All Chapters of Dosen Dudaku: Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
11. Luka Andini
POV Devano["Ish, cuma mahasiswa biasa, Sayang."]["Ayah kok gitu? Siapa tahu dari mahasiswa biasa jadi luar biasa. Ayolah, Ayah pokoknya harus punya istri!"]Perbincangan kami selalu seru dan memakan waktu yang panjang. Aku bahkan tak menyadari Arjun tertidur di pundakku dan Andini sudah kembali dari toilet dan bersabar menungguku di meja. Setelah mengucapkan salam, Amira pun menutup teleponnya. Aku kembali berjalan mendekati meja yang sudah tersedia aneka makanan di atasnya. "Kamu gak pesan makanan? Pesan saja, nanti saya yang bayar," kataku pada Andini. Wanita itu mengangkat wajah, lalu kulihat ada air mata yang menganak sungai membasahi kedua pipinya."Loh, kamu kenapa?" tanyaku sedikit panik. Aki menarik kursi untuk duduk di sebelahnya. "Lihatlah, Pak. Ini foto yang dibagikan dua saudara kembar saya. Ada yang dikasih hadiah boneka besar sama pacarnya. Ada yang diajak dinner romantis di sebuah restoran mewah. Ya Allah, saya malah malam minggunya dijambak Mak Lampir. Sungguh beru
Read more
12. Saran Andrea
Aku sangat terkejut dengan info orang hilang yang dibagikan salah satu saudara Andini. Ada rasa khawatir menggelayut, saat tahu bahwa gadis itu tidak pulang ke rumah sejak semalam. Apalagi aku orang yang terakhir bertemu dengannya. Apa ini ada kaitannya dengan lelaki semalam yang kami temui di restoran? Karena setelah dengannya, wajah Andini muram dan buru-buru mengajakku untuk keluar dari restoran. Sekarang apa yang harus aku lakukan, aku tidak tahu. Dengan jari gemetar, aku mengetik pesan inbox untuk saudara Andini lewat pesan f******k. Tidak, sepertinya aku harus segera ke rumah mahasiswiku itu untuk memberi penjelasan pada keluarganya. Bubur ayam yang tadinya sudah ada dalam tenggorokanku mendadak tidak bisa kutelan. Rasa khawatir pada gadis itu lebih besar mengalahkan rasa laparku saat ini. Semoga tidak ada kejadian buruk yang menimpanya saat ini. “Mang, berapa?” tanyaku pada penjual bubur. Lelaki itu memandangku aneh, lalu menoleh pada mangkukku yang masih penuh. “Buburnya t
Read more
13. Pacar Pura-pura
POV DevanoAku merasa sedikit aneh dengan ide yang diberikan oleh Andrea. Jujur, untuk urusan cinta aku tak pernah mau mencoba-coba, apalagi usiaku yang sudah tidak muda. Namun, untuk membantu Andini sedikit terhibur dan lebih baik kondisi kejiwaannya, maka sepertinya aku harus mencobanya. Hitung-hitung aku jadi bisa dekat juga dengan Andrea. Kulirik jam di dinding sudah pukul tiga sore. Aku baru sampai dari mencari Andini yang belum juga pulang. Arjun sedang bermain bersama bibik di depan, sehingga aku bisa beristirahat sebentar, sebelum kembali bertugas menjaga Arjun.DrtDrtPonselku bergetar. Ada nama Andrea di sana. Tentu saja aku berharap kabar baik yang ia sampaikan kali ini. "Halo, assalamualaikum. Ya, Andrea.""Andini sudah pulang, Pak. Ternyata dia pergi ke rumah nenek dan kami tidak diperbolehkan untuk tahu. Terima kasih, Pak. Oh iya, semoga ide yang saya sampaikan tadi pagi, bisa Bapak pikirkan kembali. Semoga Bapak setuju.""Baiklah, akan saya pikirkan. Kalau saya setuj
Read more
14. Resmi Pacaran
"Beneran Bapak suka saya?" tanyaku pada Pak Dev lagi. Mimpi apa aku semalam sampai ditembak oleh dosen uzurku sendiri. Walau hati ini senang, tetapi masih ada keraguan. Dia hanya ingin bercanda menghiburku, atau memang benar-benar menyukaiku? Namun, saat lelaki itu mengangguk pasti sambil tersenyum, di situ kuyakin, Pak Dev tidak mungkin membohongiku. Apalagi usianya tidak muda lagi, pastilah serius untuk sebuah hubungan.Tak apa tak ada cinta di awalnya, nanti juga aku bisa cinta. Semoga Pak Dev benar-benar suka padaku."Bagaimana? Kamu mau menjadi pacar saya?" tanyanya lagi dengan wajah cukup serius."Mm ... Berikan saya waktu berpikir, Pak. Dua hari lagi saya kasih jawaban, tapi kalau saya jawab iya. Tugas kampus saya ada diskon gak?" Dia malah tertawa mendengar pertanyaanku yang menurutnya sangat konyol."Kenapa ketawa?" tanyaku heran. "Pacar ya pacar. Dosen tetap dosen. Tidak ada diskon tugas, apalagi acara diskon kuis. Aturan kelas harus tetap dipatuhi," ujarnya tegas membuatku
Read more
15. Perasaan Andini
POV DevanoAku tidak tahu, apakah keputusan untuk berpura-pura menyukai Andini, mampu menyembuhkan luka hati gadis itu dengan benar. Pagi ini dia datang ke rumah sambil membawa sarapan yang sangat enak dan menurut pengakuannya, semua hidangan adalah masakannya.Oke, nilai satu plus untuk Andini sebagai seorang wanita. Lalu, dia juga membantu memandikan Arjun, saat aku juga tengah mandi. Bayi enam bulan itu juga nampak akrab dan dekat dengan Andini. Tambah lagi nilai keahlian Andini di mataku, di samping ketidakwarasan kuping dan juga kepalanya. Itulah manusia, pasti ada kekurangan dan juga kelebihan.Kuperhatikan dirinya yang tengah mati-matian menahan kantuk dari kursinya yang memang letaknya paling belakang. Sudah menjadi kesepakatan, bahwa jika lagi-lagi dia tidur saat jam kuliah berlangsung, maka kami akan putus. Suatu ancaman yang menurutku ada baiknya untuk gadis itu.Tiba-tiba saja dia bangun dari duduknya, lalu berjalan mendekatiku."Pak, saya ijin ke kamar mandi ya, mules!""
Read more
16. Manis, Asam, Asin
POV DevanoKenapa aku tidak tahu jika Andini datang ke rumah? Hatiku tiba-tiba saja tidak enak. Kupandangi bungkusan makanan yang dibawakan oleh gadis itu. Ada secarik kertas terselip di bawah box makanan. Kuambil dan kukenali itu sebagai tulisannya. Sedang pergi ya, Pak? Selamat mencicipi sarapan buatan saya.Aku semakin tidak enak setelah membaca tulisannya. Apakah tadi dia lama menunggu di depan sana? Sungguh perasaan ini tidak enak jadinya. Kuputuskan mengambil ponsel yang ada di dalam kamar, lalu kuhubungi nomor Andini. Masih pukul tujuh, harusnya belum mulai jam kuliah, karena jam pertama biasanya pukul tujuh tiga puluh. Namun, belum diangkat. Ke mana dia? Kuputuskan untuk langsung mengirimkan pesan saja. Khawatir dia merasa diabaikan.Terima kasih sarapannya. Kamu di mana sekarang? Nanti siang saya traktir ya.Setelah mengirimkan pesan pada Andini, aku langsung bersiap untuk ke kampus. Jika gadis itu belum juga membalas pesan, maka akan aku datangi saja ke kelasnya. Sengaja
Read more
17. Rahasia Devano
POV AndiniSetelah sepekan aku sembuh dari sakit, Pak Dev benar-benar berubah sikap menjadi lebih baik. Saat jam mata kuliahnya berlangsung dan aku ketiduran, dia tidak pernah lagi menegur atau komplain padaku. Walau hubungan ini masih sangat dirahasiakan, tetapi aku bersukur Pak Dev tidak lagi malas-malasan menjawab pesanku, walau singkat. Kami juga kerap melakukan video call saat malam. Arjun tampak senang saat berbicara di depanku saat video call berlangsung. Pak Dev benar-benar sudah berubah dan lebih manis. Pernah sekali waktu, aku meminta lelaki itu memperlihatkan hubungan kami di depan orang banyak, tetapi dia menolak. Katanya, dia tidak mau jadi bahan ledekan mahasiswa. Apalagi statusnya saat ini adalah duda. Untunglah, semua orang rumahku mengetahui bahwa Pak Dev adalah pacarku dan malam ini dia diminta papa untuk berkunjung ke rumah. Lelaki itu sempat ragu, namun kuyakinkan bahwa Papaku baik dan sedikit mengenal dirinya."Jadi ke rumahkan, Pak?"Aku mengirimkan pesan padan
Read more
18. Kafe
"Saya boleh pegang, Pak? Apakah tangan palsu ini bisa melakukan aktifitas seperti layaknya tangan normal?" tanyaku pada lelaki itu. Pak Dev mundur beberapa langkah, saat aku mendekat hendak memegang tangan palsunya. Kenapa bisa tidak terlihat seperti tangan palsu? Apa karena baju lengan panjang yang selalu ia kenakan, mampu menutupi seluruh tangannya? Pantas saja Pak Dev selalu menggendong Arjun dengan tangan kiri, tangan kanan tidak pernah ia gunakan untuk menggendong."Kamu tidak keberatan dengan kekurangan saya ini?" tanya lelaki itu padaku dengan wajah tidak enak."Kurang apa, Pak? Saya gak kurang apa-apa," balasku dengan polosnya. Dia malah tergelak, sambil menggelengkan kepala. "Itu barusan kurang denger. Alias nggak mudeng," balas Pak Dev masih dengan tergelak. Aku terpesona dengan garis lengkung bibirnya yang begitu lebar. Ketampanan seorang lelaki dewasa, naik berkali-kali lipat saat sedang tertawa seperti ini. Hatiku seketika menghangat, dengan wajah merona. "Kenapa? Naks
Read more
19. Pergi
Sudah pukul dua belas malam dan Andini belum juga pulang. Semua anggota keluarga kebingungan mencari keberadaan Andini yang tidak tahu rimbanya. Mereka mencoba mencari ke rumah nenek dan juga saudara lainnya, tetapi Andini tidak ada. Andrea tidak berani mengatakan yang sebenarnya terjadi pada saudara kembarnya. Pasti ibu dan papanya akan menyalahkannya karena sudah membuat Andini sedih. Sebenarnya Andrea juga tidak ingin saudaranya itu kecewa dan terluka lagi. Andini salah paham dan dia turut andil di dalamnya. "Tadi pagi pergi ke kampus dalam keadaan baik-baik saja. Kenapa jadi tidak ada kabar seperti ini? Ya Allah, semoga Andini tidak kenapa-napa," gumam Anton dengan khawatir."Andrea, Papa minta nomor telepon Pak Dev!" titahnya sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku."Pa, tapi Pak Dev tidak tahu ke mana Andini, Pa. Tadi Andrea sudah menanyakannya," jawab Andrea tanpa berani menatap wajah sang papa."Tapi pasti lelaki itu masih ingatkan, kapan terakhir bertemu adik kamu? Sudah
Read more
20. Ngamen
Mestinya ini sangat berat untuk seorang Andini;mengamen dari satu bus kota menuju bus kota yang lain. Dari satu angkutan umum, menuju angkutan umum yang lain. Wajah berpeluh, bau, dan jarang sekali mandi sudah melekat pada dirinya setelah tiga hari tinggal di Semarang. Ia tidak punya cukup uang untuk menyewa kos. Setiap malam, ia hanya bisa menumpang tidur selama empat jam di teras masjid yang ia singgahi. Hidupnya luntang-lantung, sementara di Jakarta sana, kedua saudara kembarnya makan dan tidur dengan nyenyak. Ya, saudara selama dia tidak menusukmu dari belakang.Andini ingin sekali segera melupakan kekecewaannya pada Andrea dan juga Pak Dev, tetapi masih belum mampu. Hatinya masih terasa pedih jika memori di kepalanya memutar kembali setiap bait kalimat yang diucapkan Pak Dev untuk Andrea. Ketika dia melibatkan hati dan perasaannya saat bersama lelaki dewasa itu, ternyata tidak dengan yang bersangkutan. Semua dijalani hanya sekedar kasihan. Tak ada yang bisa disalahkan dari se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status