All Chapters of Skandal Dengan Boss: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
41. Menyerah
Menurut kabar yang didengar oleh Alvaro. Bahwa istrinya sedang bekerja di salah satu perusahaan yang merupakan anak cabang dari perusahaan papanya. Tapi Alvaro tidak ingin muncul sebagai pemilik perusahaan lagi. Biar saja Anjani menjadi dirinya sendiri, Alvaro sedang menenangkan diri untuk kembali ke orangtuanya. Tapi tidak untuk tinggal bersama lagi. Ada banyak hal yang harus dipikirkan sebelum kembali ke sana. Yaitu hal utama, tentang Anjani yang pasti Alvaro akan diminta bercerai.Anak-anak menjadi kekuatan Alvaro, juga karena cintanya pada istrinya. Alvaro bisa saja tinggal dengan orangtuanya. Tapi dia takut kalau dihasut kembali. Kasihan istri dan anak-anak kalau sampai Alvaro kembali pada orangtua. Bukan bermaksud untuk menjadikan orangtuanya aji mumpung. Tapi memang karena Alvaro sedang memperjuangkan keluarga kecilnya.Anak kembarnya yang sekarang sedang lucu-lucunya. Mertua yang masih menyayanginya dengan memberikan waktu bertemu dengan anak-anak. Hal itu harus dimanfaatkan o
Read more
42. Tersiksa Merindu
“Apa kamu dan Anjani bercerai?”Alvaro sedang makan siang bersama dengan orangtuanya di sebuah restoran mahal di pusat kota. Mereka bertiga membicarakan rencana kembalinya Alvaro ke perusahaan. Pertanyaan mengenai perceraian itu dilontarkan oleh mamanya saat Alvaro sedang minum.Perasaan Alvaro pada Anjani tidak berkurang sedikit pun meski tinggal rumah. “Tidak ada kata cerai, Ma.”“Kamu kembali ke rumah saja, Al!”Sudah ke sekian kali permintaan kembali ke rumah dilontarkan oleh mamanya. Namun tidak membuat Alvaro untuk kembali ke rumah karena masih berharap saat Anjani lelah bekerja. Wanita itu datang mencarinya ke rumah tempat Alvaro tinggal dengan anak dan istrinya dulu.“Akan lebih baik begini saja, Ma.”“Bertahan, tapi kalian tidak ada status, Al.”“Aku sama dia masih suami istri.”“Dia saja pergi ninggalin kamu.”Yang memancing pertengkaran itu adalah mamanya. Bukan Anjani tidak punya alasan untuk pergi. Namun hatinya yang terlalu perih kalau mengingat ucapan mamanya Alvaro. “K
Read more
43. Ajakan
“Pak, ada Papanya.”Alvaro baru saja selesai mengerjakan tugasnya dan menemani anak-anaknya main. Dia mendapatkan informasi dari asistennya. “Persilakan saja masuk!”Anak-anak sedang bersamanya sekarang. Waktu papanya dipersilakan masuk, si kembar menoleh dan menghampiri papanya Alvaro. “Kakek.” Sambut mereka berdua dengan hangat. Andai saja yang datang ke sini adalah mamanya Alvaro. Sudah dipastikan juga dia akan meminta anaknya menyambut wanita itu dengan cara yang baik.“Papa sendirian?” tanya Alvaro begitu menggendong keduanya.Papanya mengangguk. “Ya, Papa dengar tadi kalau mereka berdua ikut. Emang Anjani ke mana?”“Dia ada tugas di luar kota, Pa. Sudah ngabarin juga kalau dia sudah sampai.”Anak-anak tampak begitu manja pada papanya Alvaro. Mereka berdua duduk di pangkuan pria tua itu. “Kakek, kita belum makan.”“Mau dibeliin makanan?”Mereka tertawa lalu mengangguk. “Mau.” Jawab mereka berdua dengan kompak. Padahal Alvaro melepaskan pekerjaannya karena memang ingin memesankan
Read more
44. Bertemu Lagi
Alvaro sebelum ke rumah sakit, harus menemani kedua anaknya terlebih dahulu yang ada di rumah mertuanya. Si kembar yang tidak diperbolehkan ke rumah sakit oleh Dewi karena di sana membuat pasien lain juga terganggu kalau mereka main.Keduanya dibiarkan di rumah, yang berjaga juga tidak ada. Karena si kembar di rumah dijaga Dewi. Papa Anjani tidak bisa cuti, Eja sibuk dengan kuliahnya. Juga begitu dengan Raka yang sibuk bekerja sekarang.Mereka punya kesibukan masing-masing. Tapi sebelum ke rumah sakit, dia harus memastikan anaknya sudah makan atau belum. Karena si kembar yang agak rewel sejak Anjani di rumah sakit. Selalu ingin ikut dengan Alvaro. Pun begitu dengan Alvaro yang harus selesaikan pekerjaannya dengan baik agar bisa mengurus istrinya nanti.Begitu dia pulang dari kantor, dia langsung ke rumah mertuanya untuk membawakan makanan kepada dua anaknya. “Papa mau ke rumah sakit. Kalian nanti makan malam.”“Al, sebenarnya hari ini Anjani pulang. Tapi kemungkinan sama kamu doang. P
Read more
45. Waktu Yang Menyembuhkan Hati
Setiap kali pulang bekerja. Alvaro sempatkan diri mengajak anaknya bermain. Berkunjung ke rumah orangtuanya Anjani untuk menengok keadaan istrinya. Walaupun sekarang luka istrinya sudah mengering. Anjani baru bisa berjalan dengan bantuan tongkat. Ke kamar mandi pun kadang tidak bisa sendirian. Harus ada yang menemani. Setiap harinya, Alvaro menjadi orang yang menemani wanita itu.Memang Anjani tidak mau hidup dengannya lagi untuk bersama anak-anak agar bisa tinggal berempat. Tapi Anjani tidak menolak untuk dikunjungi. Alvaro juga bisa menemani istrinya lagi.Akan tetapi selama dia di rumah itu. Dia tidak pernah sekalipun bicara lagi dengan Raka. Pria itu hanya akan bicara dengan anak-anak. Tidak mau lagi berbincang dengan Alvaro semenjak kejadian Anjani diantar ke rumah ini.Anak-anak juga sepertinya mengerti keadaan orangtua mereka yang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang menuntut waktu. Keduanya hanya menyambut kedatangan Alvaro setiap sorenya. Karena pagi-pagi pria itu juga membaw
Read more
46. Mencoba Membangun Kembali
Tiga hari Alvaro direcoki oleh anak-anaknya karena ingin ikut ke kantor. Keduanya kompak ingin ikut bekerja. Sedangkan dia juga punya kesibukan. Tapi kalau menolak mereka berdua, sama saja menjauhkan dia dari Anjani.Kemarin, dia pergi mengunjungi neneknya. Mengajak kedua anaknya untuk ke sana. Janji sang mama juga ditepati, tidak ada pembahasan tentang wanita lain. Murni tentang pembahasan kesehatan sang nenek.Mamanya juga membelikan baju untuk anak-anak.Dalam hati Alvaro juga merasa ada sedikit kemajuan. Waktu kunjungan, Alvaro yang ke kamar sang nenek. Anak-anak di bawah bermain dengan mamanya Alvaro. Sampai dia yakin kalau mamanya pun sedang berusaha mendekat dengan kedua anak itu.Papanya juga mengatakan kalau Alvaro berhak memberikan kesempatan kepada sang mama dekat dengan kedua anaknya. Tidak ada yang salah di antara mereka bertiga. Barangkali, dengan kedekatan anak-anak, bisa membuat hati mamanya menjadi luluh. Kemudian mengajak Anjani kembali ke sini.Rasanya, perjalanan r
Read more
47. Merindukan Kebersamaan
Alvaro duduk di ruang tamu sambil mengirimkan pesan kepada mamanya kalau dia sebentar lagi akan ke sana. orangtuanya meminta pulang. Dia juga sudah izin kepada kedua mertuanya. Tapi lihat saja bagaimana kelakuan anak-anak kalau Alvaro sudah rapi. Keduanya pasti akan menempel padanya. Seolah mengerti kalau sebentar lagi akan keluar rumah.“Kakak, ambilin Kakek asbak di dekat akuarium!”Aiden turun dari sofa karena mengerti ini adalah pengalihan mertuanya agar dia bisa pergi dari rumah tanpa anaknya menangis ingin ikut.“Papa duduk situ!” perintah Aiden dan seolah mengerti sebentar lagi Alvaro akan pergi.Yang belum bisa disingkirkan adalah Alea. Tatapan anaknya yang dari tadi tidak lepas dari Alvaro.Anaknya menyengir waktu itu. “Papa mau ke mana?”“Papa nggak ke mana-mana.”“Kenapa Papa ganteng?” maksud Alea adalah rapi karena seperti biasa. Kalau Alvaro berpenampilan seperti ini, tandanya dia akan pergi.“Nggak ada, Papa cuman di rumah kok.”Tapi anaknya tidak menanggapi lagi. Alea y
Read more
48. Usaha Menyatukan
Alvaro bangun pagi-pagi karena kedua anaknya yang masuk ke dalam kamar begitu saja. Sedangkan dia belum mengenakan apa pun. Dia menoleh ke sebelahnya juga tidak ada Anjani.Sekarang yang menjadi masalah di sini adalah dia tidak mengenakan celana. Hanya menutupi tubuhnya dengan selimut usai bercinta tadi pagi.“Papa, kakak ikut kerja, ya!”“Alea juga, Papa.”Alvaro menghela napasnya. “Papa nggak ke kantor.”“Kenapa?”“Hari ini mau ajak Mama ke klinik kecantikan.”“Oh kita boleh ikut?”“Nanti pas pulangnya aja, ya.”“Mama disuntik di sana, Pa?”Keduanya naik ke atas ranjang. Alvaro tidak bisa membuka dirinya sekarang. “Biar Mama tetap cantik. Papa makin sayang sama Mama.”“Kalau nggak cantik, Papa nggak sayang?” tanya Aiden dengan polos.“Papa tetap sayang sama Mama.”Keduanya justru duduk di dekatnya Alvaro. Anak-anak yang dulu tidak pernah diinginkan Anjani sekarang tumbuh dengan sangat baik. Apalagi keduanya menjadi kesayangan di keluarga Anjani maupun Alvaro.“Kakak, adik sini benta
Read more
49. Undangan Kembali
Anak-anak dibawa oleh orangtuanya, sedangkan Anjani dan Alvaro berkunjung ke rumah orangtua pria itu. Untuk pertama kalinya semenjak dia menginjakkan kaki lagi di rumah itu setelah sekian lama. Dulu, di sini dia mendapatkan kasih sayang paling baik dari mertuanya. Akan tetapi semenjak kejadian di mana dia ketahuan hamil di luar nikah. Mertuanya begitu kecewa dan memperlakukan dia dengan cara tidak baik.Beruntungnya suami juga tidak menuruti ucapan orangtuanya. Justru memperjuangkan Anjani dan juga anak-anak saat itu juga.Alvaro adalah pria keras kepala yang pernah Anjani temui selama ini. memiliki karakter yang paling beda dari kebanyakan orang yang pernah dia kenal. Sementara dia adalah seorang wanita yang dibesarkan dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan juga kemandirian. Bertemu dengan pria yang memiliki segalanya.Jika dikatakan secara ekonomi, Anjani jelas jauh di bawah Alvaro. Tapi entah kenapa sejak mereka berkasus, keduanya sama-sama jatuh cinta. Sampai Anjani tida
Read more
50. Berdamai Dengan Diri Sendiri
“Mama, bagus kan, Ma?”Anjani sedang berdandan kemudian dipanggil terus menerus oleh Alea. Hari ini dia memutuskan untuk kembali ke rumah mertuanya semenjak beberapa kali mertua dan neneknya Alvaro datang menjemput mereka semua. Tapi waktu itu karena alasan kamar si kembar yang belum jadi.Anjani juga takjub melihat perjuangan mama mertuanya yang datang meminta maaf. Mengakui kesalahan dan pergi ke rumah keluarga mendiang ibunya Anjani untuk meminta maaf meskipun ucapan itu tidak diketahui oleh mereka.Sekarang, dia telah menyanggupi ajakan pulang itu.Saat dia sedang menggunakan maskara, Alea menarik lengannya Anjani. “Mama, lihat sini dulu!”Akhirnya dia menghela napas dan melihat ke arah Alea yang dari tadi memanggilnya.Dia melihat anaknya sudah selesai terlebih dahulu didandani oleh Alvaro. Di sini Aiden selalu anteng tanpa ada masalah apa pun. Akan tetapi setelah dia melihat Alea yang memang agak centil untuk seusianya. “Bagus sayang.”Lalu Alea langsung pergi. Dia mendengar tig
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status