Semua Bab JERAT CINTA ISTRI KETIGA: Bab 51 - Bab 60
118 Bab
51. IJIN KEPADA SUAMI
“Ibadah itu bukan cuma sholat Erlangga, masih banyak yang lainnya. Bisa jadi sholat yang kamu lakukan hanya karena penggugur kewajiban saja, kamu belum melakukannya sebagai kebutuhan berkomunikasi dengan sang pencipta.”“Lalu, apa yang harus aku lakukan?”“Lakukan hal yang membuat Alloh senang, Alloh pasti juga akan membalasnya dengan membuat senang hambanya. Entah dengan cara apa yang kita tidak pernah tau, tapi pertolonganNYA pasti menghampiri kita. Renungkan kata-kataku Erlangga. Harta kamu sangat banyak, tapi apa pernah kamu berfikir, bahwa yang sudah kamu keluarkan untuk kebaikan itu sudah sebanding dengan harta yang Alloh titipkan kepadamu? Hartamu bukan milikmu Erlangga. Kalau kau tak bisa mengelolanya dengan baik, Alloh bisa mengambilnya sewaktu-waktu tanpa kau mampu menahannya sedikitpun.”Erlangga terdiam, merenungkan nasihat dari istrinya.“Kami, ketiga istrimu, juga titipan dari yang kuasa. Kalau kau tak mampu berbuat adil kepada mereka, apa kamu siap jika suatu saat Alloh
Baca selengkapnya
52. MENGANTAR BUNGA
“Bagaimana, Bunga?” tanya Aini kembali.“Iya.” Bunga menganggukkan kepala.“Baiklah. Aku ambil kunci mobil dulu.” Erlangga tersenyum. Wajahnya berbinar ceria. Ia begitu bahagia dan hatinya berbunga-bunga. Mudah-mudahan ini awal yang baik untuk kembali memulai hubungan.*****Suasana hening di dalam mobil. Tak ada satu patah katapun keluar dari mulut mereka. Erlangga pura-pura berkonsentrasi mengemudi. Padahal konsentrasinya terpecah oleh degup jantung yang tak beraturan.Duduk berdampingan dengan istrinya seperti duduk dengan wanita yang baru saja dikenalnya. Terasa kembali seperti ABG yang baru mengenal cinta. Ada rasa gemetar dan ingin selalu menyentuh. Bahkan tanpa sengaja Erlangga menyentuh lengan Bunga, debar di jantungnya kian meningkat. Namun Ia berusaha menguasai diri.Bunga membuang jauh pandangannya keluar. Ia tak ingin melihat wajah suaminya. Hatinya masih sulit melupakan peristiwa mengenaskan itu. Terlalu sakit untuk mengenangnya.Bunga tak mengerti, lelaki sebaik suaminya
Baca selengkapnya
53. DUKUNGAN ORANG TUA BUNGA
Erlangga berterima kasih kepada ayah mertuanya. Karena Ia telah memenuhi keinginannya. Tanpa sepengetahuan Bunga, Erlangga dan papahnya pernah datang ke sini dan bertemu dengan ayah Bunga. Mereka berbicara enam mata. Pembicaraan yang menyangkut tentang rumah tangga anak mereka.Hadi wijaya sudah menjelaskan semuanya. Awalnya ayah Bunga marah dan kesal, tetapi Hadi wijaya berhasil meyakinkan dan meminta untuk menasihati putrinya. Hadi wijaya juga meyakinkan bahwa putranya pasti mampu berbuat adil.“Kamu paham apa yang ayah bicarakan tadi?”“Iya ayah, ngerti!” jawab Bunga ketus.“Ya sudah. Kalau begitu, ayah tunggu cucu dari kamu dan Nak Er ya.”“Do’akan saja, supaya kami cepat dapat momongan pak.” Erlangga tersenyum ceria. Ia merasa mendapat angin segar dari mertuanya.“Oh ya, maaf sebelumnya. Saya tidak bermaksud lancang. Bagaimana kalau rumah ini di renovasi total. Nanti akan saya kirim tenaga ahli kesini.”“Enggak usah Nak, terimakasih.”“Enggak usah sok baik deh! pake nyogok segala
Baca selengkapnya
54. HATI BUNGA LULUH
“Boleh sayang,” sahut Erlangga kembali mengecup kening Bunga lembut. “Kalau kamu mau pulang, telpon aja, nanti aku jemput.” Erlangga menepuk pipi Bunga dengan lembut.“Bunga gak nyimpen nomor Pak Er.”“Istriku, sebegitu tidak pentingkah aku di matamu. Sampai nomor telpon suamimu sendiri tidak kamu simpan.” Erlangga menggelengkan kepala sambil mengacak puncak kepala istrinya. Ia lalu mengambil ponsel istrinya dan menyimpan nomornya. Lalu memperlihatkan nama, ‘My lovely husband’ yang Ia simpan di phonebook.Bunga membacanya dan memprotes, “Enggak mau nama itu,” sahut Bunga dengan mencebik dan memukul lengan suaminya.Erlangga tertawa lepas dan teramat bahagia. Seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Ia lalu mengunci kedua lengan Bunga dan membawa tubuh istrinya ke dalam dekapannya. Hatinya terasa begitu damai. Berjuta harapan Ia tumpukan pada istri ketiganya.****Erlangga kembali dari rumah istri ketiganya. Dengan tergesa masuk ke dalam rumah sambil memanggil nama Martha. Setiap
Baca selengkapnya
55. DATANG KE KLINIK PASUTRI
“Aku bingung dari mana memulainya. Aku malu mau ngomongnya Martha.” Erlangga menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Ngomong aja, aku istrimu. jangan sungkan-sungkan.”“Begini, Marta. aku takut kalau Bunga menginginkan ... tidur denganku, aku tak mampu menandinginya.” Erlangga berbicara sangat pelan, seolah takut ada yang menguping pembicaraannya.“Ooh itu.” Marta mengulum senyum. Terselip rasa sakit dalam hatinya. Ingin menangis dan meminta keadilan untuk dirinya saat ini juga, tapi tak kuasa. Kembali Martha hanya bisa memendam kepedihan dalam hati saja dan berpura-pura bahagia walau bathin tersiksa.“Aku serius Marta, jangan senyam-senyum. Tolong bantu aku cari solusi. Kamu tahu sendiri kan, usia Bunga separuh dariku. Semangatnya pasti masih menggebu. Aku tidak percaya diri menghadapinya. Kamu sendiri dulu seusia Bunga juga sudah menikahkan? Pasti sedang semangat-semangatnya. Aini dulu juga begitu, tapi waktu itu aku masih muda, jadi aku mampu mengimbanginya. Nah kalau sekarang, aku su
Baca selengkapnya
56. BERTEMU MANTAN SUAMI MARTA
"Yang istrinya muda itu?” Marta menatap kearah dua insan yang terlihat sedang dilanda asmara, walaupun perbedaan usia begitu mencolok.“Iya.”“Bagus ‘kan? Jadi ada teman ngobrol.”“Bagus apanya? kalau dia, pantas ke sini, usianya hampir tujuh puluh tahun, lawannya masih kinclong gitu. Kalo aku ‘kan belum setua itu.”‘Terus yang minta kesini itu siapa?” Marta berusaha bersabar biarpun sedikit kesal.Erlangga membisu. Tanpa berfikir panjang, Ia memutuskan untuk membatalkan niatnya. Sesaat kemudian Erlangga menggandeng lengan Marta dan mengayunkan langkah menuju ke parkiran mobil.Pada saat Erlangga hendak membuka pintu mobil, Ia merasakan tepukan kasar di bahunya. Pria itu menoleh ke arah telapak tangan milik seorang pria yang membuat matanya membulat dengan sempurna. “Yudi?!”Begitu juga dengan Martha yang tak kalah terkejutnya. Dia menutup mulutnya yang menganga lebar. Hatinya terasa membara kala melihat manusia yang paling dibenci di dunia ini. Rasanya tak ingin bertemu lagi dengan
Baca selengkapnya
57. ERLANGGA CEMBURU KEPADA MARTHA
Yudi merasa harga dirinya direndahkan di depan Erlangga. Diapun membalas ucapan mantan istrinya.“Kalau masalah harta, aku bisa berikan untukmu kalau kau menginginkannya! Mungkin saja suamimu bisa memberikan kemewahan, tapi tidak kepuasan bathinmu, karena hanya akulah yang mengerti kebutuhanmu akan hal itu, Sayangku,” ucap Yudi dengan berani menyentuh dagu Marta.Plakk, satu tamparan mendarat di pipi Yudi. “Jangan mimpi Yudistira! bagiku, kamu adalah pria yang menjijikan!” Emosi Marta tak terkendali. Ia begitu kesal kepada mantan suaminya yang terlalu percaya diri.“Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah mengganggu istriku, atau kamu akan menyesal!” Erlangga mengancam Yudi.“Aku tidak takut dengan lelaki banci sepertimu, Erlangga!” Yudi tersenyum sinis.“Apa maksudmu?” Erlangga melotot kearah Yudi.“Kita sesama lelaki, dan pasti tahulah tujuanmu datang ketempat ini. Baru punya bini dua saja sudah loyo,” ucap Yudi dengan melipat kedua lengannya di depan dada sembari menatap nakal k
Baca selengkapnya
58. ERLANGGA KESAL
Erlangga masuk dengan tergesa ke dalam rumah. Ia tidak memperdulikan Aini yang menyambut dengan senyum manisnya. Hatinya masih diliputi kekesalan karena pertemuan yang tak disengaja dengan mantan suami Marta.Erlangga menaiki tangga sembari memainkan ponsel, hingga tak sengaja menabrak Bunga yang tengah turun dan juga bermain ponsel. Hampir saja keduanya terjatuh, untung saja Erlangga berhasil menangkap tubuh istri ketiganya.Mata Erlangga terbelalak melihat dada istrinya yang begitu terlihat saat Bunga berada dalam pelukannya. Dada Erlangga berdegup sangat kencang, Hasratnya begitu menggebu. Berkali-kali Ia menelan ludah. Namun Ia tersadar saat Bunga menoyor wajahnya.“Iih jangan kurang ajar ya.” Bunga melepas diri dan mengatupkan daster di bagian dadanya.“Siapa yang kuang ajar?! Kamu sendiri yang nyodorin tubuh kamu! Dasar stupid!” Erlangga memaki Bunga sambil berlalu. Hatinya masih diliputi kekesalan.“Dasar aki-aki! Udah jelek, hidup lagi!” balas Bunga gak mau kalah.Erlangga me
Baca selengkapnya
59 KESEDIHAN BUNGA
Aini melonggarkan pelukannya dan tersenyum kepada suaminya. ”Oh ya, Mas. Gimana kalau nanti malam kita makan di luar? Sudah lama kita tidak pergi bareng. Kita ‘kan juga butuh refreshing. Setelah makan, kita bisa nonton atau ke mana kek.” Aini menatap suaminya dengan berbinar.“Terserah, kamu atur saja.”“Oke, tapi jangan lupa, Kamu yang traktir ya?”Erlangga mencubit pipi Aini gemas, “Kamu ini perhitungan banget sama suami ya. Emang kurang uang bulanannya?” canda Erlangga.“Loh kan perjanjiannya gitu. Kalo ada acara di luar, kan kamu yang bayarin,” jawab Aini dengan manja.“Tapi kan kamu yang ngajak.”“Aturan tetap sama.” Aini mencubit hidung Erlangga pelan.“Kamu memang pintar kalo masalah duit.” Erlangga balas mencubit hidung Aini dan memeluk istrinya. Aini membalas pelukan suaminya erat.Erlangga memejamkan mata. Sejenak, Dia ingin menghilangkan ingatannya tentang perkataan Yudi yang masih terus menghantui pikirannya. Namun ucapan Yudi membuatnya penasaran dengan ‘kemahiran’ Marta.
Baca selengkapnya
6O. ANGIN SEGAR
Erlangga menatap ke arah Bunga. Ia sampai lupa kalau Bunga tak ikut berbaur. Lagi-lagi Erlangga melakukan sebuah kesalahan, Ia terlalu asik dengan kebahagiaannya sendiri tanpa mempedulikan istri barunya. Bunga pasti merasa dicuekin, Erlangga benar-benar merasa bersalah.Langkah Bunga terhenti di sebuah gazebo berbentuk joglo yang berada disudut taman dengan lampu temaram. Ia bersandar pada tiang kayu penyangga gazebo untuk menumpahkan segala kesedihan. Sekuat tenaga Ia berusaha menyimpan airmatanya, tapi kelopak matanya tak mampu menahan genangan airmatanya. Tubuhnya berguncang dan isak tangisnya terdengar lirih.Erlangga memperhatikannya dari jarak yang tak begitu jauh. Kembali didera perasaan bersalah telah mengabaikan istri yang mulai dicintai. Perlahan, mendekati Bunga dan melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang istri ketiganya itu.Bunga terkejut, tapi tak menolak. Ia sangat mengenal pemilik lengan kekar itu. Aroma parfum suaminya menyeruak dan menggugah naluri wanitanya. Ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status