Laras bangkit. Kedua tangannya mengepal dan ditempelkan ke atas meja. Dia menatapku dengan sorot kebencian yang nyata."Karena Widia telah mengambil semua perhatianmu untukku," geramnya tanpa beralih ke arah Mas Zaki."Aku pernah punya ipar yang lain," lanjutnya, "tapi tidak seperti dia yang merenggut kakakku sepenuhnya. Saat menikah dengan Hana, Mas Zaki masih jauh lebih perhatian padaku dibanding ke istrinya. Sayangnya semua berubah seratus delapan puluh derajat saat perempuan ini hadir di tengah kita. Semua panca indera, pikiran, dan tenaga Mas Zaki benar-benar hanya untuk dia. Melupakan aku, orang yang sudah puluhan tahun menjadi adik satu-satunya. Bisa jadi, perempuan ini juga akan merampas harta yang menjadi hakku."Aku terkesiap. Keji sekali tuduhan gadis muda ini."Laras! Jaga bicaramu! Widia bukan perempuan rendah yang silau oleh harta. Bahkan sejak awal menikah hingga sekarang, dia belum pernah meminta dibelikan apapun.""Halah! Itu 'kan hanya taktiknya agar kau terpesona, M
Read more