All Chapters of JADI TETANGGA MANTAN: Chapter 31 - Chapter 40
47 Chapters
PENGHUNI BARU ITU ....
"Kenapa sih, Teteh enggak terima saja lamaran si Aa? Kan, Teteh nggak perlu capek-capek kerja dan ninggalin anak-anak?"Duh Ibu, kenapa juga harus membahas ini lagi?"Jani belum bisa Bu ... Ibu mengerti kan?" Ibu mengangguk mengerti. Sementara Bapak yang sejak tadi hanya mendengarkan percakapan kami, malah meledekku dengan menyanyikan sebaris lagu."Pikir-pikir daripada, kumelamar kerja, lebih baik aku dilamar lagi!" Bapak sampai terkekeh menyanyikan lagu yang liriknya telah diubah itu.Besoknya, pagi-pagi sekali aku sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju pabrik.Setelah interview selesai, aku pun dinyatakan diterima. Dan katanya, aku sudah bisa berkerja mulai besok.Karena sudah dipastikan diterima, aku langsung mencari kontrakan yang bisa di tempati.Tadinya sih, maunya dekat sama Rini. Tapi menurutnya, di kontrakan tempat dia tinggal sudah penuh semua. Setelah itu, aku mencoba menelepon Ina. Dia pun menyarankan, agar aku pergi mencari kontrakan milik Babe Hans, tidak jauh d
Read more
TINGKAH KONYOL
Aa Hadi???Ngapain dia nongol dan ikutan tinggal di sini juga?Ya Allah ... Jani mimpi atau nggak sih?Di dalam hati aku mengomel tak hentinya. Menatap kesal Aa Hadi yang berdiri dengan senyum penuh kemenangan, di belakang Babe Hans."Ini Neng Jani A, dia juga baru pindah di sini kemarin. Neng, ini Aa Hadi, udah sendiri juga kaya Neng Jani. Akur-akur ya, kali aja jodoh!" kata Babe Hans memperkenalkan.Duh Beh, ini mah nggak usah dikenalin, Jani udah hapal betul sama kelakuannya!Tapi apa kata Babe tadi? Jodoh? Ini mah maksa namanya atuh! Udah pergi jauh-jauh malah disamperin!Aku memilih diam dan tidak menjawab ucapan Babe Hans. Rasa sakit yang tadi menjalar di kaki, langsung pindah ke otak. Mumet rasanya!Kenapa bisa sih, dia ikut pindah ke sini?Maksa banget gitu, sampai jauh-jauh ke Jakarta.Terus kerjanya dia gimana?Anak-anaknya juga, apa mereka ditinggal tanpa pengawasan?Ish, dasar semprul, sudah tua masih juga egois. Bisanya cuma mikirin diri sendiri!Lagi pula, kenapa juga di
Read more
ANAK BABE BERNAMA MIA
Ini adalah pertanyaan yang paling menggangguku sejak tadi. Rasanya egois aja gitu, kalau dia sampai tinggalin anak-anaknya."Anak-anak milih tinggal sama neneknya di kampung. Kasihan kalau sama Aa nggak ada yang ngerawat. Tapi kalau Jani mau jadi Ibunya, mereka pasti balik lagi kok!"Ish, mulai lagi! Tapi kok aku malah sedih ya dengernya? Terbayang wajah Ranti, Rasyid dan Dini. Apalagi si bungsu Dini yang masih suka manja sama maminya dulu."Terus Aa ngapain pindah ke sini, emang nggak kerja?""Kerjalah ... kan Aa bisa berangkat lebih pagi dari sini.""Duh A, Jakarta Bogor itu lumayan jauh loh! Lagipula, Jani itu bukan anak kecil. Jani itu—"TutTutTutPanggilan telepon terputus. Mungkin dia kesal mendengar ocehanku. Ish, kebiasaan! baru di ceramahin sebentar aja udah nyerah! Gimana kalau udah jadi suami???[Aa tidur dulu ya, ngantuk. Kalau masih kangen, besok aja lanjutin!]Dih, kegeeran! Siapa juga yang kangen mantan semprul begitu?***Gara-gara semalaman nggak bisa tidur nahan ka
Read more
PUNYA SAINGAN
"Mama!""Mama!"Teriakan Nindy dan Hamdi bergantian memanggilku. Tapi wajah si bungsu langsung berubah murung, lalu menangis setelah menyadari wajahku yang ada di layar ponsel Anjeli.Maafkan Mama Nak! Tidak tega rasanya melihat mereka."Hamdi nggak boleh nangis, hari Sabtu Mama pulang ya sayang!" bujukku. Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Aku menyesal karena sudah menghubungi mereka dan malah membuat keduanya menangis melihatku."Enggak usah VC Bu, Jani nggak kuat!"Aku melambaikan tangan. Rasanya lebih dari uji nyali ini mah!Kumatikan panggilan video dan menggantinya dengan panggilan suara."Ibu kenapa kasih tau Aa Hadi, kalau Jani pindah ke sini?" tanyaku pada Ibu, masih dengan suara terisak. Kudengar, suara Hamdi juga masih menangis memangggilku."Maaf Teh, dia ke sini waktu Teteh lagi ngelamar kerja. Ibu nggak bisa bohong," jelas Ibu."Apa Ibu tau kalau Aa Hadi ikut pindah ke sini?""Ah, masa si Teh?"Dari suaranya, aku yakin, Ibu pura-pura tidak tahu."Bener Bu, Jani aja—""Ya u
Read more
MIA SI PENGGANGGU
Mia???Ngapain juga dia sampai nyusul ke sini? Baru juga mau bilang, kalau aku mau ketawa gara-gara melihat sikap Mia pada Aa Hadi, eh orangnya malah nongol duluan!Sinyalnya kuat kayaknya, tau aja mau digibahin!Ish ... Mia nggak tau apa, kalau aku sangat merindukan saat-saat berdua sama Aa Hadi seperti ini?Bisa bicara dari hati ke hati sambil mengenang masa lalu.Aku tau aku salah. Membohongi diri hanya karena gengsi. Alih-alih merasa tidak ingin mengkhianati persahabatan dengan Teh Lina, kenyataannya aku malah merasa semakin nyaman berada di dekat Aa Hadi lagi.Tapi si ulet keket ini malah menggagalkan semuanya. Hiks!"Mi, ada apa?" tanya Aa Hadi dengan lembut.Malah aku yang gemas melihat janda kembang yang cantik itu, sampai rela menyusul kami ke sini, demi ingin berdekatan dengan Aa Hadi.Mia tidak menjawab dan seperti tidak peduli apapun. Dia malah nyempil, duduk di tengah-tengah kami, dan membuatku harus bergeser sedikit.Hidung minimalis-ku sontak mencium aroma minyak wangi
Read more
ANAK-ANAK AA HADI
Hari sabtu tiba, sejak pagi aku sudah bersiap untuk pulang ke Sukabumi. Rasanya rindu ini sudah tidak tertahan lagi pada Hamdi dan Nindy.Mereka yang biasanya dua puluh empat jam bersamaku, sudah satu minggu lebih tinggal di kampung bersama keluargaku.Aku pulang naik bis sendirian. Setelah sebelumnya, Aa Hadi bersikeras mengantarku pulang kampung, tapi kutolak tawarannya dengan halus."Anak-anak Aa lebih butuh Papinya. Walaupun mereka diam, Jani yakin, mereka merindukan kebersamaan. Jangan buat mereka semakin merasa kehilangan peran orangtuanya, A!Meski mereka memilih tinggal bersama neneknya, Jani yakin, mereka juga kangen Papinya. Jangan egois, kasihan anak-anak, kasihan juga Teh Lina ...." Aku mencoba memberi pengertian pada Aa Hadi, yang menurutku belakangan sikapnya berubah menjadi kekanak-kanakan.Dia pun akhirnya menurut. Aa Hadi hanya mengantarkan aku sampai ke terminal saja.Sampai di kampung, aku dikejutkan dengan kehadiran Mas Pras di rumah, yang sedang menggendong Hamdi.
Read more
PERUBAHAN SIKAP MIA
"Ini bukan permintaan Papi, Tan!" tepis Ranti, seolah dia tahu apa yang sedang aku pikirkan. "Jangan bahas itu dulu ya. Tante tahu, kalian pasti capek. Udah makan belum?" "Belum. Tapi Papi udah pesen kok. Tadi sengaja nunggu Tante Jani, biar makan bareng-bareng ...," kata Dini dengan manisnya. Aku pun bergegas masuk ke dalam kontrakan untuk berganti baju dan meletakan barang-barang yang dibawa dari kampung, bersama Dini dan Ranti. Tak sampai lima belas menit, dua kotak pizza dan ayam goreng kaepci, pesanan Aa Hadi datang untuk menemani kami makan malam hari ini. Perasaanku berdebar tidak karuan. Makan bersama dengan mereka, seperti sedang latihan menjadi keluarga bahagia. Eh! Duh, andai saja Nindy, Hamdi, dan Rasyid ada disini juga, pasti akan menambah suasana ceria di tempat ini. Rasa lelahku setelah perjalanan jauh, hilang seketika melihat Ranti dan Dini. Dari wajah mereka, aku bisa mengobati kerinduan terhadap Teh Lina. "Ranti nggak kuliah? Dini juga nggak sekolah ...?" "Pa
Read more
DIBALIK KECERIAAN MIA
"Maaf Mi .... " Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Kuajak Mia untuk duduk sebentar, meminjam bangku Mpok Lela, tukang nasi uduk yang bersebelahan dengan tukang sayur."Padahal, Mia udah yakin, kalau dia jodoh Mia yang tertunda ...." Mia berkata lirih dengan pandangan kosong ke depan.Tapi apa tadi? Jodoh yang tertunda? Lucu juga ungkapan Mia!Aku jadi semakin merasa bersalah sama dia. "Kamu cantik dan baik Mia ... aku yakin, kamu bisa mendapatkan lelaki terbaik pilihan kamu."Aku mencoba menyemangati Mia. Tapi dia malah semakin tertunduk lesu."Dulu, aku pernah menikah Jani ... tapi mantan suami meninggalkan begitu aja, setelah aku divonis enggak bisa memiliki anak."Aku terhenyak. Semakin bingung mau menanggapi Mia bagaimana."Mia pikir, Aa Hadi dikirim sama Allah buat jadi imamnya Mia. Selain berumur, dia 'kan sudah punya banyak anak. Mia yakin, dia tidak mempermasalahkan Mia yang nggak bisa punya keturunan ...," tambahnya lagi.Seketika aku merasa berdosa pada Mia. Dibalik
Read more
ADA APA DENGAN BANG DANU?
Aku bergegas menuju ke dalam pabrik. Di sana, sebagian karyawan sedang berkumpul dan tengah berbisik-bisik. Aku pun mencoba bertanya pada Sita yang baru saja keluar dari kerumunan.Kabar yang kudengar darinya, membuatku terkejut bukan main. Bang Danu dipecat karena ketahuan mencuri tas yang diselundupkan melalui gudang ekspor.Banyak yang menduga, Bang Danu hanya disuruh oleh orang dalam. Karena itu, dia hanya diberhentikan dan kasusnya tidak sampai dilaporkan ke pihak yang berwajib.Mendengar hal itu, aku langsung kepikiran sama Rini. Bagaimana perasaan Rini saat ini? Apalagi, Rini baru saja melahirkan.Selain itu, usia Bang Danu tidak lagi muda. Jika dia diberhentikan sebagai seorang pencuri, sudah pasti tidak akan mendapat uang pesangon. Itu artinya, pengabdiannya selama ini sia-sia akibat kekhilafan semata.Mencari kerja di pabrik serupa, sudah pasti sulit diterima. Selain umurnya tidak lagi muda, Bang Danu pasti sudah masuk daftar hitam. Aku pun berencana menemui Rini sepulang k
Read more
DITAKSIR MAS PRAS
Karena kasihan sama bubur, akhirnya kuceritakan tentang Rini yang sempat salah paham, sampai mengirimkan pesan yang menyakitkan hati."Kenapa nggak cerita? Kebiasaan kamu itu, nyimpen masalah sendiri!" kesal Aa Hadi."Waktu itu mau cerita, tapi 'kan Mia keburu dateng!""Tahu begitu mah, nggak usah dikasih uang!""Ish, kalau ngasih yang ikhlas atuh, A!""Tapi 'kan, dia udah bikin hati kamu sakit?""Kalau mikirnya begitu mah, Aa juga pernah 'kan nyakitin Jani?"Mendengar ucapanku, raut wajah Aa Hadi berubah."Iya deh, Aa nyerah. Jangan bahas masa lalu lagi!"Hmm ... Tuh kan, kalau disentil aja nggak mau!Belum sempat kami menghabiskan bubur, ponsel Aa Hadi berdering."Ada apa, Ran?" "....""Iya, Papi sama Tante Jani pulang.""Kenapa?" tanyaku penasaran, saat Aa Hadi sudah memutuskan sambungan telepon."Ada mantan suami kamu di kontrakan," jelasnya dengan nada ketus.Mas Pras?Mau apa dia ke kontrakan?***"Mana Papanya Hamdi?" tanyaku pada Ranti, begitu sampai di gerbang kontrakan."Ny
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status