Semua Bab DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU: Bab 171 - Bab 180
198 Bab
Season 2/ Bab 45
”Ayah teman Sasti menikah lagi. Ibu barunya suka marah-marah!” adu Sasti. Tangisnya pecah.Harusnya, Rizal ikut bersedih. Namun, justru dia melihat putrinya seolah sedang bermain drama. Karena itu tak akan mungkin terjadi padanya.Rizal kenal betul siapa Ratih. Saat SMA, jangankan marah. Justru saat dia maki-maki Ratih karena ketauan menyukainya, gadis itu tak pernah marah.Dia masih ingat betapa baiknya Ratih. Meminjamkan PR, catatan. Bahkan seolah dia tak memedulikan dirinya sendiri.Rizal sekilas mengalihkan pandangan. Dia tak ingin terlihat terfokus pada Ratih. Dia pun tak mau memberikan bantuan jawaban, karena dia sendiri kesulitan. Malah, dia pasang telinga baik-baik. Mana tahu jawaban Ratih bisa dijadikan acuan jika sewaktu-waktu Sasti kembali meragukan niatnya menikah lagi.“Insyaalloh, Tante Ratih akan menjadi bunda Sasti. Tante tidak akan marah-marah. Karena Tante sayang sama Sasti.”Rizal mengulum senyum. Melirik sekilas. Dan tanpa disadari keduanya saling bertemu pandang.
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 46
Meski hari sudah larut, Rizal terpaksa menelpon ibunya di kampung. Ternyata, ada panggilan dari ibunya tadi sore. Saat ia sedang bersama Ratih. Panggilan itu akhirnya ketumpuk dengan percakapan lain. Grup SMA dan kuliahnya sudah banyak notif seperti biasa. Namun Rizal tak berminat membukanya.Sejak dulu, dia memang jarang membuka grup kecuali memang sedang tak ada kerjaan. Hari biasa, sudah sibuk dengan kerjaan kantor, dan akhir-akhir ini sibuk mengejar cinta.Jadi, saat dia membuka grup untuk posting undangan pun, sama sekali tidak tertarik melihat percakapan terakhir di grup itu.”Kamu kemana saja. Dari tadi ibu telpon nggak diangkat. Telpon Mbak Siti, katanya kamu pergi sama Sasti!” Belum apa-apa Rizal sudah disemprot.”Ibu kok belum istirahat?” tanya Rizal basa-basi.“Gimana mau istirahat. Ibu itu masih butuh bicara sama kamu. Kamu yang mau nikah, ibu yang repot!” Masih dengan omelan khas ibu-ibu.“Lhah, kan ibu sendiri yang nawarin. Kalau dapat menantu yang sesuai kriteria Ibu, k
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 47
Rizal segera beranjak tidur. Dia tak memedulikan ingatan pada mantan mertuanya yang sering menghantui. Baginya itu hanya godaan syetan, yang kapan aja mengintai calon mempelai agar gundah dengan pilihannya.Rizal sudah tiba di bandara pukul 6 pagi. Tentu saja, Siti dan Sasti diajak serta. Rizal tak mungkin repot mengasuh putrinya di hari bersejarahnya nanti.Detik berjalan begitu cepat. Berulang kali Rizal harus mengecek arloji di pergelangan tangannya. Ia memastikan kalau waktunya masih lama. Namun, nyatanya waktu justru berlari lebih kencang. Padahal sosok yang ditunggunya tak jua muncul.Pandangan Rizal mengedar ke seluruh penjuru. Dia dan putri juga ART-nya sudah berada di ruang tunggu bandara. Hatinya mulai gelisah. Sosok Ratih tak juga muncul di sana. Padahal sebentar lagi waktu boarding.“Tante ikut kita, Pa?” Sasti dengan polosnya bertanya. Rizal mengangguk, lalu mengusap kepala putrinya. Pandangannya kembali mengedar. Ponsel ditangannya berulang berusaha memanggil Ratih. Nam
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 48
Rizal hampir saja kembali meluapkan amarahnya, melihat Ratih hanya tertunduk dan diam. Namun, mendadak ingatan Rizal berputar saat hal yang sama pernah dilampiaskan pada Ratih.Dia ingat, saat itu dia marah besar karena mengetahui Dewi menolak cintanya. Dan yang lebih membuatnya marah, karena Dewi mengatakan,” Ada yang lebih pantas menerima cintamu. Dia sangat tulus dan sanggup berkorban untukmu.”Kata-kata Dewi menyiratkan gadis itu menolaknya. Namun, satu hal yang membuat amarahnya meledak, karena dia tahu, siapa yang dimaksud Dewi.Gadis pendiam, suka mengalah, meski pintar, dan hampir selalu ingin menarik perhatiannya. Meminjaminya PR, buku catatan, bahkan rela mengajarkan beberapa materi pelajaran yang dia tak mengerti karena kesibukan urusan OSIS saat SMA.Rizal menarik nafas sejenak.“Kamu tahu, tiket kita sudah hangus! Itu mubadzir!” ucapnya dengan penuh penekanan, mencoba menekan emosinya. ”Kamu kan bisa ngasi
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 49
Rizal dan Ratih masuk ke pesawat. Karena membeli tiket belakangan dan cek in bersamaan, mereka pun mendapat tempat duduk bersebelahan.Mereka masih dalam diam.Rizal mengeluarkan ponselnya. Masih ada waktu berkirim pesan sebelum pengumuman pesawat akan segera lepas landas.“Lang, kamu buka grup nggak?” Rizal mengirimkan pesan ke sahabatnya.”Ah, elu cemen. Bukannya kasih klarifikasi. Kenapa malah diam aja.” Gilang langsung menyemprot.”Aku nggak tau, Lang. Malah aku tahunya dari Ratih,” balas Rizal.  ”Ratih udah tahu? Tumben dia buka grup. Dia tahu dari mana?”Benar juga. Ratih tahu darimana? Tapi, bukan waktu yang tepat untuk menanyakan. Nanti saja kalau suasana sudah membaik, batin Rizal.“Nggak tau. Dia nggak bilang. Aku nggak sempat nanya. Ini juga lagi drama.””Tapi jadi kan, besok kalian nikah?”Sejenak Rizal mengerutkan keningnya.
Baca selengkapnya
Season2/ Bab 50
Tiga hari sebelumnya....”Lihat ini, Des!” Prita baru datang. Desti sudah menunggunya di cafe. Gadis itu langsung mengangsurkan ponselnya pada sahabatnya. Mata Desti yang tengah menatap gambar di layar itu melebar. “Rizal menikah?” tanyanya nyaris tak percaya. Meski belakangan dia tahu Rizal tengah melakukan pendekatan ke Ratih, namun bukankah dirinya sudah berusaha meyakinkan Ratih siapa Rizal. “Kamu dapat ini darimana?” tanya Desti lagi. Ya, pertemuan terakhir dengan Ratih dia gagal. Bahkan, Ratih dengan percaya diri mengusirnya. Namun, itu bukan berarti kekalahannya. Desti pikir, dia masih punya banyak waktu menggagalkannya. Bahkan, mempengaruhi putrinya saja, dia belum sempat. Dia masih memikirkan langkah-langkahnya. Tapi, kenapa justru sekarang Prita datang membawa undangan?”Dari ibukku di kampung.””Berarti kamu gagal, dong, Prit
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 51
”Gimana, Mas? Udah siap?” Hasan mampir ke rumah Rizal usai mengantarkan Pakliknya pulang. Persiapan di rumahnya sudah selesai. Acara di rumah hanya akad nikah. Sementara resepsi di gedung pertemuan balai desa. Tenda sudah dipasang.“Alhamdulillah. Siap lahir batin.” Rizal tersenyum. Dia lega, calon iparnya yang sebelumnya garang, sudah melunak.“Aku nitip Mbak Ratih ya, Mas. Meskipun dia itu suka mengalah, bukan berarti harus selalu kalah. Dia juga manusia biasa. Kadang sensi juga. Asal Mas Rizal tahu, nggak mudah bagi Mbak Ratih menerima Mas Rizal,” ucapnya.”Karena aku duda?” Rizal refleks menyahut.Hasan menghela nafas.“Justru bukan itu, Mas.”“Karena sikapku dulu padanya?”“Itu salah satunya.”“San, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan bayar semua salahku dulu. Aku pun nggak ingin gagal dua kali.””Nggak ingin gagal dua kali, bukan artinya mengorbankan Mbak Ratih kan, Mas?” Hasan masih mencecar.Rizal tahu, Hasan tengah menguji kesungguhannya.”Kalau Mas Rizal menyakiti Mbak Ratih
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 52
"Diluar banyak orang. Mau kamu dilihat mereka?" Rizal mulai melancarkan serangan. Dia tahu, Ratih tipe insecure. Tak susah membuatnya urung keluar.Ratih yang merasa lipstiknya dikometari refleks menutup area mulutnya. Dia lalu berbalik, mencari cermin untuk memastikan seberapa berantakan pemulas bibirnya.Rizal menahan senyum. Begitu mudahnya istrinya ini terpedaya.Sayangnya, mendadak dia ingat kalau dia disuruh ke kamar itu untuk berganti baju. Tidak mungkin terlalu lama, karena tamu sudah menunggu.Rizal melayangkan pandangan. Ada jas yang ada di atas ranjang. Pasti itu untuknya, batinnya. Tanpa pikir panjang, dia segera membuka baju yang dikenakannya untuk mengganti dengan jas yang ada di situ.Sayangnya, saat dia sudah melepas baju, Ratih malah membalikkan badan usai bercermin karena hendak memprotes ucapan Rizal. “ Bo--- “ Ucapan Ratih menggantung. Mata Ratih membulat karena kaget dengan pemandangan yang dilihatnya. Refleks dia kembali berbalik.Rizal tertawa. Sebenarnya dia j
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 53
Mobil berhenti sempurna di depan balai desa.Rizal langsung turun duluan. Setengah berlari dia menuju pintu tempat Ratih duduk, hendak membantu membukakan pintu.“Aku bisa sendiri,” sahut Ratih saat pintu sudah terbuka. Wajahnya datar.”Duh kayak berantem gini,” batin Rizal.“Senyum, dong. Biar cantiknya kelihatan,” bisik Rizal tepat di depan telinga Ratih.Tampaknya Rizal harus mengalah. Dia tak ingin Ratih ngambek gara-gara terlalu banyak meledeknya.Rizal hanya diam saja. Tak berani komentar lagi, hingga Ratih keluar dari mobil."Mbak Ratih, tangannya Mas Rizal digandeng, dong," protes Bu Witri. Mendengar itu, percaya diri Rizal kembali naik.Pria itu tersenyum. Matanya memindai sekitar. Ada barisan Dini dan Suaminya di sebelahnya.Ratih menghentikan langkahnya begitu mendengar teguran Bu Witri."Banyak berdoa, biar nggak panik," bisik Rizal sambil memberikan lengannya. Membe
Baca selengkapnya
Season 2/ Bab 54
Habis isya, di rumah Ratih sudah mulai kembali sepi. Panitia sudah selesai menurunkan tenda dan mengembalikan kursi-kursi dan perkakas ke tempat penyewaan. Begitu juga urusan dapur. Sejak habis asar, semua sudah dibereskan.Dini dan suaminya sudah berangkat bulan madu. Namun, di rumah Ratih masih ada beberapa saudara jauh yang menginap.Ratih dan Rizal turut menemani mengobrol.”Sana, Mbak Ratih. Mas Rizal sudah capek itu. Mau istirahat kasihan,” ujar salah seorang kerabat.Strategi Rizal pura-pura menguap ternyata cukup jitu.Dia memang capek. Namun, tak enak kalau mohon diri istirahat. Padahal masih sore.”Nggak, kok, Pakde. Masih belum ngantuk.” Rizal pura-pura berkilah.Ibu Ratih memberi kode. “Sana, Nduk. Temani Masmu.”“Ayo kita bubar. Nanti Nak Rizal malu.” Bapak Ratih menambahkan.Terpaksa, ngobrol-ngobrol sementara bubar. Tapi, sebenarnya mereka hanya pindah tempat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status