All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 11 - Chapter 20
480 Chapters
Bab 11
"MAMI!" seru Dila.Dila yang terbangun dari tidurnya, kemudian mencari Nia saat mengetahui dirinya hanya sendirian berada di kamar.Lagi-lagi Nia pun harus mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Dion."Cepat!" Dion pun menyadarkan Nia.Dengan segera Nia pun berjalan menghampiri Dila dan kembali membawanya ke dalam kamar. "Dila, bobo lagi ya." "Ya, Mami!" Dila pun menurut, kemudian memeluk leher Nia.Sesaat kemudian terdengar napas Dila yang beraturan, tandanya Dila sudah terlelap kembali.Dion pun memasuki kamar Dila, seharian ini tidak bertemu membuatnya merasa begitu rindu.Setelah mencium kening Dila, Dion pun berniat keluar."Tuan, aku benar-benar ingin bicara," Nia tidak patah semangat.Sekalipun terus saja ditolak, tetapi terus berusaha untuk didengarkan.Dirinya benar-benar sudah yakin untuk mengatakan kehamilannya, bahkan siapa Ayah dari janinnya.Biarlah nantinya menjadi urusan nanti, saat ini kejujuran adalah hal utama.Banyak sudah usaha yang dilakukan oleh Nia, sehingg
Read more
Bab 12
Nia pun terbangun dari lelap saat cahaya mentari menyentuh wajahnya. Seketika itu, Nia terkejut mendapati diri di atas ranjang.Dengan gerakan cepat, Nia pun turun dari atas ranjang, kemudian menatap Dion yang masih terlelap di sana.Tunggu! Artinya, dirinya tidur bersama Dion? Nia seketika merasa takut.Tetapi, bukankah dirinya kemarin tidur di bawah.Nia tidak menyadari bahwa geraka-gerakan kecilnya dapat dirasakan Dion, sehingga pria itu tiba-tiba membuka matanya."Maaf tuan, saya tidak tahu kenapa bisa tidur di atas ranjang Anda." Nia pun menutup mulutnya cepat-cepat, sambil melihat reaksi Dion.Tetapi, tak ada yang terjadi.Dion tidak marah sama sekali, membuat Nia bingung."Mami!" Pintu kamar terbuka, tampak Dila yang sudah memakai seragam sekolah.Nia pun menghampiri putri sambungan tersebut, kemudian bertanya siapa yang sudah memakaikan seragam sekolah."Dila, sudah pakai seragam?" Nia sedikit berjongkok agar mengimbangi Dila, "Siapa yang memakaikannya?""Oma," jawab Dila deng
Read more
Bab 13
Sesampainya di sekolah, Dila begitu bahagia memperkenalkan Nia pada teman-temannya. Gadis kecil itu menceritakan banyak hal yang kini dilaluinya bersama dengan Mami Nia.Sama seperti saat-saat temannya yang bercerita tentang keseharian mereka bersama kedua orang tuanya.Wajah Dila begitu berseri-seri hingga keadaannya pun semakin membaik."Mami, pulang dulu. Nanti, Mami yang akan menjemput Dila lagi."Dila pun mengangguk cepat, takut kehilangan Nia membuat Dila menurut pada apa saja yang dikatakan oleh Nia."Hati-hati Mami!" seru Dila sebelum akhirnya memasuki kelas.Nia melambaikan tangan, kemudian berjalan ke arah mobil."Tuan, saya pulang naik ojol saja," ucap Nia yang tidak ingin merepotkan Dion. Lagi pula, sangat besar kemungkinan Dion tidak mau pulang bersamanya.Atau, mungkin ada pekerjaan penting?Bukankah merepotkan hanya untuk mengantarkan dirinya pulang?'Ingat Nia, kamu hanya seorang pembantu yang memainkan peran sebagai seorang Ibu untuk Dila, bukan seorang istri untuk Tu
Read more
Bab 14
"Dion!"Dion pun menghentikan langkah kakinya, menoleh pada Bunga yang sedang duduk di teras.Bunga melihat penampilan Dion. Baju santai dengan sepatu olahraga. Lalu, ada handuk kecil di tangannya."Kamu nggak ke kantor?" tanya Bunga."Nanti Ma, setelah menjemput Dila.""Setelah menjemput Dila?" Bunga pun mendadak bingung.Dion sering kali menjemput Dila, tetapi tetap saja pergi ke kantor juga. Kemudian nantinya langsung ke sekolah, setelah mengantarkan Dila ke rumah. Maka, Dion akan kembali ke kantor lagi.Tetapi, untuk pagi ini tampaknya ada yang berbeda. Bahkan, wajah Dion pun terlihat lebih bercahaya dari biasanya.Kini, Bunga merasa bersyukur. Kehadiran Nia bukan hanya membuat Dila yang murung menjadi penun tawa. Namun, Dion pun seakan mendapatkan kebahagiaan setelah selama ini hanya memikirkan tentang putrinya saja."Dion, pergi dulu ya, Ma."Bunga pun mengangguk diiringi senyum bahagia.Dion terus saja berlari kecil, mengelilingi kompleks perumahan yang sudah lama tidak pernah
Read more
Bab 15
Sesampainya di dalam kamar, Dion pun melepaskan tangan Nia. Pria itu menatap Nia yang sedang menggigit bibir bawahnya."Cepat siapkan pakaian untuk saya!" titah Dion.Nia pun mengangguk dengan cepat, kemudian melaksanakan perintah Dion dengan secepat mungkin.Setelah mendapatkan baju yang diminta oleh Dion, Nia pun meletakan pada ranjang.Kemudian bersiap-siap untuk pergi, tetapi pintu yang terkunci membuatnya tidak bisa keluar."Cepat gosok punggung saya!" Terdengar suara Dion dari arah kamar mandi, Nia hanya diam di depan daun pintu.Nia bingung Dion berbicara pada siapa. Rasanya, tidak mungkin padanya, kan?"Nia!" Dion pun memilih memanggil nama karena sadar Nia yang lelet tidak akan mengerti dengan maksudnya.Nia pun semakin kebingungan. Sesaat kemudian, Dion pun keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya.Mulut Nia terbuka lebar menatap perut kotak-kotak Dion. Segera, dia pun membalikkan tubuhnya."Tuan, maaf. Saya tidak sengaja melihatnya. Lagi pula, saya tida
Read more
Bab 16
Nia menggigil kedinginan. Dia terlalu lama berendam, hingga membuatnya masuk angin.Setelah membuatkan secangkir teh hangat, Nia pun duduk di kursi meja makan. Sesekali, dia menghirup aroma teh yang membuatnya lebih segar.Dion yang mencari keberadaan Nia akhirnya menemukan di dapur. Seketika itu juga, Dion pun tersenyum, kemudian menghampiri Nia."Buatkan aku secangkir kopi!" Kemunculan Dion yang tiba-tiba membuat Nia terkejut. Oleh karena itu, Nia segera menyemburkan teh dari mulutnya, tepat mengenai kemeja Dion.Nia pun menyadari kesalahan apa yang barusan dilakukannya.Dengan panik, Nia bangkit dari duduknya menghampiri Dion. Kemudian, membersihkan kemeja dengan tisu.Dion hanya terdiam tanpa ingin marah. Sekarang, dia menyimpulkan jika Nia bukan hanya sekedar wanita lugu, tetapi juga ceroboh."Tuan, maaf. Saya terkejut," kata Nia dengan panik sambil terus berusaha mengeringkan kemeja Dion."Kapan kau bisa menjadi wanita normal?" tanya Dion."Saya normal, Tuan?" Nia pun berkata
Read more
Bab 17
Secangkir kopi sudah diseduh, sesuai dengan perintah Dion.Dengan segera, Nia membawanya ke kamar. Nia pun mengetuk pintu kamar terlebih dahulu yang sebenarnya tidak tertutup rapat. Setelah mengintip dari celah pintu yang terbuka, Nia pun perlahan mendorong pintu kemudian masuk. Dia meletakan secangkir kopi di atas meja, sedangkan Dion hanya diam saja.Sesaat kemudian, Nia merasa pusing. Terlalu lama basah, membuatnya masuk angin, hingga merasa mual."Kamu kenapa?" tanya Dion sesaat menyeruput kopi buatan Nia."Saya masuk angin, Tuan." Secepat mungkin, Nia menuju kamar mandi--memuntahkan cairan.Dion hanya diam dan mendengar suara Nia dari arah kamar mandi, merasa kasihan pada Nia. Sekaligus, merasa bersalah sudah mengajarkan Nia terlalu lama berendam.Tak lama, Nia pun tampak keluar dari kamar mandi. Dion pun memanggilnya dan meminta Nia untuk berbaring di atas ranjang."Tidur saja. Nanti, setelah hangat, baru bangun.""Tapi, Dila harus dijemput, Tuan," ucap Nia, mengingatkan. "Bi
Read more
Bab 18
Dion masih saja menatap perut Nia. Rasanya, dirinya begitu kecewa pada Nia. Padahal, perempuan itu baru saja membuatnya tertarik."Dia hamil, Ma," jelas Dion."Hamil?" Bunga terkejut mendengarnya.Seketika, Bunga menatap perut Nia. Namun, ada juga yang membuat Bunga bingung.Dion dan Nia baru tidur di kamar yang sama beberapa hari ini. Akan tetapi, dirinya juga tidak bisa menyimpulkan apakah semuanya sudah terjadi sejak awal menikah?Lagi pula, keduanya suami istri. Siapa yang dapat melarangnya?Tunggu ... usia pernikahan Dion dan Nia masih satu bulan, sedangkan perut Nia sudah tampak begitu menonjol?"Dari mana Mama membawa wanita ini? Kemudian, menikahkan kami mendadak?" Kali ini Dion bertanya pada Bunga. Sorotan matanya tajam sebab Bungalah yang memintanya menikahi Nia."Dion, coba sedikit dijelaskan lagi." Bunga tidak mengerti. Dirinya memang sedang kebingungan. Namun, tidak mengetahui secara pasti.Entah mengapa, Bunga merasa bahwa jika pun Nia hamil, pastilah dia hamil anak Dio
Read more
Bab 19
"Reza."Nia tidak tahu entah seperti apa ekspresi wajah Dion saat ini ketika dirinya menyebutkan nama tersebut. Nia pun tidak bisa menerima kenyataan pahit itu sampai detik ini.Dion mengerutkan dahinya, merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Nia.Sejenak, dia menepis pikirannya jika Reza yang dimaksud oleh Nia adalah anak dari Chandra--kakaknya.Bukankah dunia ini begitu luas? Nama Reza pun tidak hanya dimiliki oleh satu orang saja."Tuan, aku tidak pernah berniat untuk menjadikan Anda sebagaimana tumbal. Saya juga tidak ingin menjadikan Anda yang tidak bersalah sebagai Ayah dari anakku ini. Aku pun sadar aku hanya seorang wanita bayaran untuk merawat putri Anda. Jadi, aku tidak pernah berpikir untuk mencari keuntungan, Tuan," jelas Nia lagi.Perlahan, Nia pun menjelaskan segalanya mulai dari penyebab dirinya mengandung.Saat kejadian malang itu menimpanya, Nia sudah berusaha untuk menolak. Bahkan melarikan diri, namun siapa sangka ternyata Reza begitu bernafsu padanya.Meren
Read more
Bab 20
Dion pun menarik lengan Nia dengan paksa agar Nia keluar dari kamarnya."Tuan, aku mohon." Nia kembali bersimpuh di bawah kaki Dion, berharap dikasihani.Hingga pintu pun terbuka. Dila tampak berdiri di ambang pintu dengan seragam sekolahnya.Matanya membulat karena melihat Nia sedang bersimpuh di bawah kaki Dion.Dila bingung dengan apa yang sedang terjadi, tetapi air mata Nia membuatnya menjadi marah."Pergi dari rumah ini!" perintah Dion yang dapat didengar Dila.Dila pun segera berlari menghampiri Nia, kemudian memeluk Nia.Seketika, keduanya tersadar karena kini ada Dila di antara mereka."Papi marahin Mami, ya?" Dila menatap Dion dengan tajam.Tidak ada ampun bagi siapapun yang menyakiti Nia.Dila yang masih polos dan merasa diberikan kasih sayang penuh oleh Nia, tidak akan membiarkan Nia disakiti--walaupun Dionlah yang menyakitinya."PAPI JAHAT!" teriak Dila sekencang-kencangnya.Melihat wajah Dila yang bersedih, membuat perasaan Dion menjadi kacau. "Biarkan dia pergi dari sin
Read more
PREV
123456
...
48
DMCA.com Protection Status