All Chapters of Luka Istriku karena Cinta: Chapter 71 - Chapter 80
110 Chapters
Lihat Bayi Itu
Dia tertawa, dan aku ngeri melihat Cyra dalam gendongannya. Sejenak berusaha berpikir cepat. Memanggil Mas Zaki sangat tidak mungkin. Bahkan untuk meraih ponsel di meja pun, bisa saja akan membahayakan posisi bayiku. Sebisa mungkin aku tak membuat gerakan yang mencurigakan, agar Hana tak berbuat nekat. Perlahan aku beringsut hendak meraih tombol yang biasa digunakan untuk memanggil perawat atau dokter. Letaknya tak terlalu jauh, tapi aku tetap harus bergeser untuk mencapainya. Sebaiknya aku mengalihkan perhatian Hana dulu. "Di mana Indra? Dia harus bertanggung jawab atas matinya bayi di perutku.""Hana, tenanglah. Mas Zaki sebentar lagi datang. Dia pasti senang melihatmu."Ada nyeri di hati saat mengucapkan kalimat itu. Kata-kata yang sengaja kuucapkan untuk mengubah fokus Hana. Biarlah kalau itu bisa menyelamatkan Cyra."Dia hanya peduli padamu, Widia. Sejak kamu hadir, aku bukan lagi jadi pusat dunianya. Sekarang, bahkan bayi yang ada di rahimku pun pergi. Dia nggak mau punya ibu
Read more
Lelaki Lain
Tatapannya kemudian melembut dan memperlihatkan ekspresi menyesal.Dua orang perawat di belakang Mas Zaki sudah hendak bergerak, tapi berhenti saat suamiku mengangkat tangannya. Dia memberi isyarat agar menunggu. "Lihat dia, Hana. Bayi itu masih sangat lemah. Berikan padaku sekarang," bujuk Mas Zaki sambil perlahan melangkah mendekat. Tangannya terulur ke arah Hana seakan hendak meminta Cyra.Mas Zaki memberi kode dengan dagunya kepada Nela dan Pak Wawan. Kedua orang itu langsung bergerak mendekatiku. Sementara itu, Hana tetap fokus pada Cyra. Bibir indahnya tersenyum. Aku menahan napas. Apa yang akan dilakukan Hana? Apa juga yang akan Mas Zaki lakukan? Keduanya kini saling menatap. Ekspresi suamiku penuh dengan emosi yang tak bisa dijelaskan. Mungkinkah itu rasa kasihan, sayang, atau .... Tidak. Apakah dia masih mencintainya?Mata Mas Zaki yang menembus ke dalam mata Hana, perlahan-lahan menyiksaku. Sangat terasa bahasa hati di antara mereka. Tiba-tiba aku merasa tak sepatutnya ada
Read more
Singkirkan
Aku menerima bunga pemberiannya dengan cemas. Sudah terbayang bagaimana nasib buket ini nantinya."Aku melihat kamu didorong pakai brankar saat awal datang. Kebetulan adikku salah satu manajer di rumah sakit ini."Aku hendak berkata, tapi Mas Zaki sudah mengambil alih."Oh, bagus. Bilang sama adikmu itu, aku akan mengirimkan somasi, bahkan kalau perlu langsung menuntut rumah sakit ini. Kelalaian institusi yang bisa menyebabkan seseorang hampir kehilangan nyawa benar-benar tak bisa dibiarkan. Ingat itu.""Ya. Saya sudah mendengar semuanya. Penanggung jawab rumah sakit ini akan datang menemui anda untuk menyampaikan permintaan maaf.""Saya rasa permintaan maaf saja tidak cukup. Sampaikan itu pada adik anda."Aku meremas jemari Mas Zaki yang ada dalam genggaman. Memberinya isyarat agar tak melanjutkan pembicaraan yang menegangkan itu. "Maaf, Ar. Kami permisi," ujarku lirih sambil sekilas menatap ke dalam matanya yang gelap.Arsi mengangguk dan memberikan tatapan teduhnya. Aku yakin dia m
Read more
Pesta yang Menegangkan
Seluruh kerabat dan keluarga besarku datang. Tepat di hari ke tujuh dari kelahiran Cyra, dan kami akan mengadakan tasyakur aqiqah untuknya. Aku sama sekali tak terlalu terlibat dalam mempersiapkan acara ini. Mas Zaki masih mengkhawatirkan kondisi tubuhku pasca melahirkan. Dia bahkan tidak ingin aku bergerak dengan cepat. Semuanya harus dilakukan perlahan jika ada dalam ruang lingkup penglihatannya. "Walau nggak dijahit, tetap saja Dokter bilang ada luka seperti retakan kulit telur di sana setelah melahirkan Cyra. Aku nggak mau kamu kesakitan nanti di bagian itu," ujarnya saat aku protes karena tidak boleh melakukan ini dan itu.Semua keperluan acara ini dipersiapkan oleh mas Zaki. Tentu saja dengan bantuan anak buahnya yang memang mempunyai kapasitas bagus. Mulai dari dekorasi, makanan, kambing aqiqah, hingga ustadz yang diminta mengisi ceramah, semuanya diurus oleh mereka. "Kamu hanya perlu berdandan yang elegan, tapi jangan terlalu cantik," ujar Mas Zaki saat aku bertanya tentan
Read more
Kecemburuan Zaki
Aku hanya menggeleng, dan tepat saat itu Arsi sudah meletakkan kado yang dibawanya di dekat hadiah-hadiah lain. Dia lalu berjalan ke arah kami. Sekilas aku melihat Disha tersenyum dengan mata yang berbinar."Hai, Fri. Akhirnya takdir memang selalu mempertemukan kita, ya?" Aku tak menjawab dan merasakan tubuh Mas Zaki kaku. Apa maksud Arsi yang sebenarnya? Tiba-tiba Disha memecah kebekuan yang menyelimuti kami. "Kalian udah kenal?"Aku dan Mas Zaki tertegun ke arah Disha. Apa arti pertanyaannya? Tentu saja kami sangat mengenal Arsi. Lelaki yang sering membuat suamiku terbakar api cemburu."Padahal baru aja aku mau ngenalin ke kalian," lanjut Disha lagi. "Tunggu. Justru di sini aku yang mau tanya. Kamu kenal Arsi?""Iya, Wid. Arsi ini calon suami aku. Kami sudah bertunangan satu bulan yang lalu. Sayang, kamu udah kenal sama Widia dan Indra?Mataku semakin membulat tak percaya. Kenapa dunia sempit sekali. Oh, tidak. Kenapa akhirnya aku justru akan mempunyai hubungan yang lebih dekat d
Read more
Zaki Kalap
Mas Zaki diam. Untuk beberapa saat lamanya kami terjebak dalam hening yang menyayat. Hingga lelaki di depanku ini bangkit. Dia kemudian menelepon seseorang.""Amel, kamu belikan nursing cover sekarang, ya.""....""Masa kamu nggak tahu? Itu, lho, apron yang dipakai untuk ibu-ibu saat harus memberikan asi pada bayinya di area publik.""....""Terserah kamu. Pokoknya saya minta yang kialitasnya paling bagus."Seeprti biasa, dia menutup telepon tanpa mendengarkan lagu jawaban dari lawan bicaranya. Sejenak dia menatapku, lalu melangkah menuju pintu. "Aku keluar dulu. Nggak enak ninggalin tamu kelamaan."Saat Mas Zaki keluar kamar, Laras masuk. Dia dan ibu mertua sudah datang ke rumah ini sejak satu hari setelah Cyra lahir. "Mas Zaki kenapa, Mbak?""Biasa. Cemburu sama Arsi," jawabku sambil tersenyum."Hadeuh. Lagian kenapa dia harus ke sini, sih?""Lho, memangnya kamu belum tahu kalau dia calon suaminya Disha?""Udah, sih. Tadi Disha juga cerita. Maksud aku, kenapa juga harus dia yang
Read more
Kamu Marah?
Gerakannya yang membeku membuat Mas Zaki mencari arah pandang Arsi. Kemudian kami saling menatap. Detik berikutnya kulihat Mas Zaki mengusap wajah dengan kesal. Ada kilat panik di matanya saat melihatku.Kenapa dia harus seperti itu? Apakah dengan membeli rumah sakit tempat adiknya Arsi bekerja kemudian akan membuat semua permasalahan selesai? Kadang aku tak mengerti cara berpikir para lelaki ini.Aku meninggalkan keduanya dengan segera, dan memilih pintu samping untuk masuk ke dalam rumah. Sengaja kulakukan agar tak harus melewati banyak orang yang masih berkumpul di depan. Sampai di depan pintu kamar, aku berpapasan dengan Laras."Untung Mbak Widia datang jadi Cyra ada yang menemani. Aku mau keluar dulu.""Cyra di mana?""Aku pindahin ke tempat tidurnya sendiri."Aku masuk ke kamar, dan menutup pintunya. Sekilas tadi tampak Nela bergerak di belakangku. Pasti dia diminta berjaga oleh Mas Zaki.Kadang aku merasa lelah dengan hidup yang seperti ini. Terus dijaga dan diawasi. Setiap sa
Read more
Rujuk Lagi?
Aku menggeleng. "Jawab, Cinta. Aku nggak suka kalau kamu diam seperti ini. Kamu marah 'kan?"Kenapa dia masih bertanya, pikirku. Benar ucapan banyak orang bahwa lelaki acap kali tak peka dengan bahasa tubuh wanitanya. Apakah aku kurang menunjukkan kemarahan padanya tadi?"Cinta, please. Jangan marah. Semua aku lakukan demi kebaikan kamu."Aku mencoba bertahan untuk tak menanggapi ucapannya. Tak juga aku beralih dari Cyra untuk kemudian memandang wajahnya. "Kamu tahu bagaimana perasaanku saat melihat Cyra di tangan Hana? Rasanya hidupku hampir berakhir. Belum lagi aku juga mengkhawatirkan keselamatanmu. Itu sebabnya kenapa aku melakukan semua ini.""Harus dengan cara mengambil alih kepemilikan rumah sakit? Apa sebenarnya yang sedang ingin kamu tunjukkan? Kemampuan? Kehebatan? Karena kamu bisa? Dulu kupikir Zaki Indra Rahmadian tak seperti itu. Lalu, apa bedanya kamu dengan keluarga Hana yang arogan dan selalu unjuk kuasa?"Aku sudah tak tahan, hingga rentetan kalimat itu meluncur begi
Read more
Curiga
Pukul sebelas siang, dia pulang. Mengucap salam sambil membuka pintu. Aku menjawab salamnya sambil tetap duduk memangku Cyra di dekat jendela ruang tamu. Tempat ini sangat penuh dengan cahaya matahari. "Hai,” sapanya sambil membungkuk untuk mencium keningku.Sesaat kemudian dia beralih pada Cyra. Mencium pipi bayi itu, juga memberikannya sekilas di bibir Cyra yang mungil. "Rasanya manis seperti kamu," ujarnya sambil menatapku.Kuberikan senyum terpaksa padanya, dan dia tahu itu. “Ada apa?”“Nggak ada apa-apa,” jawabku sambil menggelengkan kepala."Ke mana yang lain?""Ibu dan Laras pamit ke Bogor. Mau ke rumah teman lama ibu katanya."“Apa semuanya baik-baik aja?”“Ya.”“Cinta, ada apa?” tanyanya lagi dengan nada yang mulai sedikit memaksa.Aku diam. Dia meraih tanganku."Ya, Allah, Cinta. Tanganmu dingin banget. Belum makan?”Bagaimana aku bisa makan setelah melihatnya di televisi?“Wid,” tegurnya dengan kesal kali ini."Iya, nanti aku makan."Mas Zaki bangkit dan keluar lagi. Ent
Read more
Tidak Cinta Lagi
Mas Zaki mengerutkan keningnya."Ah, iya. Aku lupa kalau ada wartawan di mana-mana," ujarnya sambil menepuk dahi. "Jadi, benar kamu menjenguknya?"Dia tak menjawab, lalu berdiri dan mendekat ke arahku. Tidak. Mata itu. Kami tak mungkin melakukannya 'kan?Aku benar-benar tak siap ketika kemudian dia memangkas jarak di antara kami. "Sudah satu Minggu, dan itu membuatku gila, Cinta," bisiknya. "Apakah nifas bisa dipercepat?"***Aku dan Mas Zaki duduk di sofa. Sama-sama memandang ke arah jendela yang terbuka, dengan lengan Mas Zaki di bahuku. "Semalam itu, aku di kantor. Pamannya Hana meminta aku menyetujui tuntutannya tentang bagian perusahaan.""Lalu?""Secara hukum, Hana dan keluarganya tak berhak atas apapun. Tak ada bukti yang sah tentang pernikahan kami, dan memang Hana tak berkontribusi apapun terhadap perusahaan, selain dia pernah menjadi istriku untuk rentang waktu sekian tahun. Namun, secara hati, aku tak tega.""Jadi?"Mas Zaki tersenyum memandangku."Akhirnya setelah berun
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status