All Chapters of GGAP 3 : THE LAST: Chapter 21 - Chapter 30
639 Chapters
BAB 21
Awan tergelak, mengira Charlote sedang bercanda soal penunggu cincin. Bagaimana mungkin cincin kecil ini bisa ada penunggunya? Bukankah itu hanya cincin biasa? Tapi, ketika melihat ekspresi serius Charlote, Awan berusaha menahan tawanya karena tidak ingin menyinggung bibinya."Baiklah, aku akan menjaga cincin ini, bi.""Baguslah! Mungkin kamu menganggap ini hanyalah mitos, tapi kamu akan menyadarinya sendiri saat melihatnya sendiri suatu saat." Ujar Charlote meyakinkan."Sekarang, kamu akan ikut dengan Lana ke suatu tempat. Mungkin, jika berada di sana, ingatanmu bisa cepat kembali."Awan terkejut karena ia masih harus pergi ke suatu tempat setelah ini."Hmn, kemana, bi?""Kamu akan segera mengetahuinya sebentar lagi."Benar saja, Lana ternyata baru saja datang dan menunggu di depan rumah kecil tersebut."Bibi tidak mengantarmu ke sana. Bibi hanya bisa berdoa, agar ingatanmu bisa segera pulih.""Baik, bi."Awan beranjak ke sisi tempat tidur dan berpamitan pada pamannya. Melihat betapa
Read more
BAB 22
Awan menggeleng dengan sedikit desahan berat, "Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Tapi, ketika melihat makam ini, aku seolah merasa sangat dekat dengannya.""Apa kami sedekat itu dulunya?" Tanya Awan penasaran."Benarkah?" Bukannya Lana yang bersuara, justru Chiya yang berada di samping kiri Awan. Matanya tampak berbinar senang.Awan mengangguk dan tersenyum tipis, "Ya, Chiya. Dia kakakmu, bukan?"Chiya mengangguk cepat dengan mata berkaca-kaca. Tentu saja bukan karena sedih, melainkan perasaan senang di hatinya. Mendengar Awan mengutarakan kalau ia merasakan begitu dekat dengan Neo, membuat Chiya menjadi begitu bahagia. Itu artinya, kakaknya memiliki tempat yang spesial di hati Awan. Neo tidak salah melayani Awan dan mengorbankan nyawanya saat itu."Iya, Awan-sama. Dia, kakakku. Dia pernah bercerita kalau dia sangat bangga bisa melayanimu dengan seluruh jiwa raganya. Aku yakin, dia pasti ikut senang melihat anda baik-baik saja sekarang." Jawab Chiya dengan penuh
Read more
BAB 23
"Ini di mana, Dev?" Tanya Awan penasaran begitu mereka sampai di puncak sebuah bukit. Pemandangan di sana cukup bangus, mereka dengan mudah dapat melihat Villa Nirwana dan RA Commercial Street dari atas sana.Awan berpikir, tidak mungkin Devi membawanya ke sana tanpa tujuan yang jelas. Apalagi cuma sekedar untuk menikmati pemandangan, bukan momen yang seharusnya mereka lakukan. Di samping status mereka sebagai atasan dan bawahan di dalam klan, mereka juga berteman. Sehingga, sangat tidak tepat rasanya jika itu disebut sebagai sesuatu yang romantis.Devi tersenyum tipis, "Aku ditugaskan oleh kak Noura untuk membawamu ke sini. Ia berharap kamu dapat mengingat sesuatu dari sini."Awan akhirnya mengerti alasan Devi membawanya ke tempat ini. Awan berharap dapat mengingatnya seperti harapan Devi, tapi sayang sekali ia masih tidak menemukan satu kenangan pun yang bisa diingatnya.Awan hanya bisa menarik napas dalam, putus asa."Aku tidak dapat mengingat apapun, maaf." Ujar Awan tidak berdaya
Read more
BAB 24
Tentu saja Awan sangat kebingungan sekarang. 'Ada almarhum Angel. Tunggu, ini sudah tidak masuk hitungan. Ada Annisa, Amanda dan sekarang ada enam wanita lagi. Astaga! Apa yang sudah dilakukan oleh diriku yang dulu, sih? Apa dia kolektor cewek kali, ya?' Pikir Awan gugup. "Hahaha." Devi tertawa terbahak sampai memegangi perutnya. Dia tidak tahan karena berhasil mengerjai Awan."Dev, kamu tidak sedang mengerjaiku, 'kan?""Hahaha, kamu tuh lucu banget tau gak? Ekspresimu itu, bikin aku tidak tahan." Awan melotot kesal, karena sadar dirinya baru saja dikerjai."Tapi, serius. Memang ada enam wanita dan mereka itu sahabatmu waktu sekolah dulu. Eh, masih ada dua pria sebenarnya."Devi menceritakan siapa saja mereka dan menunjukkan pada Awan masing-masing foto mereka, sehingga Awan tidak perlu bingung ketika bertemu dengan mereka nantinya."Jadi, enam orang wanita yang kamu maksud itu termasuk kamu?" Tanya Awan dengan kesan mengejek. Ia berniat membalas godaan Devi sebelumnya. Awan menai
Read more
BAB 25
Mendengar percakapan mesum mereka dan hal jahat yang mereka rencanakan, Awan menjadi gugup. Di sana hanya ada mereka berdua. Sementara para preman ini berjumlah delapan orang, bagaimana mereka bisa keluar dari situasi seperti itu?Tentu saja yang paling dicemaskan Awan adalah keselamatan Devi, karena dia yang menjadi target para preman sange ini.Awan melirik Devi cemas, namun wanita yang diliriknya justru terlihat acuh tak acuh. Awan mengerti jika Devi bisa berkelahi. Tapi, musuh mereka ada delapan orang dan mereka semua berbadan kekar dan bertampang seram. Tidak mungkin, Ia dan Devi sanggup menghadapi mereka?Karena itu, Awan dengan menahan gugup segera berkata, "Ma-maaf, bang. Kami cuma sebentar di sini. Ka-kami akan segera pergi. Kami tidak ingin mencari gara-gara dengan abang-abang di sini." Mendengar Awan coba berkopromi dengan para preman kelas coro seperti ini, membuat Devi terkejut, 'Bukan gaya Awan banget'. Devi dengan cepat mencengkeram bahu Awan dan melotot ke arahnya, "A
Read more
BAB 26
Namun, satu hal yang tidak diduganya. Pria tersebut sudah dikirim terbang hanya dalam satu tendangan. Ia di kirim terbang, sejauh sepuluh meter ke belakang dan berakhir meringkuk di atas tanah dengan mata melotot dan mengerang kesakitan seraya memegangi perutnya."Hahaha, kenape bang? Baru segitu saja sudah loyo.""Kebanyakan minum nih, bang Sopo. Lututnya sudah goyah, masa ditendang gitu saja sudah keok duluan! Gimana kalau tendangan di ranjang nanti?" Ledek teman-temannya. Mereka berpikir, jika Sopo sedang mabuk. Sehingga bisa dengan mudah di kalahkan oleh Devi."Sini, biar gue yang maju. Kalian lihat ini, perhatikan baik-baik! Biar kalian tahu, bagaimana caranya menaklukan wanita itu." Selanjutnya, pria yang bicara barusan dengan percaya diri maju ke depan. Tentu saja, tatapan mesum tidak lepas dari bagian dada Devi. Ia menegukkan ludah berulang kali, lalu tanpa babibu langsung memajukan tangannya ke target yang di kuncinya.Tap.Dia berpikir, akan mudah menyentuh sepasang melon k
Read more
BAB 27
Melihat para preman berniat mengeroyok Devi, Awan tidak tega membiarkan Devi bertarung seorang diri. Dia berniat maju, tapi Devi langsung melotot ke arahnya. "Kamu mau ngapain? Tetap berdiri di sana. Aku masih bisa mengatasinya." "Tapi, mereka.." "Sudah. Kamu lihat saja dari sana!" Ucap Devi lebih tegas. Devi tahu, Awan berniat membantunya. Tapi, dengan kondisi Awan yang sedang hilang ingatan dan juga kekuatan intinya yang sudah hilang, Awan sekarang tak ubahnya seperti pemuda biasa. Meski begitu, ia tetaplah Awan yang memiliki hati baik. Ia berniat maju, pasti karena memikirkan dirinya. Karena itu juga, Devi tidak ingin Awan bertindak sok berani dan sampai melukai dirinya sendiri demi melindungi dirinya. Seperti ucapannya, Devi bisa mengatasi lima preman tersebut dengan begitu mudahnya. Saking mudahnya, mereka bahkan mungkin tidak layak untuk dijadikan sebagai bahan pemanasan sekalipun. Awan hanya bisa bengong menyaksikan semua itu dengan matanya, karena melihat cara Devi yang
Read more
BAB 28
"Hmn, kangen banget sama suasana sekolah ini." Saat itu, Sherla dan enam sahabatnya baru saja datang. Mereka sudah membuat janji jauh-jauh hari untuk pertemuan hari ini. Hari ini merupakan hari yang paling bersejarah bagi mereka. Karena pada hari ini, di tanggal yang sama lima tahun lalu, mereka telah membuat janji. Saat itu, mereka hanyalah siswa polos yang sedang bersiap menyongsong impian mereka masing-masing. Namun, puncak semua itu adalah pertemuan hari ini. Pertemuan yang sudah lama mereka nantikan. Sekarang, mereka telah lulus dan sedang menapaki jenjang emas dalam karir mereka masing-masing. "Apa yang kalian tunggu? Ayo, kita masuk. Mungkin saja 'dia' sudah menunggu kita." Ajak Radit berinisiatif pertama kali, karena ke enam sahabatnya seakan masih larut dengan nostalgia mereka dengan sekolah ini. "Ih, Radit gangguin momen kita aja." Ujar Siska cemberut. Namun, ia tidak bisa protes lebih dari itu, karena ucapan Radit ada benarnya. Selain mereka reuni hari ini, tujuan lai
Read more
BAB 29
Siska, sekarang bekerja sebagai manajer di salah satu bank swasta internasional. Sebuah lonjakan karir yang luar biasa, mengingat usianya yang masih sangat muda. Veby, gadis chubby yang sekarang menjadi akuntan manajer di sebuah perusahaan multinasional. Pelanggan perusahaan ini bukan sekedar perusahaan lokal semata, tapi sebagian besar berasal dari Eropa dan Amerika. Jelas pendapatan yang dihasilkannya tidaklah sedikit. Lina, berkulit kuning langsat dan dulunya suka bicara ceplas-ceplos. Sekarang tampak jauh lebih kalem, namun auranya terlihat begitu dewasa. Dia kabarnya berhasil mendirikan sebuah butik atas namanya sendiri dan sekarang sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh tanah air. Lalu, ada Sherla. Siswanya yang dulu cukup pendiam namun sangat pintar dalam mata pelajaran matematika, bidang yang diajar oleh dirinya. Sekarang, Sherla telah berhasil menjadi guru di salah satu sekolah menengah swasta berlevel internasional di Jakarta. Seperti yang ditanyakan oleh S
Read more
BAB 30
"Ada apa, Dit?"Tanya Novi dan yang lainnya penasaran, karena Radit tiba-tiba berhenti dan terpaku pada satu tempat. Saat mereka melihat apa yang sedang dilihat oleh Radit, mereka sama terkejutnya dengan Radit. Ketika melihat ada seorang wanita sedang duduk di pojok atap seorang diri. Perawakannya yang dewasa, jelas menunjukkan kalau dia bukanlah salah seorang siswi di sekolah sana."Dia siapa?"Wanita yang sedang duduk di pojokan atap sedang larut dengan suasana sekolah dan momen 'spesial'nya yang pernah terjadi tepat di bangku tersebut.Ia sedikit terlambat menyadari, jika telah ada orang lain selain dirinya di sana. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dia berpikir orang yang datang adalah pria yang sedang ditunggunya. Saat ia berbalik, di sana ia menemukan sekelompok orang sedang menatap dirinya. Sekilas tampak kekecewaan dalam matanya, karena mereka bukanlah orang yang ingin ia temui saat ini.Namun, ia dengan cepat merubah raut wajahnya.'Tentu saja, itu mereka. Siap
Read more
PREV
123456
...
64
DMCA.com Protection Status