Semua Bab Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta: Bab 11 - Bab 20
128 Bab
Bab 11
"Sudah cukup istirahatnya, kau Hafsa dipanggil oleh tuan muda." kata Bi Rum pada Hafsa."Baik bi, Melati sudah dulu yah!" pamit Hafsa pada Melati, Melati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Dan kau kembali kepekerjaanmu." lanjut Bi Rum pada melati.Melati langsung sigap dan tersenyum, "Baik kepala pelayan."Melati berjalan menyusuri lantai demi lantai karena dia tak melihat hingga dia tidak sadar bahwa didepannya ada sekretaris Rey yang berjalan dengan datar alhasil Melati jadi menabrak dada bidang Rey."Aduh... sakit sekali! apa aku menabrak tembok?" ocehnya tak melihat Rey yang menatap datar.Melati kemudian melihat ada kaki dibawahnya yang dibalut sepatu pantofel mewah, dia melirik dari bawah hingga keatas dan berhenti tepat diwajah Rey yang menatap lurus.Melati tertegun melihat paras dari Rey dia melotot dan membuka mulutnya saking terpesonanya.'Wah tampan sekali, aku seperti melihat pangeran dari kerajaan'ucap Melati dalam hati tangannya menangkup kedua pipinya sendir
Baca selengkapnya
Bab 12
Tiga bulan kemudianHafsa sudah bekerja selama tiga bulan lamanya dengan tuan muda Elang sikap Elang pun perlahan berubah tidak kasar dan tidak mengerjainya lagi setelah tau Hafsa adalah seorang yang penyabar dan tekun dalam bekerja.Maka dari itu Elang mulai menyukai kinerja Hafsa yang pantang menyerah pada dirinya sehingga bisa bertahan selama ini.Nyonya Sinta sebentar lagi akan kembali dari dinasnya selama tiga bulan itu dia ingin cepat pulang untuk melihat kinerja pengasuh Elang langsung karena dia mendapat laporan dari Rey bahwa kali ini Elang tidak memecat pelayannya dalam waktu yang singkat.Nyonya Sinta pun tentu senang mendapat laporan seperti itu maka dari itu dia ingin segera pulang dan melihat keadaannya sendiri.Dan beberapa bulan ini juga seorang wanita telah kembali untuk menemui Elang untuk merujuk kembali hubungan mereka, tapi bagaimana tanggapan Elang apakah dia mau kembali dengan wanita yang pernah dicintainya itu.Ting tong...Terdengar suara bel pintu berbunyi pel
Baca selengkapnya
Bab 13
"Halo sayang, bisakah kau kekamarku sekarang."Tiba-tiba Hafsa melebarkan matanya jadi segar saat mendengar kata dari tuan mudanya bahkan dia sampai memukul pipinya sendiri karena dikira dirinya sedang bermimpi."Aku mimpikah tapi kenapa rasanya seperti nyata" ucapnya pelan namun tetap terdengar oleh Elang."Sayang, cepat kesini aku menunggumu!" suara Elang terdengar lagi tapi dengan nada menekan mampu membuat Hafsa tersadar."Ah iya aku segera kesana." ucap Hafsa langsung mematikan interkomnya padahal Elang belum selesai bicara membuat Elang menahan geram."Lihat dia akan datang sebentar lagi. Kau tunggu saja!" kata Elang pada Diana setelah menaruh interkomnya.Diana tidak menjawab dia hanya tersenyum dingin ingin membuktikan apakah Elang benar atau tidak.Tok tok tokTak lama setelah itu pintu terketuk dia adalah Hafsa yang datang dengan wajah penuh kebingungan."Masuk sayang.!" kata Elang dengan suara lembut.Hafsa perlahan membuka pintu dan masuk dengan ragu dan alangkah terkejutny
Baca selengkapnya
Bab 14
Pagi pun tibaElang tidak bisa tidur semalaman ini karena gadis disampingnya bukan hanya pingsan tapi juga tertidur dan lebih parahnya gadis itu punya kebiasaan tidur yang tidak tenang yaitu menguasai tempat tidur.Ingin sekali Elang menendang gadis itu agar terbangun tapi hati kecilnya tidak tega karena dia bukan tipe orang yang suka menyakiti wanita dengan memakai fisik."Sial, kenapa sial sekali hari ini gadis ini benar-benar!" gumam Elang saat bantal guling yang dia batasi malah dilempar oleh Hafsa dan kini gadis itu malah memepet kearah Elang."Hei, gadis bodoh bangun kau tidur atau mati!" ucap Elang sudah tak tahan mengetahui kebiasaan buruk gadis itu jika tidur.Hafsa menggeliat perlahan dia membuka matanya karena dirasa ada suara yang mengusiknya.Tidurnya kali ini lebih nyaman kasurnya pun sangat empuk lebih empuk dari kasur dikamar pelayan, yang tadinya pingsan dia jadi kebablasan malah tidur senyenyak ini.Tapi dia langsung tersadar sepenuhnya saat menyadari kasur yang begit
Baca selengkapnya
Bab 15
Hafsa kini sedang berada diluar bersama Melati. Mereka keluar sebentar hanya untuk membeli barang keperluan dipasar yang dekat dengan tempat kerjanya.Saat diperjalanan Hafsa melihat ada seorang nenek yang hendak menyebrang namun kendaraan tak kunjung sepi membuat nenek itu ragu untuk maju apalagi melihat sekitar orang-orang sangat acuh tidak mempedulikan nenek yang kesulitan itu.Mungkin karena penampilan nenek itu yang Kumal dan berbaju lusuh jadi tidak ada yang mempedulikan. Hafsa yang melihatnya pun jadi kasihan dan berniat ingin membantu."Mel, lihat sepertinya nenek itu mau menyebrang tapi dia tidak bisa dan tidak ada yang membantu, kita bantu sebrangin yuk!" usul Hafsa pada Melati menunjuk nenek yang berada tak jauh darinya.Melati menengok kearah yang ditunjuk Hafsa, "Ayo kasihan sekali nenek itu! ayo cepat!" Melati antusias menarik tangan Hafsa dan menyeretnya sehingga Hafsa pun jadi ikut terseret."Hey, kau ini jangan seret-seret dong!" omel Hafsa pada Melati tapi tidak diped
Baca selengkapnya
Bab 16
Saat dua wanita berumur sama itu membicarakan anak-anak nya tiba-tiba saja anak dari nyonya Dewi datang kebutik untuk menyapa."Halo mah, aku datang!""Satria...!" ucap nyonya Dewi meskipun kesal tapi jika anaknya datang tetap disambut dengan senyuman."Hai nak! kapan kau pulang?" tanya nya sambil merangkul dan mencium anak sulungnya."Baru tadi siang mah!" jawab Satria kemudian melirik nyonya Sinta."Hay Tante, apa kabar? sudah lama tidak bertemu!" Satria menyapa nyonya Sinta yang ada dihadapannya."Tante baik Satria, kamu semakin tampan saja!" kata nyonya Sinta."Ah Tante bisa saja, aku memang tampan sejak lahir Tante." ujar Satria menyentuh dagunya dengan bangga membuat ibunya mendengus."Hai Sinta anakmu juga tampan.""Ah iya dia emang lebih tampan." Kemudian mereka berdua terkekeh."Oh iya Tante bagaimana keadaan Elang? aku belum menjenguknya hingga tahun terakhir ini." tanya Satria karena dirinya memang sejak Elang kecelakaan baru dua kali menengok setelah itu Satria pergi ke lua
Baca selengkapnya
Bab 17
Hafsa mengikuti dua nyonya besar itu masuk kedalam untuk melihat gaun pengantinnya. Hafsa hanya diam saja membiarkan dua nyonya itu yang memilih."Hafsa sayang, sini nak!" panggil nyonya Sinta pada Hafsa."Iya Tante." jawab Hafsa gugup dia melangkah pelan menghampiri nyonya Sinta yang sudah memegang sebuah gaun yang sangat indah."Coba kau pakai ini!" nyonya Sinta menyodorkan gaun yang panjang dan atasnya terbuka tanpa lengan.Bahkan Hafsa sampai meringis melihatnya tapi dia tidak berani membantah."Baik Tante." kemudian Hafsa masuk kekamar ganti dibantu oleh asisten nyonya Dewi.Kemudian datanglah nyonya Dewi membawa beberapa gaun yang direkomendasikannya dan dibelakangnya ada Satria."Sinta lihat! aku bawa beberapa gaun yang spesial untuk menantumu dan gaun ini adalah hasilku sendiri." pamer Dewi dengan bangga pada sahabatnya.Nyonya Sinta melirik gaun itu dan terperangah takjub, "Wah... bagus sekali gaun hasil rancanganmu dia pasti cantik memakai gaun ini." ujar nyonya Sinta memegan
Baca selengkapnya
Bab 18
"Eh ngomong-ngomong aku senang kau akan menikah, kenapa kau mendahuluiku?" ledek Satria tapi Elang menanggapinya dengan datar."Dan juga calonmu cantik juga, kau menemukannya dimana?" tanya nya lagi sambil menopang dagu.Elang tidak mau menjawab karena memang dirinya sedikit gengsi jika menikah dengan seorang pengasuh tapi nasi sudah menjadi bubur dan itu tidak bisa dirubah."Hei, kenapa kau diam saja? apa kau tidak ingin menikah dengannya." Satria dapat melihat dari raut wajah datar Elang kalau pernikahan ini pasti bukan keinginannya."Baiklah, Elang boleh aku tebak? sepertinya ini bukan keinginanmu. Kalau begitu aku siap untuk menggantikanmu." ucap Satria lagi yang terus bicara.Elang langsung bereaksi saat Satria mengucapkan 'aku siap untuk menggantikanmu' dengan menatapnya tajam."Kau banyak bicara ya Satria. Itu urusanku bukan urusanmu. Dan kau tidak perlu menggantikannya. Mengerti." ucap Elang dengan penekanan membuat Satria menggedikkan bahunya."Ayo Rey, bawa aku kedalam.""Bai
Baca selengkapnya
Bab 19
Flashback onHafsa sedang berada diruangan kerja nyonya Sinta, duduk berhadapan dengannya. Nyonya Sinta memandang Hafsa penuh harap sedangkan Hafsa tertunduk merasa seperti rakyat jelata yang ingin diberi hukuman karena kesalahannya.Tangannya gemetar keringat dipelipisnya mulai membasahi pipi dia bertanya-tanya dalam hati ada apa ini? kenapa dirinya dipanggil pada saat sedang santai, apakah dirinya akan dipecat karena kelalaiannya dalam bekerja.Oh ya ampun jangan, meski kehidupannya dalam keluarganya tidak baik tapi dia tidak ingin lagi-lagi mengecewakan mereka. Oh iya Hafsa kan belum tahu bahwa ayahnya sudah menceraikan istrinya, Rahma dan Sesil pun sudah pergi dari rumahnya dengan membawa uang kompensasi miliknya."Duduklah, kenapa kau berdiri saja?". Nyonya Sinta yang melihat ketegangan Hafsa berusaha untuk berbicara lembut."Ah, tidak apa-apa nyonya aku berdiri saja!" jawab Hafsa yang merasa tidak enak harus duduk berhadapan dengan nyonya rumah."Tidak apa-apa duduk saja, mungkin
Baca selengkapnya
Bab 20
Lelaki itu terkesiap kaget melihat bahwa dirinya ketauan, ah kenapa bisa padahal dirinya sudah merancang semuanya dengan baik.Lelaki itupun menjadi panik apalagi terdengar suara derap langkah kaki seseorang menuju dirinya.Rey, masuk ditengah para pengawalnya dengan tenang dan kedua tangannya ia masukkan kesaku celananya."Kau Salah perhitungan kawan." ucap Rey datar dan dingin.Lelaki itu tak menjawab hanya sorot matanya yang menunjukkan kekesalannya."Lain kali belajarlah lebih dahulu, sebelum ingin menculik seseorang." tambahnya lagi kini tersenyum sinis.Melati yang melihat Rey tersenyum langsung muncul bunga-bunga bermekaran disekitar wajahnya yang berseri-seri sambil menyentuh kedua pipinya."Pengawal.. tangkap dia! dan pastikan dia tetap mendekap dipenjara." perintah Rey tegas.Para pengawal pun menyeret lelaki itu yang ternyata Marcel kekasih dari Diana, dia memang bodoh dan matre namun parasnya memang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status