All Chapters of Jadi Suamiku Ya, Om?: Chapter 11 - Chapter 20
60 Chapters
Bab 11
Nindya, Winda dan Bella sedang berada disebuah cafe kecil di sudut kota. Cafe khusus yang menyediakan beberapa menu makanan khas Korea. Ketiganya sengaja memilih tempat itu untuk berhalusinasi, betapa bahagianya jika waktu mengijinkan mereka berlibur di negeri yang terkenal akan drama Koreanya.Senda gurau menghiasi makan malam mereka. Beberapa jenis hidangan khas Korea berjejer di atas meja. Percakapan-percakapan ringan terlontar dari bibir ketiga gadis itu."Sebenarnya gimana sih, Nin? Apa iya kamu sudah memiliki perasaan terhadap Dio? Aku sebenarnya tidak yakin dengan itu." Wina terlihat mulai serius menanyakan perasaan Nindya kepada Dio."Lalu perasaanmu kepada Andy gimana? Apa iya bisa hilang begitu saja? Bukankah dia cinta pertamamu? Bella ikut bertanya.Nindya terdiam sesaat, bahkan ia bingung dengan perasaannya sendiri. Ia menghela napas pelan sebelum memberikan jawaban dari kedua sahabatnya. "Sebenarnya, dengan Dio, aku tak ada perasaan sedikit pun. Entahlah, mungkin ini hany
Read more
Bab 12
KampusPagi ini Nindya, Bella dan Gina sudah duduk manis di dalam kelas. Mereka sedang mengerjakan beberapa tugas yang diberikan oleh dosen dengan materi bahasa dan sastra Indonesia."Kenapa sih, tugas ini ga dikerjakan dalam bentuk kelompok saja?" gerutu Wina, ia memukul-mukul kepalanya pelan menggunakan pulpen yang ia pegang."Kamu kenapa sih, Win?" Nindya menoleh ke arah teman yang duduk di sebelahnya."Aku itu paling gak paham, kalau sudah disuruh mengarang, apalagi mengarang tentang sejarah kayak gini. Otakku susah mikir!" jawab Wina."Kan ada itu panduannya, Win. Kamu bisa lihat itu. Kalau ada yang nggak kamu pahami gampang saja, tinggal kamu cari saja di google." Kali ini Bella yang memberikan tanggapan.Wina masih menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya tak henti-henti memukul keningnya dengan pulpen yang ia pegang. "Ya Tuhan, kenapa aku harus kuliah, sih? Seharusnya aku tidak kuliah saja.""Sudah, jangan menggerutu terus, nanti aku yang bantu. Aku selesaikan dulu tugasku,"
Read more
Bab 13
"Kenapa kalau aku pacarnya?" Akhirnya Nindya mengeluarkan suaranya.Nindya tertegun melihat gadis yang duduk di sebelah Dio. Ia tak dapat memungkiri, wanita itu tampak begitu sempurna. Tak ada kekurangan yang tampak di mata Nindya. Kulit putih, rambut lurus panjang, wajahnya mulus bersih, matanya bulat sempurna, benar-benar cantik."Enggak kenapa sih, hanya aneh saja. Kok bisa Dio pacaran sama cewek kayak kamu," ucap gadis itu. Ia menatap Nindya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki."Perkenalkan, aku Raisa, mantannya Dio. Kami pernah pacaran selama 2 tahun," ucapnya bangga."Ya ampun, ternyata cuman mantan, tapi kok bangga banget ya? Aku yang jadi pacar dia saja biasa-biasa saja tuh." Nindya melipat tangannya di depan dada, ia mendelik menatap Raisa."Lihat Dio, cewek macam apa yang kamu jadikan pacar? Bicaranya tidak punya etika sama sekali." Raisa menatap ke arah Dio, kemudian ia menunjuk Nindya."Maaf ya, Raisa. Dia pacar aku, jadi aku jelas membela dia. Kamu bukan siapa-siapa ak
Read more
Bab 14
Ulang tahun mama Almira.Pagi ini Nindya diingatkam oleh kejadian beberapa tahun silam. Di mana ia memberikan kejutan untuk mamanya sebagai ucapan selamat ulang tahun. Gadis itu teringat, bagaimana ia dan papanya memberikan kejutan kepada sang mama."Ma ... Papa sudah punya keluarga baru. Aku tidak tahu, apakah papa masih mengingat ulang tahun mama hari ini," gumam Nindya dalam hati.Hari ini adalah hari minggu. Nindya tidak memiliki jadwal kuliah di hari libur. Rencananya ia akan merayakan hari ulang tahun mama Almira dengan mengunjungi makam wanita yang sudah melahirkanya itu.Gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian berganti pakaian dan memoles make up tipis di wajah cantiknya. Ia menggendong tas kecil di punggungnya kemudian memasukkan ponsel di saku celana, Nindya bergegas keluar dari kamar dan menuju meja makan.Papa dan mama sambungnya sudah duduk di sana. Ada Raya juga di meja yang sama."Selamat pagi, Pa, Ma," sapa Nindya pada kedua oran
Read more
Bab 15
"Nindya? Kamu ngapain di sini?"Dio kekasih Nindya, ia kebetulan tengah menghabiskan waktunya untuk berenang di pantai. Tanpa sengaja ia melihat Nindya bersama Andy di sana. Pria itu bergegas menghampiri dan menegurnya."Dio? Kamu kok ada di sini? Sedang apa?" Nindya malah balik bertanya."Seharusnya aku yang bertanya. Kamu ngapain di sini? Terus, kok bisa kamu sama dia?" Dio menunjuk ke arah Andy."Aku baru saja pulang dari makam mamaku, nah ... kebetulan ada Om Andy juga, jadi aku pergi ke sini bareng Om Andy, ia yang memang ingin menemaniku. Hatiku sedang kacau," jawab Nindya.Dio lebih mendekat lagi ke arah Nindya. Sebenarnya ia ingin marah. Namun, pria itu mencoba menahan nya. "Kamu pergi ke makam mamamu dengan pria ini? Pria yang bukan siapa-siapamu? Dia adalah pacar kakak mu, kenapa kamu harus mengharapkannya? Kamu lupa kalau sudah punya aku? Untuk apa aku ada di sisimu kalau kamu lebih memilih orang lain yang menemanimu?" tanya Dio perlahan."Bukan begitu maksudku, Dio. Tadi a
Read more
Bab 16
Rendy menyempatkan waktunya untuk berbincang dengan Nindya setelah tadi ia menegur kedua putrinya bersama Kiara. Kini mereka tengah duduk empat mata di kamar milik Nindya. Gadis itu terdiam, menunggu Rendy mengeluarkan kata-kata."Sebelumnya, papa minta maaf, papa tahu kamu kecewa karena pagi tadi papa tidak menemani kamu ke makam mama. Kamu sudah dewasa, papa harap kamu sudah mengerti. Bukan masalah papa tidak cinta sama mama lagi, sampai kapan pun mama tetap ada di hati papa. Hanya saja sekarang papa sudah menikah. Bukankah akan lebih baik jika papa harus berusaha menjaga perasaan mama Kiara, istri papa. Sekarang papa yakin, mama Almira pasti mengerti di sana."Maafkan Nindya ya, Pa? Aku tahu mungkin aku egois. Aku hanya ingin Papa juga menyayangi aku. Jujur aku merasa Papa pilih kasih, Papa seakan-akan lebih mementingkan mama Kiara dan Raya. Padahal aku anak kandung Papa."Sayang, kenapa kamu berpikiran seperti itu? Kamu salah besar, kamu itu harta papa satu-satunya, tidak mungkin
Read more
Bab 17
"Heh ... kamu disuruh pulang cepat sama papa dan mama! Enggak usah kelayapan, dasar cewek nakal!"Nindya terperanjat mendengar suara perempuan yang mengumpatnya. Siapa lagi kalau bukan Raya. Entah apa yang membuat gadis itu begitu benci kepadanya. Padahal jelas-jelas ia sudah berusaha untuk menjauhi Andy."Ya ampun, kakak'ku yang manis. Marah-marah mulu, nggak capek ya marah-marah? Awas lho nanti kamu cepat tua," sindir Nindya."Apa kamu bilang? Jaga mulut kamu ya! Tolong sopan sedikit sama orang yang lebih tua, aku ini kakakmu! Hormati aku!!""Wah ... ngaku ya, udah tua? Kasihan ... makanya jangan suka marah-marah. Marah-marah itu tidak baik untuk kesehatan, oke, Kakak? Terserahlah mau bilang apa, aku harus kerja mencari uang, itu lebih baik daripada harus meladeni kamu."Nindya sudah berlalu bersama Dio, sang kekasih, ia meninggalkan gadis itu sendirian."Dasar cewek ga punya akhlak! Aku aduin kamu sama papa dan mama, biar tahu rasa," ucap Raya sekali lagi dalam hatinya. Ia menatap
Read more
Bab 18
"Ma, Nindya kok belum keluar ya? Coba tengok dulu ke kamarnya," ucap Rendy. Sudah berapa lama mereka menunggu di meja makan, namun, ia tak juga kunjung keluar."Sebentar, biar mama tengok dulu," jawab Kiara.Kiara beranjak dari duduknya, perlahan ia berjalan menuju ke kamar milik Nindya.Tok ... tok ... tok ... beberapa kali Kiara mengetuk pintu kamar Nindya. Namun, gadis itu tak bergeming."Sayang, kamu sudah bangun, Nak? Yuk, kita sarapan," ucap Kiara menyapa putri tirinya.Tak terdengar jawaban dari dalam sana, Kiara mencoba mendekatkan telinganya ke arah pintu, berharap mendengar sesuatu. Namun, sama saja semua masih sepi."Nindya, kamu dengar mama, nggak, Nak?""Tok ... tok ... tok ... pintu kembali diketuk, tapi masih sama seperti semula, tak ada respon dari si pemilik kamar."Kamu sedang apa di dalam, Nin? Kamu baik-baik saja kan? Nindya, jawab mama." Kiara sudah mulai cemas. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan putri tirinya di dalam sana, ia mencoba membuka pintu kamar Nindya,
Read more
Bab 19
"Permisi, Nindya aku masuk ya?"Nindya terpaku melihat siapa yang datang menjenguknya. Seorang pria yang sudah ia kenal lama. Siapa lagi kalau bukan Andy. Namun, pria itu tak datang sendiri ada Raya di sebelahnya yang memasang wajah cemberut dan tanda tak suka."Masuk, Om," jawab Nindya singkat."Kok sendiri, Nin? Bang Rendy dan tante Kiara mana?" tanya Andy."Kok masih aja kamu manggil papanya si cunguk itu dengan sebutan bang? Walau ia papa tiriku, tapi ia juga calon papa mertua kamu, panggilnya om, bukan bang!" ucap Raya protes.Andy menoleh kearah Raya. Pria itu tersenyum menatap ke arah gadis yang sudah beberapa tahun menjadi kekasihnya itu. Ia kemudian mengelus pucuk kepala Raya lembut. "Iya, Sayang ... maaf aku lupa, soalnya udah lama, kebiasaan manggil papa kalian itu dengan sebutan bang Rendy.""Kalau mau ke sini cuman mau pamer kemesraan, kalian nggak usah datang. Mendingan kalian pulang aja." Nindya terlihat emosi, ia sedikit kesal melihat pasangan yang tak tahu tempat berm
Read more
Bab 20
"Nindya ...." Suara cempreng Bella dan Wina masuk ke ruang rawat Nindya. Gadis yang terbaring lemah itu membentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan para sahabatnya."Kok tiba-tiba sakit sih?" tanya Wina penasaran."Nggak tahu, dari semalam itu aku sudah demam. Aku sudah minum obat sih, tapi kayaknya tidak mempan. Ya sudah, sampai pagi demamnya makin tinggi, untuk bangun saja susah. Akhirnya papa sama mama ajak aku ke rumah sakit."Bella sudah duduk di sisi kiri Nindya, setelah meletakkan bingkisan untuk gadis itu."Maaf ya, Nindya, aku cuma bawa oleh-oleh sekedar buatmu, semoga suka," ucap Wina."Iya, makasih, kamu udah repot-repot banget bawa oleh-oleh segala. Padahal datang aja ke sini aku udah senang.""Oh ya, Dio udah ke sini?" tanya Bella."Belum, tapi tadi aku sempat membalas pesannya dan dia tidak ada mengucapkan apa pun padaku lagi.""Ini teman-temannya Nindya ya? diminum dulu. Maaf ya, Tante cuman sediakan air putih saja." Kiara masuk ke dalam kamar setelah tadi pergi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status