All Chapters of GGAP 3 : THE LAST: Chapter 31 - Chapter 40
639 Chapters
BAB 31
"Tapi, kenapa kamu memakain nama panggung Ardella dan bukannya Karin?" Tanya Shiren sedikit bingung."Kan itu masih nama belakangku, Karin Ardella, ingat?""Hmn, iya benar. Lalu, kenapa kamu bisa ada di sini sekarang, Rin? Apa sedang ada konser di kota ini atau memang ada rencana bertemu seseorang di sekolah kita?" Tanya Shiren yang penasaran melihat kehadiran Karin di sekolah mereka, bersamaan dengan acara pertemuan mereka.'Tentu saja, ini bukan sekedar kebetulan.' Pikir Shiren heran.Oh, itu... Aku sengaja mampir karena kangen saja dengan sekolah kita. Kebetulan aku sedang berada di kota ini. Jadi, sekalian saja, 'kan!" Jawab Karin buru-buru berkata."Hmn, kebetulan banget kalau begitu. Kami juga berencana untuk reuni kecil-kecilan hari ini. Ada Awan sama Devi juga. Tapi, sepertinya mereka belum datang." Ujar Sherla polos."Oh, ya? Tapi, aku sudah cukup lama di atas sini dan belum melihat mereka." Seru Karin terkejut dan sekaligus penasaran. Karena orang yang sedang ia nantikan di
Read more
BAB 32
Tiga puluh menit berlalu ketika Karin dan yang lainnya berada di atap gedung sekolah. Pada saat itu, Devi dan Awan datang."Devi, Awan!" Sambut Sherla dan yang lainnya dengan berbagai perasaan yang melanda mereka.Suasana seketika berubah menjadi lebih riuh dan bersemangat. Tentu saja, mereka semua sudah menantikan pertemuan hari ini. Bergantian mereka menyambut Devi dan Awan dengan emosional."Devi lebih berisi sekarang, ya?" Puji Lina ketika melihat penampilan Devi. "Kalian juga banyak berubah. Jadi lebih cantik." Balas Devi.Sampai ketika para wanita ini menghampiri Awan, mereka bergantian memeluknya erat. Seakan sudah lama menahan rindu untuk bertemu dengannya, "Awan, kamu jadi lebih tinggi.""Iya, lebih putih juga.""Ya, wajar, sih. Konglomerat, hahaha." Canda mereka, namun tidak mengurangi rasa bahagia dalam hati mereka sudah dapat berkumpul lagi dengan Awan hari ini.Awan menyapa mereka dan berusaha terlihat normal, setelah menghabiskan waktu selama dua hari terakhir untuk me
Read more
BAB 33
Saat semua orang sedang asik bercerita tentang pengalaman mereka, ternyata Karin masih penasaran tentang keanehan yang dirasakannya tentang Awan. Tentu saja, ia secara diam-diam memperhatikan Awan dan menemukan Awan lebih banyak diam. Meski mata dan telinganya mendengar apa yang dibicarakan oleh semua orang, namun yang ditangkap oleh Karin, Awan seperti orang asing yang terlihat sedang menyimak apa yang diucapkan oleh teman-temannya.Ini seperti seorang murid yang sedang belajar di dalam kelas. Ia menyimak apa yang disampaikan oleh gurunya, semata karena ia tidak tahu dan berusaha untuk mendengar lebih banyak, agar bisa tahu lebih banyak. Seperti itulah kesan yang ditangkap Karin terhadap Awan saat ini.Untuk membuktikan kecurigaannya, Karin memancing dengan sebuah pertanyaan, "Awan, apa kamu masih ingat dengan Renata? Apa kamu telah bertemu dengannya sebelum ke sini?" Pertanyaan Karin sengaja dibuat bias untuk mengetahui reaksi Awan.Awan sedikit gugup. Dia sama sekali tidak menging
Read more
BAB 34
Awan menatap Devi dengan bingung, seakan menuntut jawaban darinya.Devi tidak memiliki pilihan lain. Ia menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan berat, "Maaf, kami telah berbohong pada kalian." Akunya tidak berdaya."Maksud kamu apa, Devi?""Sebenarnya... Awan tidak ingat satupun dari kita semua. Dia hilang ingatan. Awan bahkan tidak tahu siapa dirinya saat ini."Jawaban Devi bagai gelegar petir di siang hari. Semua orang tercenung, seakan tidak percaya."Ti-tidak, bagaimana bisa?" Tanya Sherla terkejut, lalu menatap Awan dengan perasaan rumit. 'Pantas saja, Awan terlihat kaku dan yang ia coba lakukan adalah memaksakan dirinya berbaur dengan pembicaraan kami sedari tadi. Itu semua, karena dia tidak mengingat kami.'Suasana seketika berubah menjadi sendu. Semua orang merasa canggung saat ini, mereka kasihan pada Awan, sampai mengalami kejadian menyedihkan seperti ini.Bukankah kehilangan ingatan tentang diri sendiri dan juga orang-orang yang kita sayangi, merupakan hal paling
Read more
BAB 35
Devi melirik Radit sejenak, dengan segera ia dapat menangkap maksud Radit dan menganggukan kepalanya."Benar, Awan mengalami kecelakaan dua bulan yang lalu. Kepalanya kena benturan yang cukup kuat dan itu yang menjadi penyebab amnesianya. Aku sengaja mengajaknya ke sini dan bertemu kalian, dengan harapan dapat memulihkan ingatannya kembali."Sherla dan yang lainnya terkejut, kerongkongan mereka merasa tercekat dan sulit untuk berkata-kata. Mereka merasa prihatin dan turut sedih dengan apa yang menimpa Awan. Mereka mengelilingi Awan dengan kompak, seakan enggan melepaskannya. Awan sempat menatap bingung Devi, karena ini tidak ada sama sekali dalam skenario mereka sebelumnya. Devi hanya mengedipkan matanya dan memberi kode pada Awan untuk mengikuti apa yang diucapkannya."Kecelakaan apa yang menimpa Awan?" Tanya Karin masih syok mendengar penjelasan Devi. Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Jika begitu keadaannya, apa Awan masih akan mengingat permintaannya dulu? Karin penasaran unt
Read more
BAB 36
Saat Awan dan yang lainnya datang ke area pemakaman, cuaca sedikit mendung dan sepi dari aktifitas pengunjung. Mungkin karena hari itu adalah hari sibuk, sehingga tidak ada pelayat yang berkunjung ke sana. Namun, ketika mereka tiba di makamnya Renata. Sudah ada dupa yang dibakar dan masih menyisakan setengahnya, mungkin ada pelayat yang mengunjungi makam tersebut sebelum mereka. Mereka di sana sekitar tiga puluh menit dan semua orang menatap Awan penasaran, berharap ada sesuatu yang bisa membangkitkan memori Awan. Tapi, setelah melihat ekspresi biasa Awan, mereka menjadi kecewa. Karena cara itu sepertinya masih belum berhasil untuk merangsang ingatan Awan."Awan, apa ada yang kamu ingat tentang kak Renata?" Tanya Sherla penasaran.Seperti dugaannya, Awan menghela napas berat dan terlihat kecewa karena masih tidak mengingat apapun tentang sosok Renata yang menurut teman-temannya adalah kekasih yang paling dicintainya ketika di sekolah dulu.Awan menggeleng lemah, "Maaf, aku masih tid
Read more
BAB 37
Mata Devi menyipit tajam menatap wanita misterius tersebut. Fakta bahwa ia mengetahui identitas Devi, menunjukkan bahwa ia bukanlah wanita sembarangan. Yang dicemaskan Devi, wanita ini tentu datang dengan persiapan sebelumnya. Adanya Awan dan yang lainnya dibelakangnya, Devi tidak akan berkompromi lebih jauh dengan wanita di depannya itu. Jika ia di sana untuk mencelakai teman-temannya."Siapa kamu dan apa tujuanmu?" Tanya Devi dingin.Dari balik tudungnya, wanita tersebut tersenyum dingin, "Seperti yang kukatakan, kamu bukan lagi ancaman bagiku. Jadi, kamu tidak layak untuk bertanya."Setelah mengucapkan kalimat itu, wanita bertudung misterius tersebut tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri. Radit juga terkejut dan tidak sempat beraksi, begitu wanita tersebut secara tidak terduga muncul di depan Devi.Devi tentu saja bisa melihat gerakan itu dengan sangat jelas, bagaimapun kemampuannya tidak lebih lemah dari wanita tersebut. Devi langsung menghimpun energi internalnya dan coba m
Read more
BAB 38
Radit tidak punya pilihan lain, meski tabu baginya untuk menyerang wanita. Namun, tidak sekarang. Tidak, saat wanita ini mengancam teman-temannya. Melihat wanita tersebut sama sekali tidak berhenti, Radit terpaksa maju dan menyerang dengan jurus andalannya. Tapi, serangan tersebut tidak ada apa-apanya bagi si wanita. Hanya dalam satu sapuan, serangan Radit berhasil dimentahkannya. Lalu, satu pukulan wanita tersebut cukup untuk mengirim Radit terbang sejauh belasan meter dan baru berhenti ketika tubuh Radit menghantam pagar pembatas makam.'Braakk'Radit meringkuk kesakitan, seluruh tulang ditubuhnya serasa remuk. Sulit untuk mempercayai betapa mengerikannya kekuatan wanita misterius ini. Radit yang dalam kesatuannya merupakan salah satu peringkat atas, sehingga terpilih masuk menjadi menjadi pasukan elit., seketika menjadi terperangah dan tidak percaya, jika ia akan kalah hanya dalam satu pukulan dari seorang wanita.Dalam kesatuan, kemampuan Radit sebanding dengan kemampuan lima pul
Read more
BAB 39
Awan tidak mengerti apa salahnya, sampai membuat wanita ini marah dan memukulinya. Ia sekali lagi coba bangkit, Awan berpikir, jika dengan ini ia dapat membuat wanita ini puas dan meninggalkan teman-temannya, maka ia tidak keberatan menerima pukulan dan tamparan sebanyak apapun.Di sisi lain, si wanita misterius dibuat terkejut, karena Awan sama sekali tidak membalas dan justru menerima tamparannya mentah-mentah. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya lebih tidak percaya, dua tamparan barusan sedikit lebih kuat dari pukulan yang dilayangkannya pada dua teman Awan. Tapi, Awan terlihat tidak mengalami luka serius dan masih bisa bangkit. Tamparan kerasnya, hanya menyisakan sedikit bekas merah di pipi Awan, tapi itu bukan luka yang bisa berdampak serius."Kamu, kenapa kamu tidak membalasnya?" Tanya wanita misterius tersebut heran."Membalas?" Bagaimana mungkin dirinya bisa membalas, wanita tersebut begitu sadis dan kuat. Devi saja, bahkan tidak berkutik menghadapinya. Apalagi dirinya?
Read more
BAB 40
Wanita tersebut mengira jika Awan memandang remeh dirinya, jadi tidak ada salahnya membuat Awan mengingat namanya jika itu bisa membuat Awan lebih serius menghadapinya, "Baiklah. Namaku Disa dan saudara lelakiku yang tewas bernama, Denis. Sekarang, ingat nama kami baik-baik, agar kamu dapat menemukan saudaraku di alam sana untuk meminta maaf padanya."Setelah mengucapkan itu, Disa kembali menyerang Awan. Sekarang, ia tidak lagi menahan kekuatannya, dia mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya. Udara di sekitarnya langsung terdistorsi begitu Disa melancarkan serangannya.'Bam.'"Awan?" Teriak Karin dan yang lainnya dengan napas tertahan.Devi juga menjadi semakin pucat dan kesal, karena tidak bisa berbuat apapun saat melihat Disa menyerang Awan.Braakk.Awan terbang cukup jauh, sebelum berhenti ketika menabrak salah satu kuburan dan menghancurkan batu nisan di atasya.Wajah Awan terlihat pucat, lalu memuntahkan seteguk darah segar.Disa tidak berhenti sampai di situ, dia kembali melesak d
Read more
PREV
123456
...
64
DMCA.com Protection Status