Semua Bab Istri Cantik Tuan Dominic: Bab 21 - Bab 30
33 Bab
21. Istri yang Dianggap Pembantu
Keesokan hari nanya Serena terbangun dengan kepala yang berat. Selain karena kelelahan akibat begadang semalam, Ia juga merasa sedikit pusing. Iaa terbangun lalu mengusap matanya dan menyadari bahwa ia sedang berada di kamar. Eh kamar?Siapa yang memindahkannya kemari?Seingatnya semalam ia dari tidur di atas meja makan. Rasanya tidak mungkin juga Serena berjalan sendirian tanpa sadar, lalu naik ke atas tempat tidur. Apakah Aarav yang memindahkannya? Eh tapi omong-omong di mana pria itu?Pandangan Serena mengedar ke sekeliling ruangan. Matahari masih belum memunculkan sinarnya. Ia dikagetkan oleh sesosok tubuh besar yang sedang meringkuk di sofa kamar. Serena membulatkan mata. Kenapa Aarav tidur di situ dan kenapa Serena malah tidur di atas ranjang yang seharusnya ditempati pria itu?Celaka! Pria itu pasti akan marah jika tahu Serena tidur di sini sementara pria itu harus kedinginan di sofa sana. Serena segera bergegas mendekati Aarav yang masih terpejam. Ia meraih selimut yang barus
Baca selengkapnya
22. Keterlaluan?
"Silakan masuk, Mr. Rudolf!" seru Aarav mempersilakan seorang pria berusia akhir empat puluhan tahunan itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Ditemani dengan empat orang yang bertugas sebagai asisten dan pengawal pribadi pria itu, ia masuk ke dalam rumah Aarav. Pria itu berbicara dengan bahasa campuran logatnya juga sedikit berbeda dari kebanyakan orang."Terima kasih untuk sambutannya, Mr Dominic." Jawa pria itu. Saat memasuki ruang tamu, Mr Rudolf terdiam sepersekian detik dan menetap ke atas. Melihat desain rumah yang begitu futuristik. Mau tidak mau ia terpukau juga. "Rumah anda sangat bagus dan asri."Aarav tersenyum. "Ini adalah kado pernikahan yang sudah dipersiapkan ibu saya dari jauh-jauh hari," jawabnya. "Ah, begitu... Kalau begitu anda harus memperkenalkan saya pada Mrs. Dominic. Dia pasti sangat cantik dan hebat sehingga bisa menaklukkan hati anda!" gumamnya penuh senyum. Aarav tersenyum. Dalam hati ia berdoa semoga Serena tidak menunjukkan gelagat yang menunjukkan bahwa ia
Baca selengkapnya
23. Pembelaan Sang Suami
Mr Rudolf terus memperhatikan Serena yang kembali bersama dengan Aarav. Wanita itu menyiapkan makanan di meja makan. Mr Rudolf menyadari jika Serena memang terlihat sangat cantik. Baju yang ia pakai memang tidak bagus. Tapi dibalik kesederhanaan itu Mr Rudolf melihat kecantikan dari seorang wanita yang berada di atas rata-rata. Wanita itu terlihat banyak menunduk selama menyiapkan makanan. Sementara Mr. Rudolf menatapnya dengan tatapan yang intens. Ia benar-benar menyukai Serena. Dari wajahnya hingga lekuk tubuhnya yang begitu sintal. Wanita itu terlihat menggoda. Ia jadi berpikir bagaimana bisa Mr. Dominic tinggal bersama dengan pembantu secantik dia? Apakah tidak ada sedikit keinginanpun untuk melakukan hal aneh pada pembantunya ini? "Oh ya omong-omong, di mana istri anda, Mr. Dominic?" tanya Mr. Rudolf. Belum sempat Aarav menjawab, Serena sudah membuka mulutnya. Ia sangat kesal pada kalimat Aarav tadi. Pria itu seolah malu memiliki istri sepertinya. "Nyonya sedang berada di luar
Baca selengkapnya
24. Terserah Padamu Saja
Serena menatap kepergian Mr. Rudolf dengan mata yang membulat. Di ujung ruangan ia melihat Aarav sedang mengeraskan rahangnya. Olivia mencoba mendekati pria itu. Ia ingin mengatakan sesuatu. "Aarav..." panggil Olivia namun pria itu hanya terdiam lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia meninggalkan Olivia yang masih tertegun.Apakah Aarav baru saja membelanya?Apa hanya karena dirinya pria itu harus membatalkan investasi senilai miliaran rupiah hanya karena Mr. Rudolf menyebutnya sebagai pembantu dan berniat membawanya pulang?Olivia jadi merasa bersalah pada Aarav. Gara-gara dirinya pria itu urung mendapatkan suntikan dana yang besar. Serena tidak tahu harus berbuat apa. Ia membiarkan Aarav sendirian dulu dengan masuk ke dalam kamarnyaBukankah seharusnya Aarav tidak membelanya?Bukankah seharusnya pria itu bersikap biasa saja ketika Mr. Rudolf berniat membawanya pulang? Dan bukankah seharusnya Aarav membiarkan Serena untuk dibawa oleh pria itu?Tapi kenapa Aarav harus melarangnya? Kenapa
Baca selengkapnya
25. Tersenyum Tanpa Alasan
Aarav tidak tahu kenapa ia tersenyum sepanjang perjalanan menuju kantor. Ia bahkan terlihat ceria ketika menenteng tas berisi beberapa kotak makan. Ia sama sekali tidak memikirkan kejadian Mr Rudolf yang baru saja datang. Ia bahkan tidak memikirkan soal batalnya investasi besar tersebut. Semuanya seolah biasa saja. Aarav memang pebisnis yang hebat. Ia selalu berhasil mendapatkan investor yang menanamkan modal dengan jumlah yang tidak sedikit. Tapi melihat betapa angkuh dan sombong Mr Rudolf yang menghina Serena membuatnya tidak pandang bulu. Siapa saja yang mengusiknya akan ia singkirkan tanpa berpikir panjang lagi. Aarav masuk ke dalam ruangannya lalu selalu menaruh berpuluh-puluh kotak makanan itu di atas meja. Terus terang saja tangannya terasa pegal. Ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya Serena bisa memasak makanan sebanyak itu. Padahal Aarav yang membawanya saja merasa sangat capek. Bagaimana dengan Serena?Aarav segera menelpon sekretarisnya. Ia menekan interkom dan bicara den
Baca selengkapnya
26. Kecurigaan yang Beralasan
Aarav mengyilangkan kakinya. "Aku memang ingin menyingkirkan Serena tapi bukan dengan membuatnya pergi dari rumahku dengan cara yang kotor seperti itu!" desah Aarav. "Lagipula, apa yang akan kukatan pada ayah Serena jika mengetahui putrinya pergi tanpa alasan? Dan ibuku? Aku tidak tahu bagaimana sedihnya ia jika menemukan fakta bahwa aku membiarkan Serena pergi. Kau tahu, kan dia sangat menyayangi menantunya itu!"Evelyn menghela napas. Kini sepertinya Aarav mulai menggunakan perasaannya dengan melibatkan ibu dan ayah Serena. Benar-benar tidak bisa dibiarkan. "Aku tidak tahu kalau sekarang kau berubah menjadi menantu dan anak yang sangat penurut..." sindir Evelyn. Aarav mengangkat bahunya. Sama sekali tidak merasa terintimidasi. "Aku hanya tidak mau melanggar janjiku pada dua orang tua itu.""Lalu kau akan menyuruhnya pergi dengan cara apa?" tanya Evelyn gemas. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara Aarav berpikir. Bagaimana bisa pria itu masih mempertahankan wanita kelas rendahan seperti
Baca selengkapnya
27. Hanya Benalu?
Pria itu menyuruhnya tidur. Serena berbaring menyamping sembari mengamati kartu kredit yang Aarav berikan tadi padanya. Kata pria itu uang di dalam rekening ini cukup untuk membeli semua keperluan Serena, kan?Memangnya seberapa banyak? Serena jadi bertanya-tanya. Selama ini penghasilannya sebagai dokter yang mengabdi di desa terpencil tidaklah selalu menghasilkan. Ia acapkali dibayar dengan hasil kebun seperti pisang dan ketela atas jasanya pada orang lain. Namun Serena tidak pernah mengeluh. Baginya, profesi yang ia jalani adalah sebagai pelayan masyarakat dengan diagnosis yang tepat. Bukan membebani mereka dengan tarif yang banyak. Jadi bukan salahnya kalau ia tidak pernah melihat setumpuk uang yang bisa dipastikan saat ini ada dalam genggamannya. Dengan kartu ini Serena pasti bisa membeli banyak hal. Seperti sepatu, tas, make up, dan terutama baju. Eh?! Serena memukul kepalanya sendiri. Kenapa ia jadi berniat boros begini? Bukannya ia tidak memerlukan apa-apa? Ia sudah memiliki
Baca selengkapnya
28. Di Rumah Saja
Aarav masuk ke dalam rumahnya. Dan seperti biasa, Serena terlihat menyambutnya dari balik pintu rumah. Meskipun sambutan itu bukanlah sapaan seperti layaknya istri pada suaminya, melainkan hanya senyuman biasa, Aarav tetaplah tidak terbiasa. Sejak kecil ia selalu dibesarkan untuk menjadi seorang pria yang ditakdirkan sendirian. Terlahir dari seorang ibu dan ayah yang selalu sibuk membuatnya merasa kesepian. Ia tidak memiliki saudara. Aarav juga jarang berteman dengan sebayanya saat anak-anak hingga beranjak dewasa. Bukan apa-apa, mereka takut jika berada dalam lingkungan Aarav. Kalaupun ada, anak-anak itu hanya memanfaatkan Aarav untuk kepentingan mereka sendiri. Dulu Aarav pernah memiliki seorang sahabat ketika ia duduk di bangku sekolah atas. Ia temannya itu selalu bersama, bahkan Aarav yang awalnya tidak memiliki kepercayaan diri dalam pertemanan mulai percaya pada sosok sahabat yang selalu di sampingnya. Kehidupan sahabatnya yang miris dan jauh dari kata layak membuat Aarav mem
Baca selengkapnya
29. Drama Makan Malam
Serena menatap Aarav dengan pandangan membulat. "Katanya kau tidak suka makanan yang kubuat?" Aarav merasa sedikit keceplosan. Ia mengangkat bahunya. "Memang!""Lalu kenapa kau bertanya soal makanan apa yang kumasak?!" Aarav hanya terdiam. Pria itu tidak mengatakan apapun. Ia mulai bingung menyusun kalimat untuk membuat alasan. "Kau mau kupesankan makanan saja?" tanya Serena. Ia bingung dengan pertanyaan Aarav. Karena biasanya pria itu selalu memesan makanan. Namun Aarav menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku ingin menyantap makanan buatanmu malam ini."Serena membulatkan matanya. Menyantap makanan buatannya? Tumben sekali. Biasanya pria borju pemilih ini sangatlah anti terhadap apapun yang Serena buat. Jangankan memakannya, menyentuh saja Aarav seolah haram. Jadi sangatlah beralasan kalau Serena hanya bisa mengangkat alisnya ketika pria itu mengutarakan keinginannya. "Kau yakin?!" tanya Serena lagi. Aarav mengangkat alisnya. "Menurutmu itu hal aneh? Meminta sesuatu pada istrinya
Baca selengkapnya
30. Panggilan Sayang
"Aku ikut. Aku akan mencoba membantu merawat ibumu!"Untuk sedetik, Aarav merasa ia begitu terpana. Pada kalimat yang diutarakan oleh Serena. Wanita itu terlihat panik meraih tas mungilnya yang kusam. Lalu mengambil jaket yang berada di gantungan dengan kecepatan kilat dan langsung menyusul Aarav. "Aarav, ayo!" ucap Serena ketika Aarav malah bengong sembari menatapnya. Sebenarnya Aarav terpana pada sikap Serena yang langsung berniat ikut ke rumah ibunya tanpa ragu sedikitpun. Ekspresi khawator benar-benar ditunjukkannya sepanjang wanita itu melangkah menuju mobil dan duduk di samping kemudi Aarav. Semua ekspresi dan perilakunya sama sekali tidak luput dari perhatian Aarav. Bagaimana ada seorang wanita manipulatif yang begitu khawatir pada ibunya? Aarav bertanya-tanya apakah itu hanyalah samdiwara? Tapi bagaimana bisa seseorang bisa bersandiwara sehebat itu? Rasanya tidak mungkin. Serena bahkan berulang kali menangkupkan tangannya seolah sedang berdoa untuk kesembuhan ibunya. "Sem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status