All Chapters of PESONA DUDA RUPAWAN: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
SALAH TINGKAH
Oma menghentikan aktivitas mengaduk teh manis yang tersaji di atas meja kayu di depannya. Wanita berambut ikal itu memang sangat menginginkan putra sulungnya menikah. "Ibu Fahira, guru aku," tambahnya dengan mata berbinar. Oma yang duduk di bangku kayu jati ukir mendekatkan wajah ke kepala cucunya. Ditopangkan tangan pada dagu, bola mata digerak-gerakan bersiap mendengar penjelasan jujur dari bibir mungil itu. Selanjutnya Aslena menceritakan semua hal yang dia ketahui tentang gurunya. Sesekali oma melirik putranya yang belum juga menimpali."Ibu Fa pintar masak. Ayam gorengnya enak. Nanti Papa mau dibuatkan ayam goreng sama Bu Fa!" seru Aslena dengan kepala ditolehkan pada pria yang sedang berpura-pura melihat ke arah lain. "Wah, Oma mau juga, dong!" timpal wanita yang tubuhnya lebih berisi dari dua orang di sampingnya. Saking penasaran, wanita itu menginterogasi Reynan saat Aslena asyik bermain ayunan di samping kanan gajebo. "Belum fix, Mah. Insya Allah lagi usaha."Reynan men
Read more
HARAPAN HATI
Pria beralis tebal itu mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Fahira berbincang seputar dunia anak dan pendidikan. Cara itu dalam waktu singkat mampu membuat sang guru menyambut antusias tiap pertanyaan. Aktivitas belanja menjadi ringan di sisi Fahira sebab diiringi obrolan ringan bersama pria yang tak seharusnya membersamai. Satu jam sudah keduanya melewati rak demi rak berbagai jenis barang. Kadang Reynan membantu mengambil barang yang tak terjangkau tangan Fahira. Sesekali bercanda dengan menarik benda yang sudah disodorkan, lalu keduanya tertawa. “Haus, ya. Minum dulu di sana, ayo!”“Ehmm!” Fahira melirik benda melingkar di pergelangan tangannya. “Hanya sebentar, ayo!”Mau tak mau Fahira mengikuti langkah pria tegap itu. Tak sampai lima menit keduanya sudah duduk di salah satu foodcourt di mall tersebut. Duduk berhadapan di depan meja kotak coklat. Di tengahnya terdapat tissu dan tusuk gigi. Perbincangan kembali mengalir setelah sama-sama nyaman. “Saya bahagia sekali hari
Read more
MULAI MENGANGGU
Untaian itu bagai simfoni mendayu-dayu, meliuk-liukan hati yang mencoba bertahan pada kesetiaan. Entah mengapa Fahira tak ingin itu berakhir cepat. Ada yang meronta, mencoba meruntuhkan logika. “Saya lancang, ya? Maaf ... Rasa rindu saya pada Ibu ternyata sangat menyiksa.”Fahira merasakan getaran di ujung telpon makin terasa. Sesekali ada helaan berat mengiringinya. Dia pun mengalami hal yang tak jauh beda. Raga dan jiwanya bergetar, menahan sesuatu yang makin lancang menerjang. “Pak, saya ....”Ucapan itu menggantung di udara. Mengatakan yang sebenarnya berarti mengakhiri sesuatu yang baru saja memercikan bahagia di lorong jiwa.“Maaf sekali lagi jika saya lancang menyampaikan apa yang hadir di hati saat ini. Entah mengapa rasa saya pada Ibu begitu luar biasa.”Irama jantung Fahira menghentak-hentak, mengguncangkan rongga dada. Posisinya kini berganti, terduduk di tengah ranjang. “Saya berharap setelah ini kita bisa lebih dekat lagi.”Lama keduanya terjeda dalam diam. Semilir ang
Read more
SIAP, MAM!
Tak dipungkiri, pesona guru muda itu mulai memantik satu rasa yang membuat malam-malamnya ditimpa gelisah. Kala terpejam, bayangan itu kerap datang, mengetuk apa yang selama ini tertutup rapi. Rasa ini mulai terdefinisi saat kebersamaan kemarin sore. Ingin hati mengulangi keindahan yang menorehkan asa di palung hati. Setelah berhasil meredakan gejolak yang sempat meriak, Reynan mengalihkan pembicaraan pada janji Aslena. "Nah, besok kita nginep di rumah Oma, okey."Aslena tak jadi menggelengkan kepala melihat anggukan papa gantengnya. "Mmm, Okey!"Sesuai kesepakatan sebelumnya, Aslena harus mau menginap di rumah Oma. Meski sedikit enggan, gadis cilik itu menerpati janji juga. Reynan paham kenapa putrinya tak mau ke rumah oma. Hal itu disebabkan selalu saja neneknya membahas masalah mama baru. Bahkan kerap mengundang beberapa wanita kenalannya saat mereka ada di sana. Dari deretan perempuan yang sengaja dipertemukan tak ada satu pun masuk di hati Aslena dan dirinya. Esok paginya,
Read more
SAMA-SAMA
Reynan dan Aslena meluncur menuju rumah wanita yang sama-sama mereka rindukan. Pria bercambang tipis itu seakan tak sabar untuk bersua sang nona, menatap dan merekam semua tentangnya.Dia telah merencanakan semua dengan matang. Tak boleh ada kata gagal, Fahira harus menjadi miliknya.“Tuh, kaaan. Papa senyum-senyum lagi! Ada apa sih?”Reynan sedikit tersentak dengan celotehan putrinya. Akhir-akhir ini, dia memang merasa aneh sendiri. Telapak tangan kirinya menyentuh untaian legam yang tersemat bando ungu di sana. Sementara tangan kanan tetap mengendalikan setir mobil. “Papa lagi bahagia.”Ditarik tangan dari kepala putrinya, ditempelkan pada setir. “Sama dong, aku juga lagi bahagia mau ketemu Ibu Fa. Kalau Papa bahagia kenapa?”Reynan sekilas menoleh pada putri polos di sampingnya, tersenyum, lalu kembali menatap ke depan.“Papa bahagia karena Aslena mau punya mama lagi.”Mata Aslena dipenuhi binar bahagia. Begitu juga dengan papanya. Selang empat puluh menit, keduanya sampai di ru
Read more
TERCIDUK
Kali kedua, Detakan di dada Fahira kembali mencuat. Ia mulai gelisah atas situasi membingungkan ini. Logikanya dimainkan, dia harus mengakhiri rasa sebelum terlanjur dalam. Harus, dia harus tahu semuanya. Sebelum menceritakan kebenaran, Fahira minta bantuan mama untuk mengajak main Aslena. Mendengar itu, Farhan mengiyakan terlebih dahulu. "Main sama Om Farhan, yuk!" ajak Farhan. Ia menuntun gadis cilik itu ke luar. Mengajaknya menuju mini market yang tak jauh dari rumah. "Aslena udah berapa kali ke rumah Ibu Fa?"Hati-hati pria jangkung itu bertanya. Entah mengapa, meski tak suka dengan papanya, dia malah menyukai anak mungil ini. "Dua kali, Om.""Seneng?" lanjut Farhan. "Seneng banget, Om. Oh, iya, kata Papa, Ibu Fa mau jadi mama aku!" jawab gadis mungil itu dengan mata berkilat-kilat. Farhan menghentikan langkahnya, menatap gadis cilik yang tengah kegirangan. "Mamaku udah lama pergi ke surga., Om. Kata Papa gak akan pulang ke rumah lagi. Bu Fa yang gantiin jadi mama aku!" s
Read more
APAKAH SANGGUP
Gadis kecil yang baru saja datang bersama Farhan menghambur ke arah papanya."Papa kenapa?" Suara putri kecil itu bergetar melihat darah di sudut bibir Reynan. Mata Aslena mulai dipenuhi kaca-kaca, lalu dia memeluk papa. "Papa gakpapa. Kita pulang, ya." Aslena melepas pelukan, menatap lekat pada pria berkacamata itu"Kan kita mau maen di sini sama Ibu Fa. Pulangnya sore aja, " rengek Aslena. Mendengar ucapan anak kecil itu, Bayu makin meradang. Farhan yang melihat situasi buruk ini segera membawa temannya ke dalam. "Maennya nanti saja. Sekarang papa sakit. Nih lihat!"Aslena mengusap sudut bibir itu, tetes-tetes bening meluruh perlahan. Kecintaan pada papa membuatnya tak tahan melihat sedikit pun luka pada diri Reynan."Obati papa di rumah, ya. Ayo!" titah Reynan. Setelah berpamitan pada seluruh keluarga, Reynan membawa putrinya pergi dari tempat yang sejatinya telah menorehkan luka. Sedih, kecewa dan tergores harga diri memenuhi rongga dada. Dirinya seolah manusia paling bodoh
Read more
BIAR SAJA
Seharian hampir tak ada pembicaraan di antara ketiganya. Meski mulut gatal untuk berkata-kata, mereka saling diam saja. Rumah ini seolah-olah tak berpenghuni. Lepas Isya, Farhan menghampiri gadis yang sedang termenung di taman. Lama keduanya terjeda dalam diam. Hingga salah seorang memecahkan kesunyian.“Aku harus bagaimana?”Fahira bicara hampirbrak tertangkap indera pendengaran. Untunglah Farhan sedang tak melamun jadi konsentrasi pada kata-kata. Jarak di antara mereka pun cukup dekat. Farhan menoleh pada wanita cantik yang sedang memainkan jarinya. Direngkuh tubuh itu ke dalam pelukan.“Harusnya dia tanya baik-baik, bukan marah-marah begitu,” lanjut FahiraTangisan Fahira meledak juga. Didekap erat pamuda yang sewajah dengannya. Belaian lembut Farhan cukup membantunya meredakan emosi yang meluap-luap.“Itu tandanya Bayu sangat mencintai kamu. Dia terlalu takut kehilanganmu,” ungkap Farhan. Kali ini, Fahira membenarkan ucapan itu. Namun, tetap saja kesal pada sikap emosionalnya.
Read more
GALAU
Reynan menelungkupkan wajah di meja kerja. Konsentrasinya dibubarkan oleh bayangan wanita yang telah menjeratnya terlalu dalam. Dibiarkan kertas-kertas berserakan, persis seperti situasi hatinya kini. Didongakkan kepala, dagu tetap di atas meja. Nanar, netra memandang dinding-dinding bercat krem. Tak dapat ia menembus apa yang ada di balik sana. Tembok itu menghalangi. Seperti kisah cintanya kini, tak sampai. Seminggu sudah dia menjalani hari-hari menyakitkan. Hidup dalam jeratan rindu terlarang adalah penyiksaan. Entah, ia pun tak tahu mengapa sesakit ini, terlalu mendalamkah rasa ini? “Fa, aku rindu, sangat rindu ....”Tak tahan, diambil kunci mobil. Lepas menginformasikan pada sekretarisnya, dia meluncur menjemput Aslena.Debaran jantung makin mengencang, dentumannya bagai tabuhan genderang perang. Dikuatkan hati untuk dapat bertemu wanita pujaan. Mungkin, dengan melihatnya meski dari kejauhan akan terbasuh rindu ini. Mobil Reynan memasuki gerbang sekolah yang mulai riuh oleh
Read more
AKAN PERGI
Fahira melajukan motor tanpa menoleh lagi. Ia ingin cepat pergi, lari dari rasa yang menyiksa. Tak diarahkan kendaraan menuju rumahnya. Dia hanya ingin sendiri, menyepi. Tak mungkin dalam kondisi begini berhadapan dengan orang tua. Bisa-bisa akan ditanyai macam-macam. Leboh baik cari aman. Fahira menepikan motor di parkiran kafe ’T’Lezato’. Mencari tempat paling pojok hingga tak satupun yang tahu keadaan wajahnya kini. Basah. Untunglah tempat makan ini luas dan tak banyak pengunjung hingga tak perlu was-was akan dilihat banyak orang. Ia bisa meluahkan segala sakit yang terpendam. Dialirkan air mata, tapi diupayakan tangisannya tanpa suara. *Reynan tak kalah sakit, pria jangkung itu tak sanggup menanggapi celotehan putrinya. Konsentrasi terkuras pada wanita yang telah membuatnya hampir gila.Menyaksikan kemesraan pasangan itu menorehkan sakit melebihi tusukan ribuan jarum. Sekeping di rongga dadanya merintih, menahan perih tak terperi ini. Lepas mengantar Aslena ke rumah dan memas
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status