Semua Bab Ranjang Suami yang Terbagi: Bab 11 - Bab 20
90 Bab
Bab 11
"Kau tahu mbak? aku bahkan lebih suka melihatmu membanting piring dan mengajakku ribut daripada berwajah penuh drama seperti itu." Tuding Vania kemudian."Vania!" Teriak Rendi ketika baru saja melihat istri keduanya itu menyelesaikan kalimatnya."Sudah cukup kau mendesak Karin seperti itu. Tidakkah kau tahu jika ia sendiri yang memintamu tinggal disini?" Bentak Rendi tahan lagi, seakan tak terima dengan pernyataan yang diungkapkan Vania."Kenapa? Bukankah harusnya seperti itu? Aku yakin tak ada seorang istri yang bahagia melihat suaminya menikah lagi, tak mungkin hatinya tidak sakit ketika mengetahui suaminya berbagi ranjang atau menghabiskan malam dengan wanita lain. Ucapanku benar kan, Mbak?" Sinis Vania bicara."Jaga sikapmu Vania! bagaimanapun dia adalah kakak madumu, hormati dia sebagai istri pertamaku." Hardik Rendi kemudian."Oh ya!? Kalau begitu, tolong minta padanya untuk tidak melakukannya lagi. Tak perlu bersikap manis dan memintaku untuk tinggal bersama kalian, itu seperti
Baca selengkapnya
Bab 12
Vania menghela nafas panjang. Mengontrol kembali perasaan emosionalnya yang masih kuat. Cukup lama ia terdiam. Hingga sebuah kalimat akhirnya meluncur bebas dari bibirnya."Jika kau begitu memikirkan ucapan orang dan menjaga perasaan orang kedua orang tuamu ataupun orang disekitarmu. Lalu bagaimana dengan perasaanku? pernahkah sekali saja kau memikirkannya?" Tanya Vania lirih dengan salah satu ekor mata yang mulai basah.****Dengan cepat, Vania menepis air mata yang hendak jatuh. Memalingkan wajahnya sejenak demi menutupi kedua manik matanya yang ingin berderai.Menghela nafas panjang demi memenuhi rongga dadanya yang seakan kehabisan oksigen, adalah hal yang sekarang dilakukannya, tak lama, tatapan mata yang begitu menghujam kembali di lempar Vania pada suaminya, ia begitu geram mendengar alasan yang dikemukakan lelaki itu. Hatinya terluka karena keberadaan dan perasaannya seakan tak berarti apa-apa.Menikahi pria yang telah menikah memang berbeda. Ada perasaan dan harga diri yang d
Baca selengkapnya
Bab 13
"Bisakah kau bertahan setahun saja. Jika memang nantinya kau memang masih tak bisa menerima pernikahan kita, aku berjanji akan membebaskanmu. Setidaknya, kita sudah berusaha dan alasan perpisahan kita nantinya bisa diterima oleh kedua orang tua kita."***Vania mematung, mengatup bibirnya. Mencoba mencerna ucapan Rendi dengan seksama."Anggap saja ini sebuah permohonan dariku." Lanjut Rendi.Sebuah kecupan mendarat di pucuk kepala Vania. Senyum yang mengulas wajah tampan lelaki itu, membuat Vania diselimuti kebimbangan. Kedua sisi hatinya kini mulai berlawanan. Antara menerima atau menolak tegas permintaan suaminya."Kau tidak sedang memanipulasi pikiranku kan? Atau berusaha mencari keuntungan dari perkataanmu?" Mata Vania menyipit, mencari celah kemungkinan lelaki di hadapannya ini berbohong."Tidak, aku tidak mengambil keuntungan apapun, percayalah padaku.""Baiklah. Aku percaya padamu," Vania menyerah."Tapi, aku juga punya permintaan." "Katakan saja.""Jangan mengatur apa pun yan
Baca selengkapnya
Bab 14
"Kau tahu, Vania. Aku cemburu, aku sakit hati, dan aku juga membenci keadaan ini. Haruskah aku melakukan apa yang kau katakan? Menjadi seorang ratu drama dan berbuat hal yang buruk demi bisa mencelakaimu hanya agar kau terdepak dari sisi Rendi?" Lirih Karin hampir tak terdengar.***Vania menggigit kukunya sambil memandang lurus ke luar jendela. Sofa tunggal yang diletakkan dekat jendela kamarnya kini menjadi bagian favoritnya. Bulu mata lentiknya sesekali nampak mengipas wajah. Seakan mengekspresikan rasa bosan yang mendera.Awan mendung sudah menggelayut sejak pagi. Rasa malas begitu anggun menyelimutinya. bahkan untuk sekedar pergi ke minimarket yang ada di ujung kompleks pun kakinya terasa berat seperti di gantungi berkilo-kilo batu.Sudah hampir dua minggu sejak kepindahannya dari rumah Rendi dan menghuni rumah baru hadiah pernikahan yang diberikan ibu mertuanya. Rumah berlantai dua yang kini dihuni berdua dengan Bi Sumi, seorang asisten rumah tangga yang baru seminggu yang lal
Baca selengkapnya
Bab 15
"Kau tidak pulang ke rumahmu, mas?" Tanya Vania sedikit malas."Tidak, aku akan tidur disini malam ini." Mendengar jawaban Rendi, membuat gadis itu memutar bola mata malas, lalu melirik suaminya itu dengan pandangan bosan."Oh, Jangan bilang kalau kau terpaksa kemari karena disuruh Mbak Karin?" Sindir Vania.***Rendi menggeleng." Tidak. Karin tidak meminta. Aku sendiri yang memutuskan untuk tidur disini malam ini."Mendengar perkataan Rendi, segera Vania berpaling. Bola matanya kembali memutar malas ketika lelaki yang terpaut hampir tujuh tahun darinya itu sedang melepas sandalnya dan berniat untuk rebah di ranjangnya."Kau pakai kamar di lantai bawah saja, mas. Maaf, tapi aku ingin sendiri di kamarku." Tegas Vania sambil melempar tatapan tajam."Tak masalah." Mendengar jawaban Rendi yang tanpa perlawanan. Tentu saja membuat Vania sedikit kaget, karena tak biasanya lelaki itu bersikap ramah dan mengalah padanya. Sungguh, terkadang Vania tak bisa mengerti isi kepala lelaki ini."La
Baca selengkapnya
Bab 16
Wajah Rendi yang tadi mengulas senyum kini berubah dingin ketika membaca pesan Gio berikut pesan balasan yang ditulis Vania. Tak lama ia mengembalikan benda pipih itu ke tempatnya semula begitu terdengar langkah kaki seseorang mendekat. Dan Rendi meyakini pemilik langkah itu adalah Vania yang baru menyadari jika ponselnya masih tertinggal di kamar ini.***Keringat mengucur membasahi wajah Karin, begitu juga dengan mulutnya yang terus bergumam tidak jelas. Salah satu tangannya terangkat seakan ingin menggapai sesuatu, namun tak terjangkau.Cahaya lampu temaram yang berasal dari lampu tidur seakan mendukung. Rona ketegangan di wajah Karin seakan enggan berpindah. Begitupun dengan lehernya yang nampak kaku seakan ingin menjerit.Dengan nafas yang tersengal-sengal, Karin terbangun. Dahaga yang begitu kering seakan ikut mengkhianati dirinya. Tubuhnya begitu letih seperti kekurangan cairan.Tangan Karin menggapai di tengah temaramnya cahaya lampu, mencari segelas air yang biasanya diletakk
Baca selengkapnya
Bab 17
"Mas, apa sebelum kesini, kau dan Vania ...?""Aku tidur di ranjang Vania." Sahut Rendi pelan dengan mata terpejam."Oh," jawab Karin pendek. Tanpa sadar tangannya kini mengepal erat.****Motor yang membawa Vania akhirnya berhenti di sebuah bangunan rumah mewah bertingkat tiga. Rumah dengan gaya Mediterania klasik itu terlihat begitu anggun dan mengesankan.Seorang satpam penjaga tampak bergegas membuka pintu ketika melihat Vania membuka helmnya. Sambil mengulas senyum tipis, Vania mendorong motornya memasukinya halaman rumah keluarga Atmadja, mertuanya.Setelah memarkir motornya di dekat jejeran mobil mewah mertuanya, Vania mengambil sebuah paper bag yang rencananya akan ia berikan pada Helena, ibu mertuanya. Vania melirik ke sisi kanannya, tampak mobil hitam milik suaminya telah terparkir manis di sana. Tatapan matanya datar, tak ada emosi yang terlihat. Tak berselang lama, ia berbalik menuju pintu utama rumah mertuanya.Seorang asisten rumah tangga langsung menyambut kedatanganny
Baca selengkapnya
Bab 18
"Kau tidak masalah kan, sayang jika membiarkan mereka pergi kedua saja ke Bali untuk beberapa hari?" Lanjut Helena kemudian.Mendengar perkataan Helena seketika Vania merasa kepalanya begitu berat serta lidahnya kelu untuk berkata-kata. Sedang Karin, wanita itu sempat terdiam sejenak, lalu beberapa saat kemudian, meremas ujung pakaiannya sambil mengulas senyum getir di wajahnya.***Tenggorokan Vania seketika tercekat. "Bu-bulan madu, ma? Ba-bali?" Gugup Vania memastikan kebenaran ucapan Helena, Ibu mertuanya tadi."Iya, sayang. Setelah menikah, kau dan Rendi belum menikmati masa bulan madu kalian, benar kan?" Jawab Helena.Vania mengangguk samar, seakan membenarkan ucapan Helena. Setelah pesta pernikahannya tiga bulan lalu, ia dan Rendi memang belum mengecap indahnya berbulan madu. Bukan karena Rendi tidak menawarkan, tapi, Vania menolak dengan alasan perkerjaan di kantor sedang menumpuk yang tidak bisa ia tinggalkan.Lagipula, untuk apa harus berbulan madu ketika Rendi sendiri suda
Baca selengkapnya
Bab 19
Vania menghela nafas panjang. Sepertinya akan sulit baginya untuk menghindar. Bukan saja pernikahannya yang telah diatur bahkan jadwal bulan madu pun sudah terencana dengan begitu rapi. Membuatnya seakan ingin menenggelamkan tubuhnya ke dasar lautan yang paling dalam.***"Rasanya aku seperti tidak memiliki hak atau pun privasi terhadap hidupku sendiri." Vania berbisik begitu pelan."See! Tak ada masalah lagi kan? Semua orang sudah setuju," Tanya Helena dengan rona wajah penuh kepuasan.Hening.Tak ada suara apapun yang terdengar untuk menolak keinginan Helena. Kelihatannya wanita berdarah Skotlandia itu benar-benar pintar mengatur semuanya. Setidaknya, Vania mengakui kelebihan ibu mertuanya yang satu ini. Yang sangat suka memaksakan kehendak.Karin masih nampak meremas ujung pakaiannya. Sesekali ekor matanya melirik Rendi yang duduk bersandar sambil menatap layar televisi. Berharap lelaki itu akan berusaha menolak keinginan ibunya di menit menit terakhir. sayang, sepertinya harapanny
Baca selengkapnya
Bab 20
Mobilnya kini berhenti di sebuah pemakaman. Nafasnya terdengar berat seakan menahan beban yang begitu berat di pundaknya. Tak lama langkah kakinya membawanya mendekat ke sebuah makam. Lalu berhenti mematung diam setelah sebelumnya meletakkan sebuket bunga di sana"Mengapa kau membiarkan aku menanggung semua ini sendiri. Tak tahukah kau jika itu membuat hidupku begitu sengsara?" Lirih Karin dengan ekor mata yang mulai basah.***"Mbak, nanti siang mau dimasakin apa?" Tanya Bi Sumi, asisten rumah tangganya."Apa saja bi," jawab Vania cepat."Hmm, kalau ayam kecap mau?""Iya, itu juga boleh." Jawab Vania pelan."Lemes amat mbak, kayak nggak makan seminggu," Sindir Bi Sumi.Vania tak menjawab, hanya mengendikkan bahu. Sesekali terdengar ia mendengkus. Kelihatannya rasa lapar tidak ada dalam daftar yang hendak dilakukannya sekarang.Acara reuni akan di gelar besok siang di sebuah restoran berkonsep outdoor. Sebenarnya hampir setiap tahun acara temu alumni ini digelar, namun, tak sekalipun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status