All Chapters of GGAP 3 : THE LAST: Chapter 41 - Chapter 50
639 Chapters
BAB 41
'Glegar.'Mungkin ucapan Karin hanya tiga kata, tapi tiga kata itu seakan sengatan listrik langsung dalam kepala Awan."Sa-say..ang, Aku... sakit,""Aku.. aku bahagia. Kumohon, kamu tetap hidup. Aku dan... anak kita menunggumu di syurga."Sebuah kilasan memori tiba-tiba hadir berulang kali dalam kepala Awan, dan itu membuat tubuhnya gemetar kuat. Tanpa sadar, tubuh Awan mulai menegang, ketakutan dan rasa sakit yang begitu kuat seakan membuat seluruh tubuhnya meregang dan tanpa henti memberi rasa sakit."Angel... Angel.. tidak-tidak, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu." Ucap Awan tanpa sadar. Lalu, sebuah cahaya berwarna hijau menerangi kedua tangannya dan seolah tahu apa yang harus dilakukannya, tangan Awan bergeser ke bagian tubuh Karin yang terluka. Cahaya kehijauan tersebut secara alami berpindah masuk ke dalam tubuh Karin dan menyembuhkan setiap sel yang ada di dalamnya.Bagian atas tubuh Karin tersentak dan sedikit terangkat naik. Ia juga tidak mengerti apa yang te
Read more
BAB 42
Sekelompok pasukan elit dengan berpakaian ala pasukan khusus datang ke area pemakaman. Hanya saja, kedatangan mereka sedikit terlambat, karena musuh sudah pergi. Mereka hendak menyusul dan mengejarnya, namun teriakan Devi seketika menghentikan niat mereka.Tentu saja Devi tahu, kalau orang-orangnya tidak akan sanggup menghadapi Disa. Bagaimanapun, Disa merupakan seorang grandmaster setengah langkah, sama seperti dirinya. Meski orang-orangnya kuat, namun tidak akan mudah bagi mereka untuk dapat menaklukkan serta menangkap Disa.Ya, orang-orang ini merupakan unit dari pasukan elit tim Zeta. Pasukan khusus yang ada di bawah komando Devi. Devi segera menekan tombol darurat yang terhubung langsung dengan pasukannya, begitu sadar jika ia berhasil diperdaya oleh musuh. Tentu saja, prioritas utama dirinya adalah keselamatan ketua klan, Awan.Pasukan Devi tersebar di beberapa tempat di kota Bandung. Begitu mendapat peringatan tanda bahaya Devi, mereka langsung bergerak dan melacak keberadaan
Read more
BAB 43
"Apa itu artinya kekuatan Awan sudah pulih?" Tanya Noura penasaran.Devi menggeleng ragu, "Aku tidak tahu. Saat itu, aku melihat perubahan mata Awan yang terlihat sama seperti mata makhluk itu. Tapi, tatapannya terlihat kosong. Tidak lama, Awan kehilangan kesadarannya hingga sekarang." 'Deg.'Noura terkejut."Bukankah kata paman Kelvin, dua kekuatan spirit yang terdapat dalam tubuh Awan sudah hilang begitu segel terakhirnya dimusnahkan oleh Annisa? Lalu, apa artinya mata itu?"Tentu saja semua orang cemas, jika spirit Gumara hidup kembali. Noura dan yang lainnya sudah melihat sendiri, betapa mengerikannya kekuatan Gumara. Madam Gao saja, bahkan tidak berkutik menghadapi kekuatan puncaknya. Terlebih, Gumara memiliki ambisi untuk menguasai tubuh Awan demi menyempurnakan kebangkitannya. Jelas dia tidak peduli dengan apapun, selain kejayaannya sendiri. Bangkitnya Gumara, merupakan bencana bagi umat manusia. Semua orang langsung terdiam dan seakan kompak memikirkan hal yang sama.Setela
Read more
BAB 44
"Apa kami bisa menemuinya?" Tanya Karin lagi berharap.Sayangnya, Noura hanya dapat menghela napas dalam dan menggeleng, "Belum, untuk saat ini. Kalian tentu tahu, status Awan tidak biasa. Jadi, kami perlu memastikan kondisinya sampai ia bangun nanti. Sekarang, beberapa orang dari keluarga Sanjaya sudah datang untuk ikut memantau perkembangan kondisinya. Nanti, akan saya kabari jika ada perkembangannya."Karin dan yang lainnya terlihat kecewa, namun mereka bisa memaklumi kondisinya."Lalu, di mana Devi, mbak? Kami belum melihatnya dari tadi." Tanya Lina heran. Begitupun dengan teman-temannya yang lain. Mereka tahu, sekelompok pria yang datang di makam tadi itu merupakan pasukan khusus klan Atmaja. Melihat dari cara mereka bicara pada Devi, mereka berkesimpulan jika Devi pasti memiliki posisi penting dalam klan Atmaja. Herannya, semenjak mereka datang ke rumah sakit ini dan hingga saat ini, mereka sama sekali tidak melihat Devi di sana. Tidak mungkin Devi pergi begitu saja, sementara
Read more
BAB 45
"Jangan menyalahkan diri sendiri, karena keterbatasan yang kamu miliki." Ujar Noura sesaat setelah duduk di bangku kecil sebelah ranjang Radit."Eh, mbak Noura? Ma-maaf, aku tidak melihat kedatangan, mbak." Balas Radit coba menyembunyikan apa yang sedang dipikirkannya. Namun sudah terlambat baginya untuk bersandiwara, karena Noura sudah memperhatikan semuanya dengan begitu jelas, saat kakinya masuk ke dalam ruangan ini."Tidak usah malu karena kekalahanmu tadi. Wanita yang kamu hadapi merupakan seorang grandmaster setengah langkah. Dia berada di liga yang jauh berbeda denganmu. Bahkan dengan seorang kultivator yang baru mencapai tahap awakening, kamu masih bukan apa-apa. Jadi, kamu tidak perlu malu dengan semua itu." Jelas Noura lugas. Radit terperangah mendengar penjelasan Noura. Itu semua terdengar baru baginya, sehingga penjelasan Noura terdengar asing di telinganya. Bagi Radit, bertarung, yah bertarung! Siapa yang lebih handal dan kuat, maka dia lah pemenangnya. Setidaknya, itula
Read more
BAB 46
Melihat Awan mulai menggerakan beberapa ruas jarinya dan mengerjapkan matanya beberapa kali, Karin terlihat bersemangat. Ia segera berdiri dan duduk lebih mendekat. Ia sudah menunggu momen ini, saat di mana Awan terbangun dan sekarang sudah dua hari semenjak Awan tidak sadarkan diri. Ia cemas melihat Awan tidak sadarkan diri setelah menolongnya. Momen seperti itu, terasa seperti keajaiban baginya. Saat Awan di serang oleh Disa tempo hari, Karin tanpa ragu maju untuk menyelamatkan nyawa Awan. Meski pada akhirnya, nyawanya yang diselamatkan oleh Awan. Alasan ia bisa ada di sini, juga karena kejadian hari itu. Noura sendiri yang menginterogasi Karin, setelah mendengar pengakuan Devi, kalau kekuatan Awan bangkit karena terpancing oleh Karin. Mereka beranggapan, kalau Karin bisa membangkitkan kekuatan Awan, mungkin dia juga bisa merangsang kembali ingatan Awan.Makanya mereka sengaja menempatkan Karin di sana, namun tetap dengan beberapa pasukan elit klan yang berjaga di dekat mereka, un
Read more
BAB 47
"Kamu kenal dengan Angel?" Tanya Awan penasaran tanpa menjawab pertanyaan Karin. Meski Devi sudah menjelaskan siapa Angel sebelumnya. Namun Devi tidak pernah bercerita kalau Angel sekolah di tempat yang sama dengannya. Sehingga, Awan cukup terkejut melihat ekspresi Karin."Iya, tentu saja! Kak Angel adalah temannya kak Renata. Dia juga ratu kecantikan di sekolah kita, selain kak Renata." Jelas Karin dengan memuji Angel. Hanya saja, Angel kebalikannya dari Renata. Angel adalah karakter bidadari yang dingin."Hmn, seperti itu." Ujar Awan mengerti. Lalu dia menceritakan tentang kematian Angel, seperti cerita yang ia dapat dari Devi dan yang lainnya.Tampak Karin ikut sedih mendengar kematian tragis Angel dan lebih kasihan pada Awan yang sampai mengalami kejadian yang sama seperti saat ditinggal Renata dahulu.Awan tersenyum tegar dan meminta Karin untuk tidak terlalu memikirkannya. Lagian, dia juga tidak bisa mengingat semua itu sekarang."Benar juga. Kamu kan sedang kehilangan ingatan.
Read more
BAB 48
"Bagaimana kabar kalian?" Sapa Awan ketika melihat dua sahabatnya itu baik-baik saja dan tinggal pemulihan akibat beberapa tulang mereka yang patah karena serangan Disa sebelumnya.Novi dan Radit tertawa sambil mengacungkan jempol mereka ke arah Awan, yang menunjukkan kalau mereka baik-baik saja."Tidak ada yang sebaik ini, bro. Ini mengingatkanku pada kejadian waktu kita sekolah dulu. Ingat, saat itu kita menyelamatkan kak Renata?"Awan tersenyum canggung dan menggeleng."Eh, maaf. Aku lupa! Tapi, yah persis seperti itu lah kejadiannya."Radit tertawa malu, mengira jika Awan masih normal dan dapat mengingat semuanya. Ia lupa kalau Awan saat ini sedang hilang ingatan."Maaf, karena aku kalian jadi terluka begini." Ucap Awan merasa bersalah. Disa datang untuk berurusan dengannya dan teman-temannya menjadi korban karena mereka sedang berada bersamanya saat kejadian."Kamu ngomong apaan, sih? Bukankah kita ini adalah sahabat? Dulu, kamu yang selalu berdiri di depan dan menjaga kami semua
Read more
BAB 49
"Tapi, sebelum ke rumah paman Joe, sepertinya kita harus mengganti pakaianmu terlebih dahulu." Usul Karin ketika melihat pakaian yang dikenakan Awan.Awan masih mengenakan pakaian pasien dan ia tidak membawa pakaian lainnya, selain yang ia pakai terakhir kali.Awan tersenyum malu, "Baiklah, sepertinya kita perlu belanja beberapa pakaian dulu." Ucap Awan menyetujui saran Karin.Karin membawa Awan ke salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di kota Bandung, BTC Mall."Apa tidak apa-apa bagimu, jalan berdua denganku di tempat terbuka seperti ini?" Tanya Awan penasaran. Bagaimanapun, Karin merupakan penyanyi kenamaan. Akan menjadi gosip panas, jika sampai ada yang mengenalinya dan memberitakan dengan narasi liar untuk sekedar mencari sensasi. Meski mereka sudah mengenakan hoodie untuk sedikit menyamarkan penampilan mereka saat ini.Karin tersenyum cuek. Jika itu dengan pria lain, mungkin saja! Tapi, ia sekarang sedang berjalan dengan Awan. Lupakan tentang identitas spesial Awan untuk s
Read more
BAB 50
"Hmn, ini?" Tanya Awan bingung ketika mengeluarkan kartu kredit tersebut dari dalam dompetnya. Ia penasaran, bagaimana kartu terebut bisa dijadikan sebagai alat belanja. Semenjak hilang ingatan, Awan sepertinya merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai hal baru."Iya." Angguk Karin.Awan tersenyum malu, "Tapi, bagaimana cara menggunakannya?"Karin hampir saja tersedak ketika mendengar Awan mengajukan pertanyaan polos seperti itu padanya. Namun, sedetik kemudian ia segera sadar jika Awan sedang kehilangan ingatannya. Jadi, wajar saja ia tidak bisa mengingat hal sesederhana ini."Kamu tinggal serahkan kartunya sama kasirnya, lalu masukan pin untuk menyetujui pembayaran tagihannya." Jelas Karin dengan sabar."Pin?" Kerut kening Awan semakin tajam. Ketika Riana memberikan kartu itu padanya, kakak sepupunya itu tidak mengatakan apa-apa, atau mungkin saja ia lupa mengatakannya."Sepertinya aku perlu menghubungi kak Riana. Karena aku tidak mengingatnya sama sekali." Ucap Awan malu
Read more
PREV
1
...
34567
...
64
DMCA.com Protection Status