Jemari lentik Audrey mulai bergerak-gerak bersamaan dengan pelupuk matanya. Perlahan, ketika mata Audrey sudah terbuka, wanita itu menangkap cahaya putih. Aroma khas rumah sakit membuat otak Audrey detik itu juga bekerja seolah menggali memori. Mata Audrey menyipit kala sudah terbuka sempurna. Rasa pusing di kepalanya menyerang membuatnya meringis menahan rasa sakit.“Sayang? Akhirnya kau sadar.” Miranda memeluk putrinya, dan memberikan kecupan di pipi putrinya itu. Rasa cemas di hati Miranda mulai membaik melihat Audrey sudah siuman. Athes yang ada di sana pun langsung mengecup kening Audrey. Hati Athes tenang karena putrinya sudah sadar.“Kami senang kau sudah siuman, Sayang.” Marco dan Angela yang ada di sana pun memberikan pelukan bergantian pada Audrey.“Pa? Ma? Dad? Mom? Kalian semua di sini?” Audrey menatap bingung kedua orang tuanya serta Marco dan Angela. “Kenapa aku di rumah sakit?” tanyanya yang masih belum mengingat apa pun. “Kau tidak ingat kejadian yang menimpamu, Say
Suara makian Audrey begitu keras pada Xander yang berdiri di hadapannya. Wanita itu memukul-mukul dada bidang Xander sekuat tenaga. Tampak jelas amarah Audrey begitu membakar dan tak bisa terkendali. Makian dan umpatan terus lolos di bibir Audrey. Emosi dalam diri benar-benar telah tersulut kala mengingat jenis obat yang diminumnya adalah obat penguat kandungan. Segala rasa campur aduk dalam hatinya membuat dirinya tak bisa memadamkan api kemarahan.“Audrey, tenangkan dirimu.” Xander menangkap kedua tangan Audrey dengan satu tangannya, berusaha membuat Audrey untuk mengendalikan dirinya.“Jawab aku! Obat apa itu, Sialan!” teriak Audrey dengan mata memerah menahan air mata.Xander mengembuskan napas panjang seraya memejamkan mata lelah. Xander memiliki alasan khusus kenapa tidak langsung memberitahukan Audrey tentang kehamilan wanita itu. Salah satu alasannya, Xander yakin kalau Audrey pasti mengamuk. Dan terbukti dugaan Xander menjadi kenyataan.“Audrey, dengarkan aku dulu.” Xander me
“Mommy.” Rikkard melompat kegirangan kala melihat Audrey masuk ke dalam ruang bermainnya. Bocah laki-laki itu nampak senang Audrey datang. Dua pengasuh Rikkard yang ada di sana pun langsung menundukan kepalanya ketika Audrey datang.“Sayang.” Audrey memeluk Rikkard dan memberikan kecupan di pipi bulat Rikkard.“Mommy! Look at my new cars!” pekik Rikkard seraya menunjukan tiga mobil kecil yang bisa dia naiki. Meski mobil berukuran mini, tapi begitu elegan. Tak tanggung-tanggung, Rikkard sampai memiliki tiga mobil mini berwarna hitam, putih, dan navy.Audrey menghela napas dalam. “Rikkard, kau sudah memiliki dua mobil seperti ini di Tokyo. Kau sudah memiliki banyak sekali mainan, Rikkard.”“No, Mommy. Ini mobil jenis berbeda. Daddy yang membelikannya untukku. Daddy bilang dia juga akan membelikanku real cruise ship. Daddy loves me, Mommy,” jawab Rikkard begitu bangga pada Xander.“Rikkard. Mommy bukannya melarang, tapi Mommy sudah berkali-kali bilang padamu jangan membuang-buang uang, N
Audrey menggeliat seraya membuka matanya kala merasakan ada yang menyentuh wajahnya. Sayup-sayup ketika mata Audrey terbuka, tatapan Audrey menatap Xander yang memberikan kecupan bertubi-tubi di bibirnya. Audrey tak bisa menolak. Yang dia bisa lakukan hanya membiarkan Xander kala pria itu mencium bibirnya dengan penuh kelembutan. “Kau sudah bangun, hm?” Xander membelai pipi Audrey lembut dan hangat.Audrey tersenyum malu tapi tetap tersirat kesal. Yang membuat Audrey kesal adalah ketika dirinya mengingat kejadian tadi. Kejadian di mana pergulatan panas setelah perdebatan. Sungguh, Audrey tak menyangka akan sampai melakukan hal itu lagi dengan Xander. Ah! Benar-benar memalukan! Bibirnya selalu berkata tidak tapi malah tubuhnya selalu merespon setiap sentuhan Xander. Audrey mengakui dinding kebencian yang dia bangun sangatlah tipis. Cintanya pada Xander terlalu besar lebih dari rasa marahnya. Xander menyapukan hidungnya ke hidung Audrey. Senyuman malu-malu Audrey itu sangatlah menggem
Xander dan Audrey harus merelakan putra kecil mereka dibawa oleh Marco dan Angela. Baik Marco dan Angela merasa tak puas jika hanya bertemu dengan Rikkard satu hari saja. Menjadi cucu pertama di keluarga Foster, tentu membuat Rikkard layaknya anak emas yang sangat disayangi. Xena—adik bungsu Xander yang terkenal centil itu pun begitu menyayangi Rikkard.“Xander, tadi aku lihat Daddy dan Mommy bahagia sekali melihat Rikkard.” Audrey berucap seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang Xander. Sepulang Marco, Angela, dan Xena; Audrey dan Xander masih duduk di sofa ruang keluarga. Mereka menikmati waktu bersantai mereka sejenak.Xander mengecup kening Audrey. “Orang tuaku sudah sejak lama menginginkan cucu. Jadi wajar kalau orang tuaku senang sekali melihat putra kita.”Audrey mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Xander, menatap pria itu dengan tatapan hangat. “Tadi Xena juga sangat pintar mendekati Rikkard. Xena berhasil membuat Rikkard menyukainya. Aku benar-benar beruntung, memili
Audrey memilih untuk mengubur dalam masa lalunya. Hal-hal menyakitkan dulu, tak ingin lagi Audrey mengingatnya. Memang tak mudah untuk melupakan segalanya, tapi sesuatu hal akan bisa terasa mudah jika mau mencoba. Seperti Audrey yang memilih untuk terus mencoba melupakan segalanya. Luka itu masih ada dan masih terasa perih jika Audrey mengingat. Akan tetapi Audrey telah memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua untuk Xander—pria yang sangat Audrey cintai. Pria yang selalu berhasil memorak-porandakan hatinya.Audrey menyadari bahwa perpisahannya dengan Xander tetap membuat dirinya terbelenggu akan cintanya. Xander adalah cinta pertama Audrey, selalu dan akan tetap menjadi pria yang satu-satunya Audrey cintai. Selama tiga tahun berpisah, belum pernah Audrey memiliki niat dekat dengan pria lain.Teori mengatakan Audrey ingin menikah lagi dengan pria lain, membangun keluarga yang indah. Sayangnya praktek berkata bahwa Audrey tak sanggup untuk membangun sebuah hubungan dengan pria lain.
“Apa yang kalian bicarakan?” Audrey menatap Xander yang tengah berbisik-bisik di telinga Rikkard. Tampak kening Audrey mengerut dalam, melihat Xander dan Rikkard seperti tengah membicarakan hal rahasia. Xander menghentikan bisikan di telinga Rikkard kala melihat Audrey datang. Rikkard yang berada di pangkuan Xander pun memasang wajah seperti tengah merahasiakan sesuatu. Bocah laki-laki kecil itu sedari tadi senyum-senyum menggemaskan.“Mommy tidak boleh tahu urusan para laki-laki,” ucap Rikkard riang.“Jadi kau sudah berani merahasiakan sesuatu dari Mommy?” Audrey melangkah mendekat pada Rikkard, menatap Rikkard dan Xander penuh rasa curiga.“Daddy said ini rahasia antar laki-laki, Mom.” Rikkard berseru dengan nada yang begitu senang kala memiliki rahasia dengan sang ayah.Audrey menghela napas dalam. Tatapannya menatap jengkel Xander yang mengajari Rikkard menyembunyikan sesuatu darinya. Audrey hendak ingin memprotes tapi akhirnya Audrey memilih untuk mengurungkan niatnya.“Audrey,
Dilamar dengan cara yang luar biasa manis oleh pria yang sangat dicintai adalah impian Audrey. Tak pernah Audrey sangka kalau Xander akan melamarnya. Bahkan selama ini pun dirinya tak mengetahui kalau diam-diam Xander mengambil video kala dirinya tertidur pulas. Sungguh, lamaran Xander tadi malam adalah moment manis yang pernah dirinya alami sepanjang hidupnya. Audrey pernah kecewa dan pernah terluka akan masa lalunya. Tetapi semua itu seakan lenyap hilang bagaikan debu tergantikan dengan sebuah kebahagiaan. Rasa cinta Audrey jauh lebih kuat dari apa pun pada Xander. Audrey tak lagi mau mengingat-ingat apa yang menjadi masa lalu semu yang menyesakan di dada.“Mommy. Aku sudah siap.” Rikkard melangkah menghampiri Audrey dengan celana panjang dan coat berwarna cokelat tua. Tampak bocah laki-laki itu begitu tampan dan menggemaskan. Pipinya bulat dan sedikit memerah seperti pipi tomat.“Anak Mommy tampan sekali.” Audrey langsung memeluk erat Rikkard, menghujani wajah putra kecilnya itu