Tanpa terasa, sudah lebih dari satu minggu Audrey tinggal di penthouse Xander bersama dengan Rikkard. Selama tinggal dengan Xander, Audrey selalu membuatkan sarapan ataupun makan malam. Pasalnya, Rikkard bisa makan lahap kalau dirinya yang memasak. Bukan hanya Rikkard saja yang lahap makan, tapi Xander pun juga bisa lahap makan setiap kali Audrey yang membuatkan makanan.Sungguh, Audrey tak pernah menyangka akan berada di titik sekarang ini. Titik di mana, Audrey menyiapkan makanan untuk Xander dan Rikkard. Andai saja, Xander tak pernah memberikan luka sedalam ini, maka mungkin saja sekarang Audrey bersama dengan Xander dan Rikkard akan menjadi keluarga yang bahagia.Luka yang Audrey dapatkan terlalu menyakitkan. Meski demikian, Audrey telah memaafkan apa yang Xander lakukan. Memaafkan bukan berarti memberikan kesempatan kedua untuk Xander. Tidak! Audrey telah berjuang susah payah melewati jalanan penuh paku. Tak mungkin Aurey kembali ke masa lalu yang telah menghancurkan dirinya.Mem
“Selamat pagi, Tuan. Saya Tina, asisten Nyonya Audrey Russel. Maaf Anda mencari siapa, Tuan?” Tina—asisten pribadi Audrey baru saja hendak menuju ruang kerja Audrey. Namun langkahnya terhenti melihat sosok pria tampan dengan pakaian formal kantor. Sebelumnya Tina sudah mendapatkan kabar dari Audrey kalau Audrey akan ke kantor. Itu kenapa Tina hendak menyiapkan ruang kerja Audrey, memastikan di ruang kerja Audrey tak ada hal yang kurang.“Hi, aku Frank Ewald. Aku ke sini karena memiliki janji bertemu dengan Audrey,” ujar Frank memberitahu Tina dengan suara tenang dan tersirat tigas.“Ah, Anda sudah memiliki janji bertemu dengan Nyonya Audrey?” ulang Tina memastikan. Pasalnya tadi Audrey tak meninggalkan pesan apa pun padanya. Yang Tina tahu Audrey hanya akan datang ke kantor. Audrey tak bilang pada Tina kalau memiliki janji bertemu dengan seseorang. Mungkin saja Audrey lupa menyampaikan. Itu yang ada di dalam pikiran Tina saat ini.Frank menganggukan kepalanya. “Iya, aku sudah memiliki
“Tuan, kondisi Nyonya Audrey baik-baik saja. Kandungannya pun berhasil diselamatkan. Beruntung Anda membawa istri Anda tepat waktu. Kalau saja Anda terlambat sedikit saja, besar kemungkinan janin yang ada di kandungan Nyonya Audrey tidak bisa selamat akibat terlalu banyak menghirup asap dari api.”Tubuh Xander mematung mendengar semua yang sang dokter katakan. Ritme debaran jantungnya berpacu lebih cepat. Manik mata cokelat gelap Xander menunjukan banyaknya rasa yang muncul dalam benak dan hatinya. Bahagia dan bingung bercampur menjadi satu.“H-hamil? Istriku hamil?” ulang Xander memastikan. Tentu Xander yakin anak yang ada di kandungan Audrey adalah anaknya, tapi Xander tak menyangka belum juga satu bulan dirinya dan Audrey bertemu, sudah bisa membuat istrinya hamil.“Maaf, Tuan, apa Anda tidak tahu istri Anda hamil?” ujar sang dokter seraya menatap lekat Xander.Xander menggeleng. “Aku dan istriku sudah lama tidak bertemu. Kami belum sampai satu bulan bertemu. Apa proses kehamilan b
Jemari lentik Audrey mulai bergerak-gerak bersamaan dengan pelupuk matanya. Perlahan, ketika mata Audrey sudah terbuka, wanita itu menangkap cahaya putih. Aroma khas rumah sakit membuat otak Audrey detik itu juga bekerja seolah menggali memori. Mata Audrey menyipit kala sudah terbuka sempurna. Rasa pusing di kepalanya menyerang membuatnya meringis menahan rasa sakit.“Sayang? Akhirnya kau sadar.” Miranda memeluk putrinya, dan memberikan kecupan di pipi putrinya itu. Rasa cemas di hati Miranda mulai membaik melihat Audrey sudah siuman. Athes yang ada di sana pun langsung mengecup kening Audrey. Hati Athes tenang karena putrinya sudah sadar.“Kami senang kau sudah siuman, Sayang.” Marco dan Angela yang ada di sana pun memberikan pelukan bergantian pada Audrey.“Pa? Ma? Dad? Mom? Kalian semua di sini?” Audrey menatap bingung kedua orang tuanya serta Marco dan Angela. “Kenapa aku di rumah sakit?” tanyanya yang masih belum mengingat apa pun. “Kau tidak ingat kejadian yang menimpamu, Say
Suara makian Audrey begitu keras pada Xander yang berdiri di hadapannya. Wanita itu memukul-mukul dada bidang Xander sekuat tenaga. Tampak jelas amarah Audrey begitu membakar dan tak bisa terkendali. Makian dan umpatan terus lolos di bibir Audrey. Emosi dalam diri benar-benar telah tersulut kala mengingat jenis obat yang diminumnya adalah obat penguat kandungan. Segala rasa campur aduk dalam hatinya membuat dirinya tak bisa memadamkan api kemarahan.“Audrey, tenangkan dirimu.” Xander menangkap kedua tangan Audrey dengan satu tangannya, berusaha membuat Audrey untuk mengendalikan dirinya.“Jawab aku! Obat apa itu, Sialan!” teriak Audrey dengan mata memerah menahan air mata.Xander mengembuskan napas panjang seraya memejamkan mata lelah. Xander memiliki alasan khusus kenapa tidak langsung memberitahukan Audrey tentang kehamilan wanita itu. Salah satu alasannya, Xander yakin kalau Audrey pasti mengamuk. Dan terbukti dugaan Xander menjadi kenyataan.“Audrey, dengarkan aku dulu.” Xander me
“Mommy.” Rikkard melompat kegirangan kala melihat Audrey masuk ke dalam ruang bermainnya. Bocah laki-laki itu nampak senang Audrey datang. Dua pengasuh Rikkard yang ada di sana pun langsung menundukan kepalanya ketika Audrey datang.“Sayang.” Audrey memeluk Rikkard dan memberikan kecupan di pipi bulat Rikkard.“Mommy! Look at my new cars!” pekik Rikkard seraya menunjukan tiga mobil kecil yang bisa dia naiki. Meski mobil berukuran mini, tapi begitu elegan. Tak tanggung-tanggung, Rikkard sampai memiliki tiga mobil mini berwarna hitam, putih, dan navy.Audrey menghela napas dalam. “Rikkard, kau sudah memiliki dua mobil seperti ini di Tokyo. Kau sudah memiliki banyak sekali mainan, Rikkard.”“No, Mommy. Ini mobil jenis berbeda. Daddy yang membelikannya untukku. Daddy bilang dia juga akan membelikanku real cruise ship. Daddy loves me, Mommy,” jawab Rikkard begitu bangga pada Xander.“Rikkard. Mommy bukannya melarang, tapi Mommy sudah berkali-kali bilang padamu jangan membuang-buang uang, N
Audrey menggeliat seraya membuka matanya kala merasakan ada yang menyentuh wajahnya. Sayup-sayup ketika mata Audrey terbuka, tatapan Audrey menatap Xander yang memberikan kecupan bertubi-tubi di bibirnya. Audrey tak bisa menolak. Yang dia bisa lakukan hanya membiarkan Xander kala pria itu mencium bibirnya dengan penuh kelembutan. “Kau sudah bangun, hm?” Xander membelai pipi Audrey lembut dan hangat.Audrey tersenyum malu tapi tetap tersirat kesal. Yang membuat Audrey kesal adalah ketika dirinya mengingat kejadian tadi. Kejadian di mana pergulatan panas setelah perdebatan. Sungguh, Audrey tak menyangka akan sampai melakukan hal itu lagi dengan Xander. Ah! Benar-benar memalukan! Bibirnya selalu berkata tidak tapi malah tubuhnya selalu merespon setiap sentuhan Xander. Audrey mengakui dinding kebencian yang dia bangun sangatlah tipis. Cintanya pada Xander terlalu besar lebih dari rasa marahnya. Xander menyapukan hidungnya ke hidung Audrey. Senyuman malu-malu Audrey itu sangatlah menggem
Xander dan Audrey harus merelakan putra kecil mereka dibawa oleh Marco dan Angela. Baik Marco dan Angela merasa tak puas jika hanya bertemu dengan Rikkard satu hari saja. Menjadi cucu pertama di keluarga Foster, tentu membuat Rikkard layaknya anak emas yang sangat disayangi. Xena—adik bungsu Xander yang terkenal centil itu pun begitu menyayangi Rikkard.“Xander, tadi aku lihat Daddy dan Mommy bahagia sekali melihat Rikkard.” Audrey berucap seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang Xander. Sepulang Marco, Angela, dan Xena; Audrey dan Xander masih duduk di sofa ruang keluarga. Mereka menikmati waktu bersantai mereka sejenak.Xander mengecup kening Audrey. “Orang tuaku sudah sejak lama menginginkan cucu. Jadi wajar kalau orang tuaku senang sekali melihat putra kita.”Audrey mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Xander, menatap pria itu dengan tatapan hangat. “Tadi Xena juga sangat pintar mendekati Rikkard. Xena berhasil membuat Rikkard menyukainya. Aku benar-benar beruntung, memili