All Chapters of The Cursed Alpha's Human Mate: Chapter 21 - Chapter 30
49 Chapters
Bab 21 Pernyataan
_Luciana_“I-Itu-“ Adrian menatap langsung ke arah mataku, ”Apa memang ada penyakit aneh seperti itu? Bukan maksudku mencurigaimu, tapi......” Kataku ragu, ”Bagaimana mungkin ada penyakit yang membutuhkan orang sebagai media penyembuhannya? Kau tidak sedang mempermainkanku kan?”Semua ini sangat aneh namun saat mata kami saling bertemu, tak ku temukan sedikitpun kebohongan disana. kutatap terus mata indahnya yang menatapku dengan tatapan yang putus asa, situasi ini sangat sulit diterima akal sehatku."Sudah kuduga! kau pasti takkan mempercayainya." Jawabnya putus asa. "Penyakitku tak bisa disembuhkan bahkan oleh dokter atau ilmuwan sekalipun. Tak pernah ada yang selamat dari penyakit terkutuk ini, semuanya mati dengan mengenaskan sebelum berumur tiga puluh tahun."
Read more
Bab 22 Teka-teki
Luci sama sekali tak bisa memejamkan matanya semalaman, dia masih terus terngiang-ngiang perkataan Adrian. 'Aku jatuh cinta padamu sejak-Akh!!!' Sial!  Rona merah itu kembali muncul di wajahnya. Dia sangat malu sekaligus senang akan pengakuan yang semalam di dengarnya. Pernyataan itu seperti mimpi baginya, mana mungkin ada pria sempurna yang menyukai itik buruk rupa sepertinya? Kuputuskan untuk melakukan semuanya lebih awal hari ini, dia belum siap mental bertemu dengan Adrian. Entah hal konyol apa yang akan dilakukannya jika mereka bertemu. Membayangkannya saja itu membuatnya semakin berpikiran aneh apalagi kalau kejadian. *** Aku terpaksa berangkat pagi-pagi buta dengan bus pertama. Ku putuskan untuk berjalan-jalan kecil di sekitar kampus untuk menyegarkan pikiranku yang kacau. semuanya tampak membingungkan untukku. Pernyataan Adrian yang tiba-tiba, penyakit aneh yang menderanya, sikapnya yang nampak mencurigakan dan lainnya terus meman
Read more
Bab 23 Kejadian tak terduga
Kelas terakhir terasa membosankan karena pikiranku memang tak disini. Aku masih penasaran dengan semuanya. Kuputuskan untuk keperpustakaan sebelum pulang.Hhh...sepertinya akan akan sampai rumah larut malam. Untung saja aku tak ketinggalan bis terakhir, jika tidak mungkin aku akan mengulangi kejadian konyol waktu itu. Malam ini sangat berbeda karena sepertinya bulan bersinar sangat terang. Kuputuskan untuk menatap langit.“Bulan purnama.” Aku menatap keindahannya sambil tersenyum.Sesampainya di rumah aku tak berani masuk kedalam dan hanya termenung di luar pintu. Aku masih bingung harus bersikap bagaimana padanya nanti.Aku telah memikirkan ini sepanjang hari. Pikiranku campur aduk! Aku harus bagaimana?Ku hembuskan nafas beberapa kali dan menguatkan diriku. Kupegang gagang pintu dan mendorongnya.“Aku pulang.”Keadaan rumah tampak hening, tanpa adanya tanda-tanda kehidupan. Apa Adrian pulang telat hari ini? k
Read more
Bab 24 Ian
_Adrian_Setiap hari bagai neraka bagiku, hariku sangat sibuk dengan tumpukan dokumen, klien ataupun perjalanan bisnis. Bahkan kantorku sudah seperti rumah keduaku akibat pekerjaan yang menumpuk. Hari ini pun tak ada bedanya dengan hari lainnya, cahaya bulan bersinar terang menandakan malam yang panjang akan segera dimulai. Melelahkan....Untungnya pekerjaan yang menumpuk untuk beberapa hari kedepan sudah selesai, jadi aku bisa sedikit bernafas lega, setidaknya bebanku berkurang. Ku ambil jasku dan bergerak ke arah lift, waktunya pulang. ***Kuperhatikan keadaan sekitarku, semuanya tampak biasa saja, namun seperti ada yang mengganjal di hatiku. Apalagi saat sampai di pelataran rumah tak kulihat satu lampu pun yang menyala ataupun kepala pelayan yang sigap menyambutku seperti biasa. Suasananya terlalu sunyi, malah kelewat sunyi. Apakah terjadi sesuatu? banyak pertanyaan muncul di benakku? Kemana para pelayan? apakah Luci belum pulang? Me
Read more
Bab 25 Keanehan
Ian membalikkan badannya kemudian melangkah dengan bahu lemas dan tertunduk lesu. Aku tak mungkin membiarkan temanku pulang dalam keadaan seperti itu, "Apa kau mau pergi tanpa meninggalkan undanganmu padaku?" Kulihat wajahnya kembali berseri dan bersemangat kembali, "Kau harus pastikan aku menjadi tamu VIP nanti." Senyumnya semakin merekah dan bergegas pergi.  Aku berjalan perlahan ke arah tangga, menaikinya perlahan agar sang putri tidur tak terganggu dalam mimpinya. Saat berada di tangga ketiga aku kembali menoleh ke arah Ian lalu memperingatinya, "Gunakan pintu sialan di depanmu Ian! Jangan gunakan jendela kau bukan monyet!"  Kudengar dia mendumel sepanjang jalan lalu menghilang di kegelapan. Untunglah semuanya bisa berakhir baik. Semoga saja tak ada Ian lainnya setelah ini. Kulangkahkan kakiku kemba
Read more
Bab 26 Undangan
“Kau ingin aku meretas data gadis ini?” tanya Bryan, sekretaris werewolfku. Bryan melihat dengan seksama foto yang ku kirimkan ke handphonenya, “Jadi dia pasanganmu?”Adrian mengangguk, “ada banyak hal yang menggangguku.” Kuputar kursiku menghadap ke luar jendela, “Reihan tak mengetahui apapun tentangnya seolah disengaja.” Kutolehkan kepalaku pada Brian, “awalnya ingin ku abaikan saja namun kini banyak fakta yang tak bisa ku abaikan lagi.”Fakta bahwa dia pernah mencuri di depan mataku lalu cincin sihir yang tak mungkin dimiliki manusia biasa sepertinya. Semuanya tampak tak masuk akal namun mempunyai ujung yang sama. Biasanya aku tak pernah mencampuri urusan orang lain, terkecuali yang ini. Banyak keanehan yang ku rasakan mengenai Luci. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia terhubung dengan bangsa Vampir? d
Read more
Bab 27 Rahasia masa lalu
"Bisakah aku tidur denganmu ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- JDER! Adrian tak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. Apa ini sebuah lelucon? "Apa kau sedang mengundangku? ataukah ini hanya lelucon?" "Maaf jika itu membuatmu tak nyaman." kemudian melenggang pergi. Adrian bergegas mengejar Luci, "Tunggu! Kau salah paham. Apa kau yakin dengan yang kau ucapkan barusan?" Tanyanya lagi. Keheningan melanda kami beberapa saat sampai akhirnya Luci membuka mulutnya, "Bolehkah aku tidur denganmu malam ini..." Tanyanya kembali tanpa memandangku sama seka
Read more
Bab 29 Pria menjengkelkan
Kubuka pintu ruangan secara perlahan. Alex masih berkutat dengan tumpukan dokumen yang dibawanya dari rumah sakit. Dia tak melihat sama sekali ke arahku. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- “Kau melepas cincinmu lagi?” Tanyanya. Pertanyaanya mengejutkanku. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku melepaskan cincinku? Aku sudah memeriksa cincin itu namun tak ada satupun keanehan di sana. “ Aku hanya melepasnya sebentar karena cincinnya sedikit kendur.” Alex mengangkat kepalanya, pandangannya kini menatap tepat ke arahku dengan sorot mata dingin. ekspresinya sangat datar membuatku sangat ketakutan. “ Apakah aku,…?” Dia meletakkan berkasnya, tatapannya masih berfokus padaku membuat tubuhku bergetar. (‘….’) “Jangan pernah melepasnya lagi. Kau mengerti?” Aku langsung mengambil cincin di kantung mantel,“Baik…” Cincin itu akhirnya kembali bertengger manis si jari manisku. “Tunggu aku di kamar.” Perintahnya. “
Read more
Bab 28 Bagaimana dia tahu?
_Luciana_ Ku masukkan semua buku dan peralatan ke dalam tas, jam kuliah telah usai namun kursi kosong di sebelahku membuatku sendu. Biasanya dia duduk di sampingku dan menjahiliku, kini hanya ada kehampaan di depan mataku. "Dasar brengsek!" Mengapa dia harus menghindariku dengan cara seperti ini. Bahkan tanpa kabar dan penjelasan sedikitpun. Aku bergegas meninggalkan ruang kelas yang telah kosong. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa dia sangat sibuk dengan masalah keluarganya sampai tak sempat mengabariku? Biasanya tak seperti ini, dia pasti menghubungiku dua sampai tiga hari namun ini sudah lewat dua minggu dia menghilang tanpa kabar apapun. Aku sangat khawatir. Kulihat ponselku dan mengecek pesan dan media sosialku, tak ada notif apapun, bahkan pesan terakhirk
Read more
Bab 30 Pria misterius
_Lucas_ Aku terbangun dan mendapati diriku berada di tempat tidur. Kuedarkan pandanganku ke segala arah dengan malas, tak ada siapapun di sana. Luci sepertinya sudah pulang. Perasaan sepi kembali menyeruak. Andai saja Luci bisa tinggal lagi dengan kami seperti dulu, pasti sangat menyenangkan. Aku sangat bahagia ketika kami semua berkumpul dan menghabiskan waktu bersama layaknya keluarga, tak terpecah seperti ini. Ku tatap jendela yang letaknya tak jauh dari ranjangku. Langit masih gelap di luar sana namun kini rasa kantuk tak lagi menghinggapiku. Kaki kecilku beranjak dari tempat tidur kemudian bergegas keluar. Semuanya tampak gelap, tak ada satupun lampu menyala, hanya sinar bulan yang menerangi langkahku dari balik jendela. Kaki kecilku berakhir di sebuah taman kec
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status