All Chapters of CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat : Chapter 61 - Chapter 70

Esok hari, pemakaman Nizar Utomo tak dihadiri Rashya yang masih terbaring lemah di ranjang besar. Orang tua dan adiknya mewakilinya setelah semalam melihat langsung, tubuhnya tidak bisa bertahan lama di kursi roda. Mereka bergegas pulang ke rumah diantar pengacara dan perawat yang menyelamatkan pria lumpuh hampir jatuh pingsan. Dari semalam dia hanya diam merenung. "Ra..." Panggilan pelan di kamar utama. "Ya, sayang?" Zaphira berusaha tersenyum dibalik ketakutannya jika terjadi sesuatu pada suaminya. " Apa Mas sudah mau makan? Sudah aku siapkan soup enak agar kamu sehat dan semakin semangat." Wajah Rashya malah berpaling ke arah lain, menahan kecewa, marah, dan sedih bercampur baur di pikiran juga hatinya. Sahabatnya, Nizar, tak patut tewas dengan cara mengenaskan, tetapi ternyata takdir bercerita lain. "Ra, apakah aku harus bergembira, atau ikut berduka dengan kematian sahabatku sendiri?" tanyanya merasa bingung dengan mata berkaca-kaca menyembunyikan emosinya. Jema

Tak ada pemberitahuan keberangkatan Rashya yang begitu mendadak, meski pernah berkeinginan berobat ke luar negeri. Ternyata, kejadian kehilangan sahabat Nizar, juga membuat putra sulung mereka mengalami goncangan hebat. Salah satu cara Rashya keluar dari masalah, dengan memulai kehidupan baru demi menghilangkan trauma berat akibat kecelakaan tabrak lari yang menimpa dirinya. "Oh, sayang, kenapa tak bilang ke Mama, kan kami bisa antar dirimu juga?" Nyonya Sisca meratap sedih, berdiri di teras memandang rumah mewah putranya, tapi dia sudah lagi berada di sana. "Ayo kita pulang menunggu kabar darinya kalau sudah sampai tujuan pasti dia menghubungi orang tuanya," Tuan Imran Nadhirrizki merangkul istrinya ke dalam mobil lagi. Kekecewaan yang sama dirasakan Arzu. Kehilangan kesempatan menemui perawat pujaan hati, ternyata dibawa pergi kakaknya jauh darinya. Suatu saat Zaphira kembali akan menjadi milikku lagi! Benaknya tidak mau berhenti berharap. Tetiba, gawainya berbunyi pang

Setelah seharian beristirahat dari perjalanan panjang menuju klinik rehabilitasi di Switzerland, akhirnya esok hari Rashya ditangani dokter spesialis saraf (neurolog) dan dokter spesialis bedah saraf (neurosurgeon). Tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik, tes neurologis, dan tes penunjang seperti elektromiografi (EMG) dan studi konduksi saraf (NCS) untuk menentukan penyebab kelumpuhan. Dokter Neurolog, Brian Smith memberi perhatian penuh ke pasien khusus titipan kolega pemilik klinik, Monsieur Julian Balthis yang kenal baik Monsieur Maximo Brando. Mereka menjamin pasien prioritas mendapat fasilitas penuh dan terbaik. Pasien segera diberikan obat-obatan, terapi fisik, dan terapi rehabilitasi untuk membantu pasien memulihkan fungsi saraf dan mengurangi gejala kelumpuhan. Bersama Dokter Neurosurgeon, Noah Meier menangani pasien jika diperlukan melakukan tindakan bedah untuk mengatasi gangguan saraf menyebabkan kelumpuhan, tumor otak dan sumsum tulang belakang, serta c

Di sebuah rumah kecil, berada dalam kawasan padat penduduk, tinggallah seorang gadis manja Amelia Pratiwi dan ibunya yang mengomel setelah berkunjung ke kediaman orang kaya raya tempat Zaphira bekerja belakangan ini. "Dasar anak durhaka! Dia tak pernah menghargai aku sebagai ibunya yang capek merawatnya sejak kecil!" kecam Nyonya Ella berulangkali. "Duh Mama jangan mau kalah! Tekan saja keluarga Tuan Imran yang telah memperkerjakan Zaphira untuk mengirim gajinya ke rekening kita!" Amelia mencibir sinis melihat rumah mewah dan besar yang seperti istana dibandingkan milik mereka, kumuh dan sumpek. Begitu iri dan dengki kehidupan saudari tiri yang dipenuhi sebuah kemewahan. Nyonya Ella setuju usul Amelia Pratiwi, putri kesayangan. Kebutuhan hidup mereka makin besar, dan harta benda ayah Zaphira sudah dijual menutupi gaya hidup sering berfoya-foya. Warisan sebuah rumah besar seharusnya menjadi milik putri kandung sudah dikuasai oleh mereka, dijual untuk membayar utang kartu kre

Senyum tersungging di bibir CEO mengiringi langkah sekretaris Eliza keluar dari kantornya. Lepas sudah satu masalah dengan cara mudah, menggantikan wanita lebih muda darinya untuk diperalat Arzu cuma sebagai mainannya. Hubungan mereka nyaris ketahuan suami Eliza, dan dia tak mau ambil resiko di kemudian hari. Kisah asmara rahasia dan permainan panas mereka berakhir hari ini. Bergegas mengambil jas dan kunci mobil, lalu menuju parkiran basement. Malam yang menyenangkan usai meluapkan emosi dan gairah sebelum menjumpai jalang sialan yang terbujur kaku seperti batu karang di rumah sakit. Andai Arya tak mendesak lebih baik memilih pulang ke rumah orang tua. Lift yang ditumpangi sampai ke area parkiran, lalu Arzu menekan tombol alarm central lock membuka pintu mobil. Tiba-tiba saja, seorang gadis muda menghampiri dan tersenyum padanya. "Tuan Arzu-?" "Ya, ada apa?" tiliknya waspada. "Jika urusan kantor, besok pagi saja datang lagi!" Dia malas bertemu orang yang tak berkepentinga