Semua Bab Menikah dengan Tetangga Jutek: Bab 61 - Bab 70
136 Bab
Bab 28b
Gilang menatap Sekar sekilas, lalu mencebik. “Nggak. Kita nggak akan datang. Kebetulan saja kita pas pulang, ” ujar Gilang saat melihat wajah Sekar sudah berubah murung. “Gimana sih, sudah di sini juga. Datang saja. Atau….kamu juga patah hati?” Faras mengerling ke Gilang. Dia seolah tak melihat ada Sekar di sana. Membuat darah panas seolah mendidih.“Kamu kan yang sudah berjasa jagain dia siang malam…hahaha. Udah rame tuh gosipnya. Jagain jodoh orang kalo kata anak sekarang.” Suara Faras terbahak hampir memenuhi cafe itu. “Apaan sih, Ras!” Gilang meninju lengan Faras. Gilang sudah menyadari perubahan muka Sekar. Semua akan tak baik-baik saja jika ucapan Faras tidak segera direm.“Kita kira kamu yang bakal ke pelaminan sama Sakina. Taunya malah orang lain.” Faras masih berderai tawa. Sekar merasa jengah mendengar candaan Faras. Dadanya sudah kembang kempis. Namun, ditahannya demi harga dirinya. Dasar mulut Faras minta dikasih sambel ayam kremes. Tangan Sekar yang tadi sibuk menyuap
Baca selengkapnya
Bab 28c
“Memang kamu nggak takut kalau dilaknat malaikat sampai pagi?” Suara Gilang setengah merayu. Sekar menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan. Hatinya kesal. Mengapa sih lelaki harus punya kuasa dan menggunakan cara-cara intimidasi. Apa wanita tak punya hak untuk marah dan memberinya pelajaran? Kenapa harus ditakut-takuti dengan laknat? Apa dia tak punya cara lain yang lebih cerdas tanpa harus menakut-nakuti? Dasar tidak kreatif!Tiba-tiba Sekar punya ide….“Mas…Mas…awas! Aku mau muntah!” Gilang serta merta mengangkat tangannya bertumpu di atas pinggang Seka, memberi ruang pada istrinya untuk bangkit. Secepat kilat Sekar berlari ke toilet belakang. Gilang mengikutinya. Kali ini bukan karena perintah mama dan mertuanya, namun, dia juga sedikit cemas kalau-kalau orang rumahnya terbangun karena suara berisik.“Sudah, Dik?” Gilang mengurut leher Sekar sambil membaluri dengan minyak angin. Persis seperti yang dilakukan mamanya tadi sore. Pria itu mulai menyadari, banyak hal yang h
Baca selengkapnya
Bab 29a
Gilang memarkir motornya dengan kasar di depan rumah. Langkahnya cepat, namun seketika terhenti tatkala mendengar di ruang tamu ramai orang ngobrol. Saat dirinya sudah berdiri di sudut sana, seketika amarahnya harus direndam. Ada ibu mertuanya tampak sedang asyik bersenda gurau dengan istrinya. “Mas, ibu bawa nasi tiwul. Enak!” Tanpa dosa, Sekar menunjukkan nasi berbahan tapioka itu dan menyendoknya dengan lahap. Mata lelaki itu melotot dengan garang. “Ya Salaam, aku sudah antri hampir satu jam beli bubur lethok, kamu malah makan tiwul?” ujar Gilang sambil menghempaskan plastik berisi satu bungkus bubur di atas meja. Ia menatap tajam ke arah Sekar yang cuek sambil makan tiwul dengan tangannya. Lahap seperti sebulan nggak makan. “Mas, kamu mau kemana?” tanya Sekar saat Gilang hendak beranjak menjauh. “Ke kamar. Bete! Mau ikut?” ujar Gilang tanpa menoleh. “Bentar!” Sekar beranjak, lalu ia menarik tangan Gilang. “Ada apa sih?” Mukanya masih jutek, menatap istrinya dengan tat
Baca selengkapnya
Bab 29b
Sekar menyembunyikan kepalanya di bawah bantal. Ia dulu membayangkan memiliki suami yang penuh cinta padanya. Tak pernah marah dan selalu tersenyum hingga sering memanjakannya. Sekarang? Mimpi apa dia? Ah! Lelaki itu memang menyebalkan! Dia sudah mengenalnya sejak kecil, sudah hafal perangainya. Herannya, mengapa malah bapak dan ibu menerima-nerima saja pinangannya. Ah, kalau bukan karena drama hutang, ingin rasanya kabur dari kawin paksa ini. Sekar bergumam dalam hati. Namun, tiba-tiba, mulut Sekar terasa ingin mengunyah yang asam-asam. "Sepertinya rujak di warung Mbak Minah di ujung kampung enak" gumam Sekar sambil membayangkan potongan buah-buahan yang dipadu dengan sambal kacang. Cukup untuk menghilangkan rasa neg di mulutnya. Mau minta tolong Gilang, jelas nggak mungkin. Sekar malas berdebat lagi. Dari pada kesal, Sekar akhirnya memutuskan bergegas pergi sendiri. Secepat ia bangkit dari posisinya rebahannya. “Mau kemana kamu?” Gilang rupanya tepat berdiri di depan pintu kam
Baca selengkapnya
Bab 29c
“Jahat! kok bisa mereka bilang gitu. "Mata Sekar melotot. Mulutnya ikut menganga. Kedua telapak tangannya saling bertangkup menutup mulutnya.Sementara Gilang hanya mengerutkan dahi seraya menggeleng. “Apa? Dari mana mereka tahu Sekar hamil?!” tanya Bu Hanum. Perjodohan yang merupakan impiannya, tak rela harus ternoda dengan gosip murahan. Seketika Gilang ingat. Kejadian tadi pagi saat antri bubur. Jangan-jangan, itu jadi sumber gossip? "Dasar ibu-ibu kurang kerjaan," batinnya. Tangan Gilang seketika mengepal. Mulutnya terkatup rapat. Kesal dan marah dengan tingkah ibu-ibu. “Tapi, kan kenyataannya memang Sekar hamil kan, Ma?” tanya Gilang. Dia mulai tak yakin. Apalagi memang belum ada bukti pemeriksaan. Baik dia, mama dan papanya selama ini hanya menduga. Dari muntah dan tingkah aneh Sekar. “Lha, iya." Bu Ndari menimpali dengan mantap. "Tapi kalau sampai dibilang Sekar hamil duluan, ya, aku nggak terima,” sambungnya. “Lagian, Ibu sih, pake mantu mendadak. Jadinya malah jadi goss
Baca selengkapnya
Bab 30a
“Apa, Dok?” Mata Gilang membulat. Pria itu ikut duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter kandungan itu. Sang dokter sudah kembali duduk di kursinya. Dia sibuk mencatat sesuatu di kertas record. Sementara, Sekar usai membenahi bajunya. Ia pun segera duduk di sebelah Gilang. Sang dokter tersenyum simpul menatap pasangan muda di depannya. “Dok, kami ini baru nikah dua minggu. Mana mungkin saya hamil empat minggu,” ujar Sekar terbata karena Gilang menatapnya tajam, seolah tak terima dengan usia kandungan yang disebutkan dokter. “Hitungannya yang akurat, Dok!” sela Gilang. Tangannya sudah mengepal, sementara giginya gemelutuk menahan marah. Sesekali mata elangnya menatap ke Sekar. Sebagai anak teknik, logika dan perhitungan di otak Gilang selalu akurat. Bagaimana bisa usia kehamilan Sekar jauh lebih lama dari usia pernikahan mereka? “Sabar.” Dokter itu kembali tersenyum. Ia memahami kepanikan dua anak manusia di depannya. Masalah seperti itu sudah sering ditemui. “Jadi saya ter
Baca selengkapnya
Bab 30b
Gilang memarkir motornya di depan rumah, saat ibu Sekar datang lagi. Kini, ia sudah mengenakan baju bagus karena hendak berangkat kondangan. Belum Sekar bertanya, ibunya sudah duluan berucap, “Kalian lama sekali. Disuruh ke Bu Bidan, malah kemana?” “Mas Gilang malah ngajak ke rumah sakit, Bu, nyari dokter kandungan. Aku bilang ke Bu Bidan saja yang murah. Eh, Sekar malah dibilang orang susah. Padahal kan Bu Bidan itu sudah pengalaman. Kualitas juga nggak jauh beda. Orang hamil itu kan bukan orang sakit. Cuma ngecek doang!” adu Sekar. "Sudah-sudah. Ayo masuk dulu. Gimana hasilnya?” tanya Bu Hanum menengahi. Rupanya Mama Gilang juga menanti anak dan menantunya yang sedari tadi tidak kunjung datang. “Ya hamil!” sahut Gilang pendek. Gilang sebenarnya sudah tahu kalau hasilnya bakal ‘hamil’ bukan yang lain. Cuma dia memang ingin memastikan kalau gossip tetangga mengenai mereka menikah mendadak karena hami duluan itu tidak benar. Namun, mendapat jawaban Bu Dokter, dia semakin
Baca selengkapnya
Bab 30c
Gilang tersenyum, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sekar melihat gelagat, sejatinya Gilang ingin datang juga ke acara itu. Tak perlu menunggu menit berganti, Sekar menghentakkan kakinya, berbalik dan masuk rumah. Ia membanting pintu kamar dengan kasar agar suaranya terdengar oleh ketiga teman Gilang. “Sori, aku ngga dateng…” ucap Gilang lirih sambil menoleh ke dalam rumahnya. “Takut nggak dapat jatah, ya?” goda Huda. Gilang seketika melotot. Bisa-bisanya masih bujang ngomongin jatah! Namun, ketiga temannya malah terbahak melihat sikap Gilang. Ketiganya akhirnya meninggalkan rumah Gilang dengan kecewa. Acara akan menjadi kurang seru tanpa kehadiran Gilang, karena dia adalah sasaran utama yang bakal di bully oleh geng patah hati. Gilang membuka pintu kamarnya. Sekar sudah ganti baju dengan baju rumahan. Tepatnya baju milik Gilang. Kaos dan celana yang tentu saja kebesaran jika dipakai oleh Sekar. Bocah ini suka sekali memakai bajunya tanpa ijin. Gilang tertawa dala
Baca selengkapnya
Bab 31a
Gilang tak menjawab. Lagi pula, tak perlu juga dijawab. Toh, orang sekampung juga tahu siapa Gilang dan Sekar. Tapi, kenapa mulut usil itu tetap ada. “Mas aku pulang dulu,” ujar Randi saat kepala ibunya sudah terlihat dari balik pagar. Wajah ibunya Randi terlihat tak enak saat melihat Randi sedang ngobrol dengan Gilang. Apalagi, Gilang yang biasanya mengangguk takzim dengannya, tiba-tiba terlihat menatapnya dengan sorot tak suka. “Kamu bilang, ya, sama Mas Gilang?” tanya wanita yang usianya lebih muda dari mamanya Gilang itu. Matanya menatap anaknya dengan tatapan mengancam bercampur kecewa. Mestinya, kalau diberitahu, jangan langsung dibocorkan pada orangnya langsung.“Aku hanya tabayyun, Bu. Nggak baik menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya,” jawab Randi. “Iya, tapi, kan ibu jadi nggak enak sama Mas Gilang,” ujar Bu Narti, ibu Randi. “Makanya, ibu nggak usah ikut-ikutan ibu-ibu yang lain. Kalau pun Mbak Sekar sudah hamil, kan ada suaminya. Mana mungkin Mbak Sekar mela
Baca selengkapnya
Bab 31b
“Lha ada apa tho, Bu?” tanya Sekar penasaran. Wanita yang masih mengenakan busana kondangan itu menggeser posisi duduknya, menghadap ke kedua anak dan menantunya. Sementara Pak Sidik langsung ke kamar, ganti baju. “Ternyata, Fajar malah sudah menikah. " Bu Ndari sedikit mengambil jeda. "Jadi, yang nikah sekarang malah istri kedua...” Mata Bu Ndari menatap Sekar dan Gilang bergantian. Dalam hati Bu Ndari terselip rasa syukur di balik kemalangan Sakina. Rasa syukur dulu tak jadi menikahkan anak gadisnya dengan pria yang dia pikir akan mengubah nasibnya. Kaya raya. Ia juga bersyukur akhirnya memilih Gilang yang tetangganya sebagai menantu. Meski biasa saja, tapi mengerti agama dan setia. Setia? Bukannya Sekar habis ngambek gara-gara kesetiaan? Bodo amat! Yang penting sekarang mereka sudah tidak membahas ketidaksetiaan. Isunya sudah tertutup oleh isu kehamilan, batin Bu Ndari lagi.“Apa?!” Serempak Sekar dan Gilang berpandangan. Sekar benar-benar tak percaya. Wanita secantik Sakina
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status