All Chapters of Kukembalikan Suamiku Pada Mantan Istrinya: Chapter 21 - Chapter 30
85 Chapters
21. Racun Tikus
"Hei tau gak sih, ternyata bundanya Aqilla itu pelakor lho! Perebut laki orang!""Serius?""Iya. Gak nyangka kan? Padahal selama ini orangnya baik ya. Kok bisa sih rebut suami orang? Hiiih.""Aku pas diceritain saudaraku yang tinggal di kompleks rumah lakinya itu. Awalnya aku juga gak percaya. Tapi kenyataannya begitu lho!" "Jadi laki-laki yang sering datang ke rumahnya itu suami orang?""Iya, tapi lebih tepatnya itu mantan suaminya sendiri yang dia rebut lagi!""Lho dulu kenapa pisah?""Gak tahu lah ya, katanya sih dengar-dengar kabar dulu Bundanya Aqilla sendiri yang pergi dan sekarang setelah suaminya nikah lagi, dia malah kembali. Hadeeh gak habis pikir ya kenapa dulu pisah kalau sekarang rujuk lagi.""Udah gatel kali pengen digaruk. Jadi mantannya diembat lagi.""Bener ya, sebenarnya yang salah dua-duanya. Ulet bulu ketemu ulet bulu lainnya jadi gatel uget-ugetan.""Hahahaha ..." Tawa membahana meramaikan suasana pagi. "Hussh! Tawanya jangan keras-keras nanti orangnya denger lh
Read more
22. Berita Duka
"Ck! Dasar ayah gak pengertian!""Sudah jangan mengeluh begitu, El. Kamu yang udah teledor naruh racun tikus sembarangan, anak-anak kan gak tahu itu apa! Jangan menyalahkan orang lain, El."Panggilan itu terputus begitu saja. Aku sempat shock dan tak mampu berpikir apapun lagi. Aqilla keracunan? Kemana saja El ini, kenapa tak menjaganya dengan baik. Semoga Aqilla selamat ya Allah. Jantungku berdetak dengan kencang, bahkan lutut terasa lemas dan lunglai. Kuusap wajah dengan kasar, lalu mengembuskan nafas panjang berkali-kali. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang datang silih berganti.Belum juga masuk ke dalam cafe aku harus pergi lagi. Kuhubungi Andri, sahabat sekaligus bosku itu, meminta izin untuk ke rumah sakit. Sungguh aku tak enak hati, baru juga bekerja tapi sudah banyak izin."Apa? Anakmu keracunan?" tanya Andri di seberang telepon setelah kuberi tahu apa yang terjadi."Iya, bos. Aku mohon izin lagi.""Ya sudah cepat susul ke Rumah Sakit, gak usah pikirin pekerjaan dulu
Read more
23. Ketuk Palu
[Arini maaf hari ini, aku gak bisa hadir di persidangan. Aqilla meninggal]Aku terbelalak membaca pesan dari nomor asing, ternyata milik Mas Tiar. Ia pun melampirkan foto wajah pucat Aqilla. Innalilahi wa innailaihi roji'un. Aku tak menyangka gadis kecil yang periang itu meninggal? Apa dia sakit?[Aku turut berbelasungkawa atas kepergian Aqilla. Apa Aqilla sakit?]Tak ada balasan, mungkin dia sibuk mengurus prosesi pemakamannya. Ya sudahlah, semuanya sudah ketentuan Allah. Semoga ada hikmah dibalik ini semua.Hari ini sidang keduaku, aku datang membawa saksi, Mbak Ulfa dan dokter Ardhy akan bersaksi di hadapan hakim.Ya sejak panggilan sidang yang pertama minggu lalu, aku berusaha menguatkan diri.Mudah-mudahan proses perceraianku tak membutuhkan waktu lama dan berbelit-belit, agar secepatnya lepas darinya, tak apa menjadi janda asalkan aku bahagia. Kan Kutawaringin calon bayi ini dan juga ibu sebisaku, semampuku. Semoga Allah meridhoi jalannya.Sebentar lagi kita akan berpisah, Mas.
Read more
24. Hadiah di hari ulang tahun
"Mbak, apa-apaan kamu ini? Kenapa arogan sekali?!""Hei, kau tahu kenapa aku bersikap seperti ini padamu? Karena kamu yang sudah menghancurkan hidupku! Kamu mengambil semua milikku! Hidupku hancur sekarang, puas kamu!!" teriak El menggebu-gebu."Apa-apaan sih? Aku tidak melakukan apapun padamu, kenapa menuduhku sembarangan?! Itu semua bukan salahku, tapi karena takdir!" Arini tak terima dengan ucapan El. 'Enak saja, karena kematian anaknya aku yang disalahkan!' gerutu Arini."Dan Mbak, aku sudah resmi pisah dengan Mas Tiar! Jangan sangkut-pautkan aku lagi dengan hubungan kalian!"Keduanya beradu mulut dan semakin panas. Tiba-tiba, Elvina menyerang Arini, menarik kerudungnya hingga hampir terlepas. Tak mau kalah, Arini pun membalasnya. Ia menjambak rambut Elvina."Aw ... Sakit, Arini! Lepasin!" "Kau bilang kayak gini sakit? Kau duluan yang mulai! Memangnya kamu saja yang bisa bar-bar begini?!" Arini terus menyerangnya.Kondisi jalanan cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan, tapi ta
Read more
25. Dia ternyata ...
"Kalau berani, jangan main kasar sama perempuan, Men! Itu sama saja tindakan yang cemen."Mata Tiar membulat mendengar ocehannya. Sementara Arini pun tampak terkejut melihatnya."Kamu kan ...."Lelaki itu tersenyum miring. "Jadi lelaki seperti ini yang kalian ributkan? Ck! Gak pantas lelaki begini jadi rebutan?!""Ngomong apa kamu 'hah? Gak usah ikut campur deh urusan kami, dasar orang asing! Siapa kamu berani mencampuri urusan kami?!" Tiar yang tersulut emosi langsung menarik kerah jaket lelaki itu.Tapi dengan santai, Fabian melepaskan cekalan tangannya. "Gak level, gue adu jotos sama lu! Btw, cewek lu yang satunya cakep juga!" ujar Fabian sambil tersenyum penuh misteri."Apa maksudmu?" Tak memedulikan ucapan Tiar, Fabian justru berlalu ke dalam rumah. Ia merebahkan diri di atas sofa."Hei, tunggu! Kenapa kau masuk ke dalam? Bahkan aku tidak menyuruhmu masuk?!" tegur Arini, dia agak jengkel juga dengan sikap lelaki itu yang seenaknya sendiri. Seolah tak mendengarkan teguran Arini,
Read more
26. Akibat ulah El
"Bos, misi sudah selesai." Salah satu pria berbadan kekar yang mengenakan jaket hitam itu tengah menelepon seseorang."Apa kau sudah pastikan kalau dia celaka?" sahut suara dari seberang telepon, yang benar-benar menginginkan Arini celaka."Pasti Bos! Dia terjatuh dari motornya!" jawab preman itu."Sudah dipastikan belum?""Tidak sempat Bos, karena di belakang ada mobil yang melintas, jadi saat wanita itu jatuh kami langsung pergi.""Dasar bodoh! Bisa saja dia selamat! Kenapa kalian gak pastikan dulu sih!" pekiknya lagi geram."Maaf Bos, kami takut tertangkap."***Arini yang terjatuh dari motornya. Ia membuka mata, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Dua pengendara motor yang tadi seperti sengaja mencelakainya sudah kabur dengan kecepatan tinggi. Ia mencoba bangkit tapi kakinya terasa sakit seolah mati rasa, dan kepala yang terasa semakin berdenyut. Belum lagi nyeri hebat di sekitar perut. Satu hal yang kini ia khawatirkan, ia takut terjadi sesuatu pada bayinya.Sebuah mobil berhen
Read more
27. Penjilat bermuka dua
"Udah deh Mas, gak usah bahas ini. Pusing aku dengernya! Dah kamu kerja lagi sana! Cari uang yang banyak, kalau gak bawa uang jangan pulang sekalian!""Lho?!""Pokoknya aku gak mau ya Mas, hidup sama kamu jadi makin menderita! Kita udah kehilangan anak, harta, harusnya kamu berjuang dong! Bikin aku seneng! Jangan malah melempem kayak gini!!" tukas Elvina penuh emosi."Terus aku harus gimana, El?!""Ya gak tahulah, pikir aja sendiri! Kamu laki-laki lho, Mas! Kamu harus bertanggung jawab! Aku jadi males sama kamu! Kamu punya otak harusnya buat mikiiiirrr! Kamu kan bisa manfaatin bosmu yang kaya itu, Mas!"Brakk ...! Pintu ditutup dengan kasar. Elvina pun pergi entah kemana. Dia memakai baju ketat nan seksi dan tas dan sepatu hak tinggi, penampilannya cukup glamour menurutku. Aku mengurut keningku, rasanya begitu penat. Kenapa El tiba-tiba berubah? Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan?Sepanjang hari aku masih memikirkan kata-kata El, walau aku ada di Cafe tapi pikiranku melal
Read more
28. Lelaki yang aneh
"Aku bisa bantu kamu balasin dendammu lho!" "Dendam apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti."Apa kamu gak sadar? Kemalangan yang menimpa kamu ini adalah sebuah kesengajaan?""Tidak perlu, aku akan pergi dari kota ini. Lebih baik menghilang saja dari pada terus terlibat dengan orang-orang dzolim."Fabian tersenyum miring. "Kau yakin tidak mau balas dendam? Aku hanya menawarimu sekali saja lho, gak ada ulangan untuk yang kedua kali. Aku bisa dengan mudah menghancurkan seseorang. Bagaimana?"Aku tersenyum kecut. "Tuan Fabian yang terhormat, terima kasih karena anda sudah menolongku. Tapi aku tidak berminat untuk balas dendam apalagi dibantu oleh orang sepertimu. Karena aku yakin, pasti ada harga yang harus kubayar!"Lagi dan lagi, lelaki yang ada di hadapanku justru terkekeh, entah apa yang lucu. "Cucok! Kamu memang cerdas! Pantas saja Ardhy tergila-gila sama kamu. Aku jadi penasaran, hubungan kalian udah sejauh mana? Kau tahu, melihatmu yang jual mahal seperti ini aku jadi makin merasa te
Read more
29. Rahasia ibu
"Nak Arini, ibu punya satu permintaan padamu.""Apa itu, Bu? Katakan saja, Bu.""Begini, Nak, kalau ibu sembuh, tolong bawa ibu menemui Bapak Unggul Adiningrat.""Unggul Adiningrat? Siapa dia, Bu?"Ibu menghela nafas dalam-dalam. Ibu terlihat bimbang untuk mengatakannya. Apa adalagi yang tidak kumengerti? Selain ibu memang sudah jadi janda semenjak Mas Tiar masih remaja?"Beliau bapak kandung ibu. Seperti yang ibu ceritakan waktu itu, kalau ibu sudah pergi dari rumah dan tiga puluh tahun tidak pernah pulang kampung. Saat ini ibu sangat rindu pada mereka. Ibu berharap, mereka masih hidup, agar ibu bisa meminta maaf padanya."Mendengar jawaban ibu, membuat hatiku kembali teriris perih. Kulihat wajah ibu memendam rasa penyesalan yang teramat dalam."Iya, Bu. Nanti Arini temani ibu pulang. Dimana kampung ibu?""Solo, Nak."Aku mengangguk lagi. "Ya sudah yang penting ibu sehat dulu ya."Ibu tersenyum dan mengangguk. Kegetiran yang tersirat dalam wajahnya berangsur pudar.Aku tak tahu tenta
Read more
30. Tentang Unggul Adiningrat
"Benar Nak, rumah ini sepertinya tidak banyak berubah. Masih sama seperti terakhir ibu keluar dulu."Ibu mertuaku berjalan menghampiri pintu gerbang yang berdiri kokoh dan tertutup rapat. Terlihat dari gerbang yang sedikit berkarat. Tiba-tiba seorang pria paruh baya, ah tidak, lebih tepatnya sekitar umur 60 tahunan datang. Rambutnya sudah beruban, bahkan kumisnya pun beruban, tapi badannya masih tegap. "Maaf ibu cari siapa?" tanya pria itu. Ibu terdiam sembari memandangnya dengan seksama. Mungkin tengah mengingat siapa yang ada di hadapannya kini."Maaf Pak, apa bapak ini Pak Atim?" tanya ibu kemudian. Atim? Siapa lagi itu, aku benar-benar tak mengerti."Iya. Ibu ini siapa ya?"Ibu justru tersenyum lega melihatnya. "Pak Atim gak kenal saya?"Pria tua yang dipanggil Pak Atim itu mengerutkan keningnya, ia memabdang wajah ibu dan aku bergantian. Lalu menggeleng perlahan."Pak Atim, aku ini Suci, Pak. Pak Atim gak ingat saya?" ujar ibu lagi."Suci ...?""Nggih Pak, Suci, putri Pak Ungg
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status