All Chapters of Jadi Suamiku Ya, Om?: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
Bab 21
Empat hari dirawat akhirnya Nindya diperbolehkan pulang oleh dokter. Rendy dan Kiara menjemputnya. Gadis itu masih butuh istirahat lebih di rumah dan ia tak diizinkan untuk makan sembarangan terlebih dahulu sampai kondisinya benar-benar pulih."Ma ... aku boleh nggak bicara sama Mama," ucap Nindya kepada Kiara setelah mereka sampai di rumah."Tentu saja boleh. Kamu tunggu di kamar ya! Nanti mama samperin. Mama mau merapikan barang-barang kamu dulu, sepulang dari rumah sakit tadi," jawab Kiara.Nindya bergegas masuk ke dalam kamarnya. Kamar itu sudah terlihat rapi, tak seperti diawal ia tinggalkan. Gadis itu merebahkan diri seraya memainkan ponsel yang dipegangnya."Sayang ... Papa berangkat ke perusahaan dulu. Kamu jangan lupa minum obat ya? Kalau butuh apa-apa bilang sama mama. Banyak istirahat," Rendy menghampiri sang putri di dalam kamarnya. Ia mencium kening gadis itu."Iya, Pa," jawab gadis itu singkat.Hari sudah menunjukkan jam makan siang. Mama Kiara mengantarkan bubur untuk m
Read more
Bab 22
Mentari bersinar dengan cerahnya. Nindya sudah bersiap hendak pergi kuliah. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna krem, juga bandana pita dengan warna senada menghiasi rambutnya."Pa, Ma ... Nindya berangkat kuliah ya," Nindya mencium punggung tangan orang tuanya bergantian."Berangkat sama siapa, Nin?" tanya Rendy."Sudah, kamu berangkat sama Raya saja. Bukannya kamu baru saja sembuh, jangan terlalu dibawa capek, apalagi bawa motor sendiri." tegur Kiara.Raya mendengus kesal mendengar saran yang disampaikan mamanya. Seketika ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Raya berangkat sama Andy, jangan aneh-aneh deh.""Nggak apa-apa kan, kalo Nindya bareng sama kalian? Andy juga bawa mobil, yang numpang cuman kalian berdua. Masa enggak cukup?""Benar kata Mama kamu. Nggak kasihan sama adikmu? Adikmu baru saja sembuh lho ... kamu tega nyuruh dia bawa motor sendiri?" Rendy turut mendukung saran Kiara."Mama sama Papa kok memojokkan aku? Kalian sebenarnya cuman say
Read more
Bab 23
"Saya rasa, Ibu Nia, cocok menjadi istri saya.""Oh kalau itu sih tentu saja, Pak. Ibu Nia memang cocok untuk bapak," jawab Andy meyakinkan."Jadi menurut Anda, apakah saya harus melamar ibu Nia secepatnya?""Boleh dicoba itu, Pak. Tidak ada salahnya, siapa tahu ibu Nia juga tertarik dengan Bapak. Apalagi Bapak seorang kepala sekolah, itu pasti suatu kebanggaan bagi ibu Nia.""Baiklah, kalau begitu saya akan melakukan lamaran kejutan untuk ibu Nia. Tolong bantu saya, Pak Andy.""Dengan senang hati, saya akan membantu prosesnya. Baik, kalau begitu saya permisi, Pak. Sebentar lagi jam mengajar tiba, saya harus memberikan ulangan kepada siswa saya, terima kasih."Andy bergegas meninggalkan ruangan kepala sekolah. Ia mengelus dadanya lega. "Sialan, aku pikir ada masalah apa, ternyata hanya masalah cinta," gumamnya seraya menggeleng gelengkan kepala.Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, tugas Andy mengajar untuk hari ini sudah berakhir, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.[Sayang ...
Read more
Bab 24
Rendy dan Kiara saling berpandangan, kemudian mereka tersenyum lalu menganggukan kepala masing-masing."Ayo masuk, kok pada mematung? Papa nggak mau rugi ya, beli tiket mahal-mahal malah anak papa tidak ada yang mau masuk ke dalam," ucap Rendy kepada kedua putrinya."Iya, kok pada diam diaman gini? Masuk dong! Ayo... kasihan Papa sudah beli tiket mahal-mahal." Kiara mulai menarik tangan putrinya.Dengan terpaksa Nindya dan Raya akhirnya mengikuti kedua orang tuanya masuk ke dalam taman bermain pasar malam. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibir mereka masing-masing. Terutama Raya, wajahnya masih tampak kesal dan penuh amarah."Kita main apa dulu, Pa?" tanya Kiara pada sang suami."Gimana kalau kita lomba mancing boneka? Siapa yang menang bebas mau minta apa saja. Papa akan penuhi semua permintaan kalian. Kita bagi menjadi dua tim ya? Papa sama Mama, Nindya sama Raya," ucap Rendy yakin."Kok gitu? Kenapa Raya harus sama Nindya? Nggak bisa gitu dong! Seharusnya Raya sama M
Read more
Bab 25
Acara ulang tahun kampus."Kayaknya, besok di acara ulang tahun kampus, seru banget deh kalau kita bawa pasangan masing-masing," ucap Wina."Iya dong. Kan' ada acara dansa juga. Syukur ada Dio, jadi aku nggak bakalan kesepian," jawab Nindya."Yes! Aku juga sudah ada Bayu. Jadi tinggal kamu saya dong, Win, yang belum ada pasangannya," celetuk Bella."Udahlah, kalian menang, aku kalah, tapi kira-kira ada nggak sih cowok yang mau di sewa buat jadi pasanganku besok?" Wina mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan jari telunjuk kanannya."Perlu kita bantu?" Nindya mulai menaik turunkan alisnya, menawarkan bantuan yang tidak jelas kepada Wina."Caranya? Jangan bikin yang aneh-aneh ya, Nin?" Wina mulai ketakutan, ia merasa kalau teman-temannya akan melakukan sesuatu yang tidak masuk akal."Tenang saja, tunggu ya, kita carikan pasangan yang tepat buat kamu." Nindya menoleh ke arah Bella kemudian melakukan tos dengan gadis itu."Tega banget sih kalian, mentang-mentang sudah punya pasangan dan aku masi
Read more
Bab 26
"Sorry, Sayang ... aku baru bisa jemput kamu, soalnya tadi di sekolah aku sibuk banget." Andy begitu menyesal terlambat menjemput Raya sepulang ia merayakan pesta ulang tahun kampusnya. Gadis itu tampak berdiri seorang diri di depan gerbang tempatnya menempuh pendidikan."Lama sekali sih! Kamu nggak punya perasaan banget sama pacar kayak gitu. Ngebiarin pacar nunggu lama, kalau ada penjahat gimana?" gerutu Raya. Gadis itu bergegas masuk ke dalam mobil Rendy dan duduk di kursi penumpang sebelah kursi kemudi."Maaf, Sayang. Kan' aku sudah bilang dari kemarin-kemarin, pekerjaanku sedang banyak di sekolah. Kamu juga tahu sendiri kan, menjadi seorang guru itu cari libur susah, kecuali hari minggu atau liburan akhir semester.""Itu mah cuman alasan kamu aja! Sudah jalan, aku mau pulang.""Gimana acaranya tadi? Pasti sangat menyenangkan.""Menyenangkan apanya? Yang ada bikin jengkel. Semua orang punya pasangan, mereka menikmati acara dengan romantis. Aku aja yang sendiri, apalagi tuh, si Nin
Read more
Bab 27
"Gimana, Raya? Kok enggak dijawab? Kamu mau nggak jadi istriku?" tanya Andy sekali lagi."Raya ... berikan kepastian pada Andy, jangan menggantung perasaannya. Ingat loh, hubungan kalian sudah lama. Memang sudah seharusnya kalian segera menikah. Mama tidak masalah kamu menikah muda, sekali pun kamu sudah nikah, kuliah masih bisa diteruskan juga." Kiara menegur putrinya."Benar kata Mama, papa setuju. Jadi Menikahlah!" Rendy menimpali.Raya masih hening. Ia tak bergeming sedikit pun, entah apa yang gadis itu pikirkan sehingga membuatnya begitu lama menjawab pertanyaan Andy. "Sebenarnya aku belum siap menikah, aku masih ingin kumpul-kumpul dengan teman-temanku, aku masih ingin bersenang-senang. Aku tidak ingin terikat dengan pernikahan, satu lagi aku belum siap jika harus memiliki anak, aku belum siap untuk itu semua.""Oh ... jadi Kak Raya belum siap menikah? Kalau gitu, Om Andy menikah sama aku saja, aku sudah siap kok, Om. Jadi suamiku ya, Om?" Tiba-tiba Nindya muncul begitu saja di
Read more
Bab 28
"Ibu Anggun, Ibu Nia. Untuk apa kalian memperebutkan Pak Andy? Jelas-jelas ia sudah memiliki kekasih. Bukankah masih ada saya yang jelas-jelas seorang single yang bertalenta? Saya seorang Kepala Sekolah. Apakah kalian tidak tertarik dengan saya?"Ibu Anggun dan Ibu Nia saling bertatap, keduanya beradu pandang setelah mendengar ucapan Kepala Sekolah. Keduanya berusaha menahan tawa, namun akhirnya lepas juga."Hahahah ... hahahah ... hahha ...." "Kenapa kalian tertawa? Ada yang lucu?" Kini kepala sekolah memandang kedua wanita itu dengan tatapan kebencian penuh amarah."Bukan begitu, Pak. Bapak ini kan Kepala Sekolah, jadi rasanya lucu kalau kita berharap terlalu tinggi menyukai Bapak." jawab ibu Anggun yang jelas-jelas itu adalah jawaban kebohongan."Benar kata Ibu Anggun, Pak. Kami tidak sepantasnya memilih Bapak yang notabene adalah seorang Kepala Sekolah, sungguh tidak pantas untuk kami." Ibu Nia turut memberikan komentarnya, dan jelas-jelas, ia pun sama. Mengeluarkan kebohongan de
Read more
Bab 29
Perpisahan Termanis"Ya, Om, Tante, ijin sebentar ngajak Nindya jalan-jalan." Dio mencium punggung tangan Rendy dan Raya bergantian."Hati-hati ya, Nak Dio? Jangan sampai larut," tutur Rendy kepada kekasih putrinya."Siap, Om.""Nindya jalan dulu ya, Pa, Ma?""Hati-hati ya, Sayang?" Kiara menyentuh lembut pucuk kepala Nindya."Lebay sekali, cuma perpisahan begitu saja pakai acara." Raya menggerutu, masih dengan gaya angkuhnya."Itu hak mereka, berhentilah iri dengan Nindya. Kamu sudah punya aku, tapi masih saja suka iri sama orang lain." Lama-lama Andy merasa jenuh dengan kelakuan Raya.Sementara Nindya dan Dio berangkat, Rendy dan Kiara masuk ke dalam rumah. Tinggalah Andy dan Raya yang masih duduk di teras depan rumah keluarga itu."Kamu senang banget kayaknya belain dia. Dari dulu selalu aja begitu. Pernah nggak sih, kamu mikir perasaanku? Di dalam sini itu ya rasanya sakit banget, kayak ditusuk, kok bisa-bisanya pacar sendiri malah ngebelain cewek lain.""Aku nggak ada yang ngebel
Read more
Bab 30
"Nin, Nindya ... " Suara seseorang yang memecah keheningan. Nindya yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya seketika memalingkan wajah ke arah suara."Kamu kenapa? Kok buru-buru gitu?" tanya Nindya kepada teman perempuannya, Wina."Itu ... anu ... ka– ka–kamu, itu kamu ga nganterin Dio ke Bandara?""Ke Bandara? Kok ke Bandara? Dio cuma pindah ke luar kota saja kok, Win. Kamu jangan aneh-aneh deh." Nindya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa Wina sedang berusaha membohongi dirinya."Lo, dia mau pergi ke luar negeri, Nindya. Kamu gimana sih?""Ya ampun, Wina ... please deh, kemarin aku bareng sama Dio. Dia bilang cuma mau pergi ke luar kota kok. Pindah ke luar kota. Pendengaranku masih baik-baik saja, aku tidak mungkin salah dengar." Nindya masih ngotot dengan keyakinannya."Nin, Nindya ...." Kali ini suara Bayu yang terdengar berteriak dari kejauhan memanggil Nindya, pria itu bergegas menghampirinya.Nindya sedikit mendongakkan kepalanya ke samping, pandangannya sedikit terhalang o
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status