Semua Bab TETANGGA BARU: Bab 11 - Bab 20
48 Bab
Bab 11
Kupandangi lekat netra bayi mungil yang terpejam itu. Setelah diberikan krim pereda gatal, Arsen akhirnya tertidur di ranjang pasien.Beruntung dia segera ditangani. Sehingga bintik-bintik merah yang menyebabkan rasa gatal, tak lebih menyebar keseluruh tubuhnya. Hanya di pipi dan leher saja yang terdapat bintik merah.Di seberang ku duduk, Mba Yolan juga duduk sambil terus mencoba menghubungi suaminya. Aku memintanya memberitahukan keadaan Arsen. Syukur syukur Ayahnya Arsen bisa izin lalu pulang untuk melihat kondisi anaknya.Terdengar hembusan nafas berat dari Mba Yolan. Lalu dia menyimpan ponselnya di atas meja samping ranjang pasien."Kenapa Mba? Ga diangkat?" tanyaku pelan dan Mba Yolan mengangguk dengan raut wajah kecewa."Sabar, ya! Mungkin ayahnya Arsen lagi sibuk," ucapku coba menghibur.Mba Yolan tersenyum kecil. "Iya, Mba. Aku ngerti kok," sahutnya."Mba, aku tebus dulu resep di bagian farmasi ya. Titip Arsen sebentar, ga apa apa kan, Mba?" tanya Mba Yolan kemudian."Silahka
Baca selengkapnya
Bab 12
******TING TONG!Pelan aku membuka mata. Kupegangi kepala yang terasa sedikit berat. Aku terbangun karena suara bel rumah yang kudengar.TING TONG!Lagi. Bel kembali berbunyi. Entah siapa yang datang dan kenapa Mas Adrian tidak membukanya. Mengumpulkan sejenak kesadaran usai bangun dari tidur. Kupindai keadaanku yang tengah berada dalam selimut. Lalu menggeliat pelan. Kuarahkan pandangan pada jam kecil di atas nakas."Astaga!" Aku terlonjak saat melihat sudah jam sembilan. Lalu beringsut turun dari tempat tidur.Kenapa aku bisa bangun sesiang ini? Kenapa juga Mas Adrian tidak membangunkanku? Apa aku ketiduran ya semalam?Aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri. Karena merasa tidak ingat dengan yang terjadi padaku semalam.TING TONG!Bel rumah kembali terdengar. Aku keluar dari dalam kamar dan menuruni anak tangga. Lalu melangkah menyusuri ruangan demi ruangan untuk segera membuka pintu.Tok Tok Tok!Kali ini, pintu rumah diketuk. Aku semakin melebarkan langkah untuk melihat siapa yang d
Baca selengkapnya
Bab 13
*****"Ayok, Fan!" Selesai mandi dan bersiap. Aku segera keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Kembali menemui Fano di ruangan depan.Fano beranjak seraya tak lepas dari netranya yang menatapku. "Kamu cantik banget, Han!" ucapnya tiba-tiba setelah berdiri.Aku terkekeh kecil mendengarnya. Perutku rasa tergelitik. "Kamu mau gombal jangan sama aku. Aku udah bersuami, Fano! Harusnya, kamu kalo mau gombal sama cewek yang masih single. Kali aja dia kelepek-kelepek, denger kamu gombalin. Kalo sama aku, ga akan mempan!" tegasku kemudian.Fano menggeleng. "Aku ga gombal, Han. Aku serius. Kamu emang cantik banget!" sahutnya."Udah ah, mending kita langsung berangkat sekarang, Fan!" ajakku akhirnya. Agar Fano berhenti memujiku.Aku serta Fano berjalan beriringan meninggalkan ruang depan. Hingga keluar melewati pintu dan aku lantas menguncinya.Kemudian berjalan hingga keluar dari halaman dan mendapati mobil Fano yang terparkir di depan pagar. Gegas aku mengunci gerbang pagar.Di samping m
Baca selengkapnya
Bab 14
*****"Dari gejalanya, kamu kayak lagi hamil muda," jawabnya. Raut wajahnya nampak sangat khawatir pada kondisiku.Jawaban Fano membuatku terdiam.'Hamil? Apa mungkin?' aku bergumam dalam hati. Obat herbal yang rencananya akan aku konsumsi pun. Masih belum kudapatkan. Bagaimana mungkin Fano bisa mengatakan bahwa gejala yang kualami saat ini karena aku sedang hamil muda?"Han? Are u oke?" Fano membuyarkan kebekuan yang melanda diriku. Cepat aku pun menoleh padanya dan mengangguk."Aku baik, Fan," sahutku meyakinkan."Jadi, apa kamu emang lagi hamil?" tanyanya kembali.Aku menggeleng menyangkal pertanyaan Fano. "Enggak, Fan. Aku cuma gak suka aja wangi pengharum mobil kamu ini. Nyengat banget baunya di hidung! Udah kita lanjut jalan aja. Takutnya kita telat!" jelas dan pintaku pada Fano."Kamu yakin? Apa ga mau periksa?" Tergambar jelas raut khawati di wajah Fano.Aku mengangguk pasti. "Yakin, Fan. Nggak perlu periksa. Aku baik-baik aja, kok!""Maksudku, periksa kehamilan, Han!" sanggah
Baca selengkapnya
Bab 15
************"Kamu beneran ga mau mampir?" Aku bertanya lewat kaca jendela. Dengan badan sedikit membungkuk, karena sudah berdiri di luar mobil. Sedangkan Fano masih berada di kursi kemudinya.Fano nampak mengangguk. "Lain kali aja, Han," sahutnya diikuti senyuman ramah."Ya udah, thanks ya, Fan, udah anterin sampai rumah. Kamu hati-hati," pesanku kemudian.Fano mengacungkan ibu jarinya. "Beres. Bye, Han …." Ia pun melambaikan tangan. Aku membalasnya. Perlahan mobilnya pun mulai melaju dan menjauh dari hadapanku.Setelah mobil milik Fano pergi. Aku segera berbalik lalu membuka pintu pagar dan masuk ke halaman rumahku.Begitu kakiku melewati pagar dan menginjak halaman. Aku tertegun sejenak. Melihat mobil Mas Adrian terparkir sempurna di depanku. Di parkiran di luar garasi.Itu artinya, Mas Adrian sudah pulang ke rumah ini. Aku pun mempercepat langkah hingga tiba di depan pintu. Membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah."Mas? Mas Adrian?" Aku memanggil-manggil suamiku begitu sampai di r
Baca selengkapnya
Bab 16
Ah. Tidak. Tidak! Tidak mungkin.Aku menggeleng cepat. Beringsut menjauh dari samping Mas Adrian yang masih menyelami alam mimpi.Lalu membaringkan tubuhku di tempat semula. Mana mungkin Mas Adrian selingkuh? Tidak mungkin.Mas Adrian suamiku yang sangat baik dan juga setia. Dia tidak mungkin mengkhianatiku. Iya, begitu. Selamanya akan tetap begitu. Mas Adrian akan terus setia dengan pernikahan kami.Sedangkan tanda merah itu. Bisa saja itu hanya gigitan nyamuk atau serangga lain. Gigitan yang menyebabkan gatal dan Mas Adrian menggaruknya terus menerus sehingga menjadi sangat merah seperti itu.Iya. Bisa jadi seperti itu. Tanda merah itu bukan selalu kissmark yang ditinggalkan ketika pasangan sedang bercinta.Kutarik napas panjang. Menghalau pikiran buruk yang menerpa. Aku berusaha mensugesti untuk tetap berpikir positif. Lalu kembali mencoba untuk tertidur kembali. Sebab hari masih tengah malam.*****Aku bangun lebih awal seperti biasanya. Sedangkan Mas Adrian masih meringkuk dalam
Baca selengkapnya
Bab 17
Aku melihat reaksi Mas Adrian yang melotot. Seperti terkejut, tapi setelahnya dia bereaksi biasa saja."Kenapa Mas? Kok kamu kayak kaget?" tanyaku penasaran.Mas Adrian nampak menggeleng cepat. "Eng-nggak, Dek. Iya … mas cuma kaget, kok barang seperti cincin begini bisa ada di bak wastafel? Apa mungkin milik tetangga sebelah itu? Kalo iya, berarti yaa dia ceroboh banget kan."Aku mengangguk setuju. "Iya bener, Mas. Kok bisa-bisanya barang berharga seperti ini ketinggalan, apalagi di bak wastafel. Kalo ini emang punya Mba Yolan, apa dia ngga balik ke sini lagi kemarin buat nanyain cincinnya ini, Mas?"Mas Adrian menggeleng. "Enggak ada, Dek. Dia cuma ikut ke kamar mandi, habis itu ga balik lagi. Mungkin dia udah stok air galon buat ganti sementara airnya yang macet. Ga tau juga deh."Aku mengatupkan bibir. Jadi cincin emas putih ini milik Mba Yolan. "Mas aku udah kenyang. Udah ah makannya," ucapku saat Mas Adrian hendak menyuapiku kembali."Bener, nih?" tanyanya meyakinkan."Hu'um. Aku
Baca selengkapnya
Bab 18
Tok Tok Tok!Tiba di rumah Mba Yolan. Aku langsung mengetuk pintunya. Lalu tak lama, pintu pun dibuka dari dalam.Mba Yolan nampak masih mengenakan daster tidur. Lengkap dengan rambut yang berantakan. Matanya terlihat kuyu. Seperti kurang tidur. Mungkin dia berjaga semalaman menunggu Arsen."Eh, Mba Yolan. Masuk masuk," ajaknya. Aku pun segera masuk ke dalam rumah Mba Yolan."Mba, Arsen masih tidur?" tanyaku pelan. Sebab tak melihat Mba Yolan menggendong bayinya.Mba Yolan mengangguk. "Iya, Mba. Semalaman dia nggak nyenyak tidurnya. Paling sejam, kebangun lagi. Gitu terus. Sampai barusan jam enam baru beneran tidur.""Duh, Mba sorry ya, aku ke sini jadi ganggu," ujarku merasa tidak enak."Gak papa, Mba. Santai aja, lagian aku udah bangun kok, karena ga bisa tidur lagi."Aku lantas menyerahkan mangkuk sup di tanganku pada Mba Yolan. Setelah itu, Mba Yolan beranjak ke dapur sedangkan aku masih di ruangan depan rumahnya.Arsen masih tidur. Padahal aku ingin sekali menggendongnya. Aku sud
Baca selengkapnya
Bab 19
Mba Yolan nampak melongo. Melihat cincinnya ada di telapak tanganku sekarang. Dia lantas mengambil cincinnya itu dengan segera."Ah, makasih banyak, Mba. Aku kira cincin ini hilang," jawabnya."Hati-hati, Mba. Itu pasti cincin pernikahan ya? Kalau sampai hilang, pasti suami Mba marah nanti."Mba Yolan terlihat mengangguk sambil memperhatikan cincinnya itu. Lalu memasangkan cincin emas putih tersebut di jari tengahnya."Sekali lagi, makasih ya, Mba. Aku tinggal mandi dulu, ya!" pamitnya kembali.Aku pun mempersilahkan. Sehingga Mba Yolan bergegas ke arah dapurnya. Karena kamar mandi di rumah ini terletak di bagian belakang setelah dapur.Seperginya Mba Yolan. Aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan televisinya. Lalu mengambil cangkir kecil berisi air teh hangat dan menyeruputnya. Ada pula cemilan kripik ubi ungu teman minumku bersama teh hangat ini.Aku menikmati hidangan yang diberikan Mba Yolan. Sambil mengamati ruangan santai yang sekaligus sebagai ruangan televisi dan ruang kelua
Baca selengkapnya
Bab 20
******Malam hari, aku duduk bersantai di ruangan televisi. Memegangi sebuah figura di tangan dan kupandangi lekat foto yang terbingkai.Fotoku dan Mas Adrian di panti asuhan tempat kami biasa berkunjung. Foto yang diambil enam bulan lalu. Dalam foto ini aku tengah menggendong seorang bayi.Bayi yang baru saja ditemukan di depan pintu gerbang panti. Tanpa identitas, hanya terbungkus selimut dalam keranjang bayi.Sungguh bayi yang malang. Entah siapa yang sudah tega menelantarkan bayi selucu ini. Aku tidak habis pikir.Enam bulan lalu, aku ingin mengadopsi bayi lucu dan mungil itu. Namun lagi-lagi, Mas Adrian menolak. Mas Adrian masih belum memberi izin untuk segera mengadopsi anak. Suamiku itu, kukuh masih ingin menjalani program kehamilan."Sayang," sapa Mas Adrian yang baru saja tiba di ruang televisi ini. Duduk di sampingku setelah menaruh gelas berisi susu cokelat pada meja di hadapan kami.Aku hanya menoleh dan tersenyum ke arahnya. Lalu menyimpan figura ke tempatnya semula."Kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status