Semua Bab Kukembalikan Suamiku Pada Mantan Istrinya: Bab 31 - Bab 40
85 Bab
31. Fabian Harish
Braaakk ...!! Dokumen itu dilempar ke meja Fabian. Pria yang tengah menikmati pijatan di pundak oleh seorang wanita, terlonjak kaget. "Ayah?" sahutnya datar. "Untuk apa pagi-pagi ayah datang kemari?"Ayah menatap tajam putranya lalu beralih ke wanita di belakangnya yang tak peka. Dia masih berdiri sambil senyum menyapa bos besarnya."Aku ingin bicara berdua denganmu, Fabian!" tukas sang ayah penuh penekanan.Fabian mengerti maksudnya, ia pun duduk secara normal kembali. "El, pergilah. Jangan masuk selagi aku tak memberi instruksi.""Baik, Mas bos!" Elvina keluar dari ruangan, ia sengaja melenggak-lenggokkan langkahnya agar terlihat seksi."Apa ini maksudnya, Ayah?" tanya Fabian sembari membaca dokumen yang baru dilempar oleh ayahnya."Kau harus bisa membeli tanah itu. Tanah milik Unggul Adiningrat. Orangnya sudah mati, tapi ahli warisnya tak diketahui dimana rimbanya. Sudah dua kali orang suruhan ayah selalu gagal. Yang menjaga rumah itu, tak pernah setuju dengan bayaran yang ayah
Baca selengkapnya
32. Fakta mencengangkan
"Mas ...! Mas ...!" teriak Elvina saat pulang dari kantornya."Ada apa kamu teriak-teriak begitu?" tanyaku. Saat ini aku tengah di rumah untuk beristirahat sejenak, sebelum kembali lagi ke cafe. Pekerjaanku sekarang mulai lancar, Andri sudah percaya penuh padaku. Dan Adelia masih menyelesaikan misinya. Meskipun agak sulit juga membuat Andri jatuh ke pelukan perempuan lain."Mas, bukankah nama ibumu Suci Adiningrat?" tanya El dia langsung duduk di dekatku.Aku mengerutkan kening. Kenapa tiba-tiba Elvina menanyakan ibu? Bukankah dia sudah tak peduli lagi ada dimana? Dan lagi, bagaimana keadaan ibu pun sekarang aku tak tahu. Aku sudah mencarinya tapi tak juga kutemukan, termasuk Arini. Mereka berdua benar-benar menghilang seolah ditelan bumi. Berhari-hari aku mencari mereka tapi tak menemukan batang hidungnya. Saat itu aku menemui dokter Ardhy, aku yakin dia tahu tentang Arini. Tapi dia tak pernah mau membuka mulut."Kamu kan keluarganya, kenapa tanya aku yang orang asing?" Ia justru ber
Baca selengkapnya
33. Mengemis maaf ibu
Langsung kubersimpuh di kaki ibu dan memeluknya. "Ibuuuu ...."Aku mendongak, melihat ibu tampak seperti patung hanya diam membisu dengan pandangan berkaca-kaca. "Ibu, maafin aku, Bu. Maaf karena aku sudah mengabaikan ibu, maaf aku punya banyak salah padamu, Bu," ujarku lagi. Aku masih bersimpuh sembari memeluk kakinya, tapi entah kenapa ibu tak menyuruhku bangun barang sedetik. Ibu masih diam, seolah tak menanggapi ucapanku. "Bu, jangan diam saja seperti ini, Bu. Maafkan aku, Bu. Silakan hukum aku sesuka hati ibu, asalkan aku mendapatkan maaf darimu, aku memang bersalah, menjadi anak yang tidak tahu diri. Aku sadar, Bu, aku salah, dan aku menyesal. Kumohon maafkan aku, Bu," Berusaha merayu ibu, pasti ibu akan luluh lagi 'kan?"Ibu, siapa yang datang?" Terdengar suara dari dalam yang juga begitu familiar. Aku menoleh, melihat wanita itu keluar dari dalam. Arini terlihat makin cantik saat ini ia tengah memakai kebaya dan kain jarik, tak lupa pashmina instannya masih membalut kepal
Baca selengkapnya
34. Mantan belum move on
"Ohooo ... Menarik! Apa kau masih mengharapkan mantan suamimu itu atau dokter kesayanganmu? Aku bisa mendatangkan mereka berdua untuk jadi saksi pernikahan kita. Mungkin kau juga sudah tahu kan apa yang kuinginkan harus bisa kudapatkan? Kau dan juga tanah ini!" "Kau--" Aku benar-benar kesal dengan ucapan Fabian. Menyebalkan!"Arini, ada siapa? Kenapa ribut-ribut?" Tiba-tiba ibu muncul dari dalam. Kami berdua menoleh, Fabian tersenyum dan menghampiri ibu mertuaku."Assalamualaikum calon ibu mertua," sapanya membuat mataku membulat."Waalaikum salam. Kamu ini siapa, Nak?"Fabian langsung mengulurkan tangannya pada ibu."Kenalin Bu, calon mantu.""Fabian!" pekikku. Dia kenapa pede sekali.Ibu mertuaku justru tersenyum menanggapinya. "Sini-sini duduk dulu. Bicaranya jangan sambil berdiri."Fabian menoleh ke arahku dan mengerlingkan matanya menggoda. Fabian duduk di dekat ibu."Bu, putri ibu cantik, dia juga sangat manis. Tapi putri ibu itu sudah buat aku sakit," ujar Fabian dengan nada
Baca selengkapnya
35. Perkelahian dua pria
Buuugght ... Buuugght ...Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Tiar pada Fabian. Mereka masih berkelahi."Hei, lepasin gue dodol! Tuh lihat Arini sama ibu dah masuk ke dalam, percuma juga berantem kayak gini gak ada yang lihat!" Fabian mengibaskan tangan Tiar di krah bajunya."Bilang aja lu kalah! Lu gak bakalan bisa ngelawan gue! Gue bisa bikin lu babak belur lagi, lebih dari ini."Fabian menyeringai menatap pria sok jagoan di hadapannya. "Hati-hati saja, Bung! Gue sudah pegang semua kartu lu! Kalau salah langkah saja, gue bisa menghancurkanmu!" Fabian menepuk-nepuk dada Tiar."Apa maksudmu brengsek?!""Yang brengsek itu elu bukan gue!!" Fabian berlalu menuju mobilnya yang terparkir di seberang jalan. Aaaarrrgghh! Tiar memukul tinjunya ke udara. Hari ini dia benar-benar kesal. Sangat kesal! "Bu ... Arini ... Buka pintunya, Bu!" teriak Tiar sembari menggedor-gedor pintu dengan kencang."Bu ... Arini ...! Tolong buka pintunya, Bu. Aku mau bicara, Bu. Maafkan aku!" teriaknya lagi.T
Baca selengkapnya
36. Rencana jahat El
Setelah mengantongi kata maaf dari ibu, akhirnya bisa bernapas lega. Aku pulang ke hotel. Segera meraih ponsel dan menghubungi Elvina, dua hari tak bertemu dengannya saja, hatiku sungguh dihantui rindu."El, besok aku pulang.""Kamu sudah berhasil, Mas?" tanya Elvina penasaran."Belum, selangkah lagi, El. Yang penting aku sudah mendapatkan maaf dari ibu. Urusan selanjutnya mungkin akan lebih mudah.""Baiklah, aku tunggu kamu di rumah. Aku punya rencana lain untuk kita, Mas," sahut El lagi."Iya, sayang. Daah ..."***Delapan jam perjalanan kembali kutempuh untuk segera sampai di Jakarta. Meski letih di jalan, tapi aku harus tetap fokus. Ada banyak asa dan harapan terkumpul di sana."Mas?!" sambut Elvina, dia langsung memelukku dengan erat.Kubelai rambutnya dan mengecup puncak kepalanya pelan."Mas, aku punya dua kabar baik untukmu lho," ujar El sembari menggamit lenganku. Manja adalah kebiasaannya."Kabar baik apa?" tanyaku sembari menghempaskan tubuhku duduk."Yang pertama, aku deng
Baca selengkapnya
37. Bertemu teman lama
"Fabian, kamu serius ingin menikah? Wanita seperti apa yang ingin kau nikahi? Ayah dan ibu tidak ingin kamu salah pilih. Jangan bilang kamu ingin menikahi wanita yang berpakaian kurang bahan dan matre itu! Ayah tidak akan pernah setuju!"Fabian tersenyum. "Kalau ayah dan ibu ingin tahu seperti apa calon istriku, sebaiknya kita datang kesana dan lamarkan dia untukku, Yah!" tukas Fabian."Oke," sahut ayah. Ada rasa penasaran dalam hatinya. Pasalnya rumah Unggul Adiningrat yang tadinya hanya berpenghuni sang pelayanannya saja, kenapa tiba-tiba ada orang lain?Fabian mencari sarapan di luar kompleks perumahannya. Tak gengsi, dia hanya membeli makanan di gerobak pinggir jalan. Nasi uduk plus sate telur puyuh, serta tempe goreng mendoan menjadi pilihannya saat ini.Mereka bertiga menikmati makanan yang sederhana itu. Biarpun sudah menjadi orang kaya, tapi kebiasaan-kebiasaannya yang dulu tak mudah hilang begitu saja.Usai sarapan bersama, Fabian mengajak kedua orang tuanya bertandang ke rum
Baca selengkapnya
38. Jodoh yang dipilihkan oleh orang tua
Part 38 spesial POV dokter Ardhy"Aku sangat merindukanmu, Arini. Apa kamu merasakan hal yang sama sepertiku?" "Eh?""Jawab aku Arini, agar aku bisa memutuskan semuanya."***"Bagaimana menurutmu dengan gadis ini? Cantik 'kan?" Tiba-tiba ibu menyodorkanku sebuah foto gadis berjilbab, entah siapa, tapi sekilas saja melihat foto itu, akupun mengakui kalau senyumannya memang manis.Aku yang tengah berjibaku di depan layar laptop langsung menoleh. Ibu tersenyum, lalu mengisik punggungku. "Ayah mau bicara padamu, Ardhy. Beliau menunggu di ruang keluarga," ujar ibu kembali."Iya, Bu. Tunggu sebentar aku matiin laptopku dulu.""Iya sayang."Sudah sejak lama ayah dan ibu menanyakanku perihal pernikahan. Apakah kali ini juga sama? Apa memang mereka tengah merencanakan sesuatu?Aku memang selalu menolak untuk menikah cepat karena aku masih menunggu Arini. Tapi kali ini dia makin jauh dariku. Hingga hatiku mulai meragu. Masih adakah kesempatanku untuk bersamanya, apalagi setelah ia jelas-jelas
Baca selengkapnya
39. Sebuah keputusan
Part 39*Note : Untuk part 37-39 ini part sebelum Tiar & El datang kembali ke Solo ya.*"Bian, ayo antar aku! Nih kunci mobilku, kau yang bawa!""Haish!"Aku berjalan mendahuluinya dengan gejolak hati yang tak menentu. Arini kembali menolakku dan dia ...***"Kau jatuh cinta sama Arini?" tanyaku saat kami sampai di Bandara. Kuberanikan diri untuk bertanya meski jawabannya nanti cukup menyakitkan.Fabian hanya nyengir. "Kenapa? Apa tak boleh? Memangnya hanya kamu yang boleh jatuh cinta sama dia? Mending kau urus om dan calon tunanganmu itu, okey! Arini biar sama aku," ucapnya sembari menepuk-nepuk pundakku. Dia berlalu begitu saja sambil bersiul riang."Tunggu, Bian!"Spontanitas dia berhenti. "Ada apa? Ardhy yang seorang penurut tidak mungkin jadi seorang pembangkang hanya gara-gara wanita kan?" "Bukankah kau tahu aku mencintai Arini, Bian, kenapa kau tega menusukku dari belakang?"Fabian kembali menghampiriku dan langkahnya mengelilingiku."Menusuk? Apa kau berdarah? Apa kau terluka
Baca selengkapnya
40. Menggagalkan rencana
"Oh iya, Ardhy, Marina, ini Arini calonnya Fabian. Doakan saja mereka biar segera menyusul kalian."Deg! Aku terkejut mendengar ucapan Pak Harish, sedangkan anaknya hanya tersenyum. Aku hanya tertunduk, tak mampu melihat ekspresi Mas Ardhy. Meski dalam keadaan canggung, kami menikmati makan bersama. "Selamat ya atas pertunangan kalian," ucapku."Terima kasih ya, Mbak Arini," sahut Marina. Senyumannya memang sangat manis, pantas saja akhirnya Mas Ardhy menyetujui perjodohan itu. Mereka terlihat sangat serasi. "Sudah jangan terlalu dipikirkan lagi, doakan saja yang terbaik untuk Ardhy. Bukankah kita juga sudah menemukan jodoh masing-masing?" Deg! Aku menoleh melihat Fabian tiba-tiba berada di belakangku. Saat ini aku tengah mencuci tangan di westafel. Hanya helaan napasku yang terdengar. "Ardhy dan Marina, lalu kau dan aku. Bukankah kita cocok?" tanyanya lagi sambil menaik-turunkan alisnya. Dia memang semenyebalkan itu.Aku hendak kembali menemui ibu yang tengah berbincang dengan or
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status