satu bulan bertemu. Apa proses kehamilan b
Baca selengkapnya
Bab 109. Audrey’s Anger
Jemari lentik Audrey mulai bergerak-gerak bersamaan dengan pelupuk matanya. Perlahan, ketika mata Audrey sudah terbuka, wanita itu menangkap cahaya putih. Aroma khas rumah sakit membuat otak Audrey detik itu juga bekerja seolah menggali memori. Mata Audrey menyipit kala sudah terbuka sempurna. Rasa pusing di kepalanya menyerang membuatnya meringis menahan rasa sakit.“Sayang? Akhirnya kau sadar.” Miranda memeluk putrinya, dan memberikan kecupan di pipi putrinya itu. Rasa cemas di hati Miranda mulai membaik melihat Audrey sudah siuman. Athes yang ada di sana pun langsung mengecup kening Audrey. Hati Athes tenang karena putrinya sudah sadar.“Kami senang kau sudah siuman, Sayang.” Marco dan Angela yang ada di sana pun memberikan pelukan bergantian pada Audrey.“Pa? Ma? Dad? Mom? Kalian semua di sini?” Audrey menatap bingung kedua orang tuanya serta Marco dan Angela. “Kenapa aku di rumah sakit?” tanyanya yang masih belum mengingat apa pun. “Kau tidak ingat kejadian yang menimpamu, Say
Baca selengkapnya
Bab 110. Audrey’s Anger II
Suara makian Audrey begitu keras pada Xander yang berdiri di hadapannya. Wanita itu memukul-mukul dada bidang Xander sekuat tenaga. Tampak jelas amarah Audrey begitu membakar dan tak bisa terkendali. Makian dan umpatan terus lolos di bibir Audrey. Emosi dalam diri benar-benar telah tersulut kala mengingat jenis obat yang diminumnya adalah obat penguat kandungan. Segala rasa campur aduk dalam hatinya membuat dirinya tak bisa memadamkan api kemarahan.“Audrey, tenangkan dirimu.” Xander menangkap kedua tangan Audrey dengan satu tangannya, berusaha membuat Audrey untuk mengendalikan dirinya.“Jawab aku! Obat apa itu, Sialan!” teriak Audrey dengan mata memerah menahan air mata.Xander mengembuskan napas panjang seraya memejamkan mata lelah. Xander memiliki alasan khusus kenapa tidak langsung memberitahukan Audrey tentang kehamilan wanita itu. Salah satu alasannya, Xander yakin kalau Audrey pasti mengamuk. Dan terbukti dugaan Xander menjadi kenyataan.“Audrey, dengarkan aku dulu.” Xander me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status