Semua Bab Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta: Bab 41 - Bab 50
128 Bab
Bab 41
"Jadi dimana dia tinggal dan bekerja?" tanya Rahma antusias."Tapi kalian ini siapanya dia?" tanya Nina karena memang belum tau."Oh iya kami belum memperkenalkan diri. Namaku Rahma dan ini anakku Sesil, kami adalah ibu dan saudari tiri Hafsa." ucap Rahma menunjuk dirinya dan Sesil sedangkan Sesil hanya manggut-manggut saja."Oh jadi ibu tiri dan adik tiri." ulang Nina dengan sedikit sinis."Iya, lalu dimana dia bekerja!" Rahma sangat antusias sekali ingin mengetahui keberadaan Hafsa, tentu saja karena dia mempunyai niat tersembunyi."Kau sangat tidak sabar sekali rupanya. Tenang aku akan membawa kalian ketempatnya dengan syarat kalian harus mengikuti semua perintahku. Bagaimana?" ucap Nina karena diapun jadi mempunyai jalan untuk mewujudkan obsesinya yaitu memiliki Elang Rahardian."Tapi.. kita juga mempunyai urusan tersendiri dengannya" Rahma segera menyanggah penawaran itu karena bagaimana kalau tidak sejalan, bisa berantakan
Baca selengkapnya
Bab 42
"Ayo, kau cerita duluan!" kata Melati pada Hafsa saat mereka sudah sampai disebuah taman dan ditaman itu hanya ada mereka berdua."Tidak ah! kau duluan saja" jawab Hafsa malu-malu."Kau kan yang biasanya paling semangat, ayolah aku tidak sabar." Melati menggoyang-goyang kan lengan Hafsa agar cepat bercerita."Iya iya sabar dong!" akhirnya Hafsa menyerah dan dia duluan yang berbicara tapi belum berbicara dia sudah senyum-senyum sendiri."Ey, kenapa malah senyum-senyum? bikin tambah penasaran aja sih!" Melati tidak sabar dan terus berceloteh."Iyaa, kau tau tadi aku dan tuan Elang..." Hafsa semakin tersenyum sambil memegangi bibirnya hal itu sudah membuat Melati mengerti maksudnya."Dari gerak gerikmu aku bisa menebak kau dan tuan muda pasti sudah ehem... ehem...!" kata Melati sambil tangannya memperagakan sepasang suami istri jika berduaan.Tapi hal itu malah membuat Hafsa tidak mengerti."Apaan itu?" Hafsa jadi
Baca selengkapnya
Bab 43
"Iya, dia berbeda dia... ternyata tidak kaku seperti yang aku kira." ucap Melati tersenyum sendiri.Hafsa mengernyit, "Tidak kaku, ya iya lah tidak kaku kan dia manusia bukan robot."Melati mencebik kesal, "Hafsa bukan maksudku kaku seperti robot tapi... kau tau kan dari pertama kita menginjakkan kaki disini pernah tidak kita melihat dia tersenyum atau ekpresi apalah. Tidak kan." Melati menjelaskan dengan detail.Hafsa menggaruk kepalanya sambil mengingat pertama kali mereka datang Rey memang kaku seperti robot dan ekspresinya sangat datar dan dingin melebihi tuannya Elang."Oh iya yah dia memang kaku sih!" kata Hafsa mengiyakan."Tuhkan, tapi sekarang aku lihat dia tersenyum senyumnya itu maniiisss sekali seperti gula." ujar Melati tersenyum membayangkan wajah Rey.Hafsa ikut tersenyum, "Wah ada kemajuan dong dia biar tidak kaku terus ya kan.""Iya dong, entah kenapa aku yakin jika Rey adalah jodohku." ucap Melati asal
Baca selengkapnya
Bab 44
"Baiklah, aku rasa sudah cukup mengobrolnya. Aku harus pergi untuk menyelesaikan urusanku." ucap Satria beranjak dari duduknya."Iya tuan, silahkan! saya tidak apa-apa kok!" Melati yang menjawab.Satria hanya terkekeh mendengar jawaban dari Melati yang bermaksud mengusirnya dengan cara halus."Ya sudah aku pergi dulu." lalu tiba-tiba Satria mendekatkan wajahnya kearah Hafsa yang sontak membuat wajah Hafsa mundur."Jika kau membutuhkan teman seorang pria, aku siap menjadi temanmu." lanjutnya dengan senyum khasnya."Tidak, terimakasih." jawab Hafsa cepat tanpa menatap wajah Satria.Melati hanya terkekeh melihat penolakan jelas dari Hafsa untuk Satria, tapi Satria mencoba tersenyum meski dalam hati sangat kesal."Baiklah aku pergi dulu." setelah itu Satria pun pergi dengan jalan yang dibuat cool."Eh! Sa si Satria itu suka sama kamu yah!" tanya Melati."Tidak tau." jawab Hafsa acuh."Tapi sebaikny
Baca selengkapnya
Bab 45
Dipagi hari menyingsing terlihat tiga orang wanita telah turun dari angkot berdiri didepan rumah mewah bak istana, kedua dari wanita itu memandang takjub bangunan didepannya dengan mata tak henti berkedip dan mulut yang menganga sedangkan wanita satunya lagi terlihat biasa saja namun kesal melihat dua wanita disampingnya sangat kampungan menurutnya."Wahh... jadi anak sialan itu bekerja disini!" tukas wanita paruh baya yang mengawali pembicaraan setelah beberapa saat sangat takjub."Iya mah, berarti kemarin mereka membohongi kita." kata wanita muda berdecak kesal."Sudah pasti, kasian sekali kalian." wanita yang biasa saja namun terlihat angkuh itu berkata sambil terkekeh."Ya, mungkin kemarin kita dibohongi tapi lihat saja ketika aku sudah masuk dia tidak akan bisa aku biarkan bahagia." wanita paruh baya itu menggertakan rahangnya sambil mengepalkan tangan masih teringat kejadian kemarin yang salah memasuki rumah."Mah, lalu apa harus ki
Baca selengkapnya
Bab 46
Mendengar jawaban dari penjaga itu membuat Rahma dan Sesil berkali-kali terus menganga. Apa maksudnya? Hafsa menjadi istri dari tuannya yang berarti majikannya.Seketika pikiran mereka menjadi negatif apakah Hafsa menjadi sugar baby dan menjadi orang kaya mendadak mangkanya dia tidak pulang-pulang."Apa pak? nona Hafsa, dia itu kakak saya yang bekerja disini sebagai pengasuh, mana mungkin jadi istri." kata Sesil tidak percaya."Oh.. dia memang dulunya pengasuh tuan tapi sekarang sudah menjadi istrinya. Kalau boleh saya tau kalian ini siapa yah?" tanya penjaga itu karena dari tadi heran perihal status mereka."Perkenalkan namaku Rahma ibu sambungnya Hafsa dan ini saudari sambungnya Hafsa." jawab Rahma antusias sambil menunjuk Sesil dengan tangannya.Tentu saja dia merasa antusias karena dia seperti mendapat durian runtuh. Jika memang Hafsa menjadi istri dari orang kaya ini itu akan sangat menguntungkan untuknya dia jadi bisa memanfaatkan hal ini."Ibu sambungnya, lalu kenapa waktu perni
Baca selengkapnya
Bab 47
Setelah Hafsa dan nyonya Sinta sedikit berbincang dan mengabaikan mereka, akhirnya pandangan nyonya Sinta beralih pada mereka bertiga."Nyonya, apa kabar? nyonya makin cantik saja!" sapa Melati sebelum majikannya bersuara sambil menundukkan wajah sebentar."Kau...?""Melati. Nyonya!""Oh iya Melati. Aku baik dan terimakasih pujiannya, kau juga cantik." ucap nyonya Sinta setelah mengenali Melati yang memang dari awal selalu bersama Hafsa."Nyonya bisa saja, aku jadi malu." Melati malah tersipu malu padahal itu hanya pujian biasa apalagi jika Rey yang memujinya pasti sudah dag dig dug serr.Lalu pandangan mata nyonya Sinta beralih pada dua orang wanita yang tidak dikenalnya."Ini... siapa?" tunjuk nyonya Sinta bertanya pada Hafsa.Saat Hafsa hendak membuka suaranya untuk menjawab Rahma malah langsung memulai duluan."Perkenalkan nyonya namaku Rahma, ibu tirinya Hafsa dan ini anakku Sesil saudari tirinya Hafsa." ucap Rahma tak malu malah sengaja menjabat tangan nyonya Sinta sehingga membu
Baca selengkapnya
Bab 48
Nyonya Sinta mengajak Sesil dan Rahma kerumah belakang dan mendapati ada bi Rum disana.Melihat kedatangan nyonya besarnya bi Rum terkejut dan langsung menundukkan kepala hormat."Nyonya. Maafkan saya, saya tidak menyambut nyonya maafkan saya nyonya." bi Rum menunduk merasa bersalah karena kedatangan nyonya nya saja dia tidak tau."Tidak apa-apa bi Rum, jangan salahkan dirimu aku memang sengaja tidak memberitahukan kalian semua." kata nyonya Sinta tersenyum."Oh iya bi Rum kenalkan ini Rahma ibu tiri Hafsa dan ini Sesil adik tirinya Hafsa." lanjut nyonya memperkenalkan ibu dan anak itu."Dan kalian," sambil beralih ke dua wanita beda usia itu. "Ini bi Rum kepala pelayan dirumah ini semua tugas kalian dia yang akan memberitahukannya. Kalau ada apa-apa tanyakan pada bi Rum, kalian mengerti?". sambung nyonya dengan senyum simpul."Iya Nyonya kami mengerti, sudah seperti ini saja kami sangat berterima kasih." kata Rahma."Bi Rum tolong bawa mereka ke kamarnya dan berikan tugas untuk mereka
Baca selengkapnya
Bab 49
"Elang, kamu tau nak! Ibu ini sudah tua Ibu ingin sekali menimang cucu." ucap nyonya Sinta memelas sambil duduk dikursi sofa samping meja kerja Elang.Hafsa ikut duduk disamping mertuanya saat mertuanya duduk."Bu, kata siapa Ibu sudah tua, Ibu itu masih muda cantik lagi dan Ibu juga masih bisa menikah lagi." kata Hafsa asal membuat nyonya Sinta dan Elang mengerutkan kening dan terdiam."Kenapa? memang benar kan." kata Hafsa heran melihat keduanya."Apa Ibu mau menikah lagi?" tanya Elang."Tidak.untuk apa?" jawab ibunya singkat."Untuk mengusir rasa kesepian Ibu sekaligus membuat adik untukku." ucap Elang begitu saja membuat Hafsa menahan senyumnya."Mempunyai adik lagi, memangnya kau tidak malu di usiamu yang sudah tua ini punya adik kecil." balas nyonya Sinta kesal, ingin punya cucu malah disuruh menikah lagi dan buat adik memangnya mudah apaHafsa kini bukan menahan senyum tapi sudah menahan tawa melihat perdebatan ibu dan anak itu."Apa? aku tua." ulang Elang tidak terima."Ya kau
Baca selengkapnya
Bab 50
"Hafsa." panggil Sinta pada menantunya yang sedang berjalan hendak kembali ke kamarnya."Ibu, iya Bu ada apa?" sambil menoleh Hafsa menjawab."Kamu ikut Ibu kekamar yuk!" ajak Sinta."Mau apa bu?""Sudah jangan banyak tanya ikut saja." tanpa menunggu jawaban menantunya Sinta menggaet tangan Hafsa menuju kamarnya.Tak berapa lama Sinta membuka pintu yang berukiran emas murni dan terbentanglah ruangan cantik, megah dan elegant khas Nyonya Sinta.Dan baru kali ini Hafsa memasuki kamar mamah mertuanya karena tidak ada satu orangpun yang boleh memasuki kamar sang nyonya selain asisten pribadinya dan pelayan pribadi bahkan anaknya pun tidak pernah memasuki kamar ibunya dari semenjak dia menginjak remaja."Wah... kamar Ibu bagus sekali, aku kira hanya kamar Elang yang bagus tapi ini lebih bagus." Hafsa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada kamar mertuanya. Matanya terus saja berbinar menampakkan keindahannya."Ayo nak, ikut Ibu!". Sinta hanya tersenyum melihat tingkah menantunya dan men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status