All Chapters of Kukembalikan Suamiku Pada Mantan Istrinya: Chapter 11 - Chapter 20
85 Chapters
11. Pusing tujuh keliling
"Arini!! Tega kamu ninggalin aku kayak gini?! Arini ...!"Aaarrrggh ...! Rasanya geram sekali, Arini benar-benar pergi meninggalkanku. Kukepalkan tangan ke udara rasanya ingin kutonjok lagi wajah dokter yang sok kegantengan itu."Ada apa Mas?" tanya Mbak Ulfa menghampiriku. Beberapa orang sudah berkumpul sambil bisik-bisik tetangga. Mungkin mereka sudah melihat aksi labrakanku pada dokter muda itu. "Mbak lihat sendiri kan? Istriku pergi sama laki-laki lain. Dia berani main api di belakangku."Semua tampak terkejut mendengar penuturanku. Rasain saja kau Arini! Biar semua orang tahu kalau kamu memang perempuan murahan."Rasanya gak mungkin Mbak Arini begitu, Mas. Pasti ada kesalahpahaman, lebih baik dibicarakan lagi baik-baik Mas, aku yakin kok, mbak Arini gak pernah neko-neko.""Ya dulu dia memang polos, tapi sekarang sudah dicuci otaknya sama laki-laki sialan itu! Dia tega ninggalin aku sama ibu demi laki-laki itu."Kesal sekali dibuatnya, meski aku sudah menjelekkannya, mereka tak p
Read more
12. Kejutan bertubi-tubi
[Mas, ibu mas ngilang lho gak ada di kamarnya. Tadi pulang kondangan, aku langsung nengokin ibu mas, tapi beliau udah gak ada, gak ada yang tau kemana]Rasanya shock, benar-benar shock. Ibu menghilang? Lalu kemana? Ibu kan gak bisa jalan. Astaga! Duh, aku jadi orang ceroboh banget ya, gara-gara mabuk kepayang sampai lupa ibu sendiri di rumah. Ibu sendirian bagaimana cara ibu pergi?"Mas? Hei, Mas? Kok bengong sih? Kenapa wajahmu shock begitu?" Tangan Elvina dadah-dadah di depan wajahku."Kamu kenapa, Mas?" tanyanya lagi."El, aku harus pulang dulu. Aku harus cari ibu," jawabku panik."Lho memangnya ibu kemana?""Aku lupa ninggalin ibu sendirian El, sekarang ibu ngilang gak ada di rumahnya.""Jangan ngaco kamu, Mas! Kamu kata siapa?" "Ini kata Mbak Ulfa.""Memangnya kemarin kamu gak nitipin ibu ke tetangga?" tanya Elvina, keningnya berkerut tampak berpikir.Aku menggeleng pelan. "Mbak Ulfa kemarin berhalangan. Aku benar-benar lupa, El."Elvina terdiam, menatapku dengan tatapan entah.
Read more
13. Iri Hati
"Aku tadi siang ke kantor kamu, ingin mengajakmu makan siang sama-sama. Tapi ternyata kantormu itu hampir gulung tikar! Hanya beberapa orang saja yang masih bekerja di sana. Sementara kamu?! Kamu kena PHK! Kenapa kamu bohong padaku, Mas? Kenapa?""El ...""Kamu mau ngomong apa, Mas? Mau ngomong kalau semua itu benar hmmm?" Rasanya benar-benar Emosi, Mas Tiar sudah membohongiku. "El, Maaf. Aku memang belum cerita semuanya sama kamu. Kamu selalu memotong pembicaraanku dan menggebu-gebu menceritakan yang lainnya. Aku cuma tak ingin kamu kecewa.""Dan sekarang aku sudah kecewa, Mas. Aku nyesel. Nyesel bisa rujuk lagi sama kamu!""Kok kamu ngomong gitu, El? Mana sikap manis yang kau tunjukkan kemarin-kemarin sampai pagi tadi?" Aku memalingkan wajah. Geram sekali dengan lelaki yang ada di hadapanku ini. Berani-beraninya dia berbohong padaku. Aku masuk ke dalam rumah, mengambil beberapa lembar bajunya."Nih silakan kamu pergi, Mas! Kembali saja pada ibumu yang lumpuh itu! Gak usah kesini
Read more
14. Pukulan Mendadak
"Kamu kenapa? Kok diem terus dari tadi?" Aku menoleh ke arah dokter Ardhy yang tengah fokus menyetir. Entah kenapa pria ini mau membantuku."Maaf dokter, kalau dokter merasa terganggu. Saya hanya kepikiran dengan ibu mertuaku. Tadi nangis-nangis, rasanya gak tega ninggalin beliau.""Hidup adalah pilihan. Dan kamu harus bisa terima konsekuensinya."Aku mengangguk. "Terima kasih, dokter, sudah mau membantu saya."Lelaki berlesung pipit itu tersenyum kecil. "Tidak perlu sungkan begitu, kita ini kan teman. Dan Arini ...""Ya, dok?""Emmh tolong jangan panggil saya dokter, kalau kita sedang tidak bekerja.""Tapi dok--"Dia menggeleng lagi. "Panggil nama saja, biar gak terlalu formal."Aku hanya mengangguk. Rasanya benar-benar sungkan. "Nah, sudah sampai. Kita turun dulu, Arini."Aku mengangguk."Ini rumah sepupuku yang kuceritakan kemarin itu. Rumahnya kosong udah hampir setahun. Karena orangnya sedang melanjutkan studi di luar negeri. Ayo masuk!" ajaknya setelah membuka kuncinya.Khas
Read more
15. Pelakor teriak pelakor
Aku terhenyak. "Ya ampun, Mas! Apa-apaan kau ini?!" teriakku histeris. Aku tak mengerti kenapa dia datang dan langsung marah-marah. Dua orang security langsung berlari menghampiri, salah seorang menahan Mas Tiar dan satunya langsung membantu dokter Ardhy."Dokter tidak apa-apa?" tanya Pak security itu."Iya, tidak apa-apa, Pak," sahut dokter Ardy sembari memegangi mulutnya."Bapak ini ada masalah apa ya? Datang-datang langsung pukul pak dokter?" tanya security itu masih memegangi tangan Mas Tiar dan menguncinya di belakang. "Hei pak, laki-laki ini, yang katanya dokter ini sudah menggoda istri saya! Jadi saya harus berikan pelajaran untuknya!" Mas Tiar masih marah dengan emosi yang menggebu-gebu."Itu semua tidak benar, Pak!" sanggahku. Mas Tiar justru melotot ke arahku."Pak dokter, mau diapain nih orang ini?" tanya Pak security lagi."Laporin saja ke polisi dokter, karena dia sudah menghajar dokter. Dua kali malah!" celetukku.Semua mata tertuju padaku."Apa-apaan kau ini, Arini? K
Read more
16. Kena kau, Arini!
Mobil yang kukendarai melaju tak tentu arah, usai mengantarkan Elvina bekerja dan juga Aqilla. Entah aku harus pergi kemana. Rasanya benar-benar pusing memikirkan masalah. Hutang yang belum kubayar, lalu cicilan juga. Padahal mereka memberi perpanjangan waktu satu minggu.Kupacu kendaraanku menuju ke perumahan dan berkonsultasi dengan pihak developer mengenai kondisiku seperti ini. Tapi mereka bilang. Jual beli tidak bisa dibatalkan, kalaupun dibatalkan uang DP tak bisa kembali. karena aku bukan berurusan dengan pihak developer lagi melainkan dengan pihak bank. Akhirnya aku menuju bank untuk berkonsultasi mengenai keadaanku. Pihak bank hanya memberikan keringanan waktu dalam jangka waktu tiga bulan, cicilan itu tetap harus dibayarkan tapi bila telat, takkan ada denda. Setelah itu bila tak sanggup membayar maka rumah akan disita. Rumah tidak bisa di over kredit karena syaratnya minimal harus sudah mencicil selama lima tahun.Kuberanikan diri pergi ke rumah Andri. Bukan untuk membayar
Read more
17. Sakit tak berdarah
"Halo, sayang ...""Mas, kauu ...!!"Arini hendak menutup pintunya kembali tapi aku langsung mencegahnya. Hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Seberapa kuat tenaga wanita akan tetap kalah dengan kekuatan laki-laki."Ada apa kau kesini, Mas? Pergi, Mas! Cepat pergi!!" Dia berusaha mengusirku. Aku makin tersenyum penuh kemenangan melihat wajah cantiknya yang ketakutan. Ah Arini, andai saja kau mau menuruti keinginanku, aku takkan bersikap kasar padamu. Andai saja kau tetap polos seperti dulu, tidak mungkin aku seperti ini padamu, Arini. Ariniku sayang ..."Aku kangen padamu, Sayang. Rasanya sudah sangat lama, kita tidak--" "Plaaakk ...!!" Tiba-tiba Arini menamparku. Tamparannya itu cukup membuat pipi ini perih. Padahal tadi aku ingin menciumnya. Aku memajukan langkah sambil pandanganku mengedar ke sekeliling, menelisik rumah ini. Sempurna tak ada cela. Kenapa dia bisa tinggal di sini? Apa karena laki-laki itu? Aku mencekal tangannya, Arini tampak kesakitan. Kenapa dengan istriku i
Read more
18. Emosi yang meluap-luap
Bolehkah aku menangis? Menangis bukan berarti lemah, hanya sebuah ungkapan meluapkan emosi. Aku benar-benar merasa sedih dan tertekan. Aku sangat lelah berpura-pura kuat dan tegar menjalani ini sendirian. Air mata ini tanpa terasa jatuh tanpa henti. Apa sebegini rapuhnya hati ini? Sudah menjauh dari rumah pun Mas Tiar masih selalu mengejarku. Kuusap kembali butiran bening yang menitik di pipi agar ibu tak melihatku mengeluarkan air mata.Tadi aku cukup shock melihat Mas Tiar menekan ibunya sendiri. Bahkan dia mengobrak-abrik isi lemari yang sudah kubereskan.Ibu menangis tergugu, membuatku makin iba padanya.Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Aku harus bagaimana? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku."Mas Tiar bilang apa aja sama ibu?" tanyaku saat ibu mulai tenang. Untunglah, Mas Tiar berhasil diusir pergi oleh Pak security."Dia mencari sertifikat rumah, Nak. Ibu bilang saja kalau mahar pernikahan tidak bisa diminta kembali. Dia justru marah-marah. Ibu malu, putra ibu
Read more
19. Ide cemerlang El
Kukepalkan tangan frustasi. Kenapa hati Arini belum luluh juga? Apa sudah tak ada ruang untukku bersamanya kembali?Rasanya aku benar-benar stress. Akhirnya aku kembali ke Cafe karena ada panggilan darurat dari Andri.***"El, buka pintunya!" teriakku saat pulang dari Cafe. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pintu tak kunjung dibuka. Jangan-jangan ancaman El benar? Aku harus tidur diluar? Alamak!"El, buka pintunya, Sayang!" Kuketuk pintu dengan kencang agar ia terbangun.Tak lama, El membukakan pintu. Wajahnya seperti singa yang hendak menerkam mangsanya. Astaga, menyeramkan juga!"Pulang juga kamu, Mas?! Kupikir kau akan nginep di tempat Arini?"Aku tahu El kecewa. "Maafin aku El. Tolong jangan ngambek seperti ini. Aku bisa jelaskan.Elvina tak mengindahkanku. Kuikuti langkahnya ke kamar, tapi ia justru membawa bantal dan selimut."Malam ini kau jangan tidur di kamar, Mas! Terserah mau tidur dimana!"Hah? Astaga, Elvina kenapa begitu tega?"El, tapi--""Masih mending a
Read more
20. Duri dalam rumah tangga
[Duri dalam rumah tangga itu harus dihancurkan sampai ke akar-akarnya, agar ia tak menusuk dari belakang di saat kita lengah]Aku terhenyak membaca status WA Elvina. Apa dia tengah menyindirku? Mengatakan kalau aku ini duri?Usai menguploadnya, ia pun mengupload foto kebersamaannya dengan Mas Tiar. [Rumah baru, impian baru ... Semoga makin bahagia selalu]Aku tersenyum masam. Segera kubalas sindiran untuknya. [Tertawa, bangga dan bahagia karena berhasil merebut suami orang adalah ciri bahwa wanita itu sudah tidak punya urat malu]Setelah menyindirnya, segera kublokir sekalian nomor mereka. Bikin moodku hancur saja. Ingat ya disini bujan aku yang pelakor, melainkan dia.Kuembuskan nafas dalam-dalam, untuk menetralisir segala rasa di dada. Hari ini rencananya aku akan bertemu dengan orang yang akan membeli rumah. Kami akan ketemuan langsung di lokasi. Mereka ingin melihat secara fisik rumah itu. Semoga semuanya harus jadi dan deal, agar aku bisa segera membawa ibu berobat dan terap
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status