Semua Bab SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU: Bab 21 - Bab 30
71 Bab
Bab 21
Bab 21LegaAku masih termangu duduk di kursi menatap langit-langit rumah. Dadaku sedikit lega. Mengungkap semua rahasia yang dulu kututup rapat-rapat. Mbak Arumi pun sudah pergi. Dijemput mobil entah berwarna apa? Sudah tak diperhatikan lagi."Nduk, kamu gak papa?" Emak berjalan tergopoh-gopoh menghampiriku. Bajunya yang kotor sudah berganti baju bersih. Sepertinya juga sudah mandi. Aku tak melihat kedatangannya tadi."Baik, Mak." Aku tersenyum menutupi semuanya. "Emak sudah tahu, gak perlu lagi kamu tutupi! Wahyuni tadi panggil Emak. Saat mantan suami dan juga mertuamu kemari. Maaf, Emak gak langsung menemui mereka. Emak mandi dulu. Setelah keluar malah sudah bubar. Mereka kesini ngapain? Gak bikin ulah kan?""Gak papa, Mak. Mereka gak bikin ulah kok.""Terus baju yang ada di depan itu baju siapa?"Aku menghela napas panjang. Jika aku tidak menceritakan pada Emak, lantas bagaimana aku bisa menjelaskannya?"Iya, Mak itu baju Mas Imam. Tadi dia kesini marah-marah. Mereka pikir Bela y
Baca selengkapnya
Bab 22
Bab 2230 hari merebut hati BelaAku menatap jauh keluar dari balik kaca mobil. Ada banyak kenangan saat bersama Bela berseliweran di pelupuk mata. Masa-masa indah itu berubah setelah aku mendengar bahwa Bela mandul. Ah, rasanya egoku terlalu tinggi saat itu. Aku percaya begitu saja. Hingga awalnya aku begitu mencintainya, begitu mengasihinya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Bod"hnya aku, membiarkan Bela menertawakan aku dalam hatinya.Kini setelah aku tahu bahwa akulah yang tidak bisa memberikannya keturunan. Rasanya duniaku runtuh seketika. Aku terus merutuki diriku sendiri. Hingga mungkin akan aku bawa penyesalanku ini hingga ke dalam jeruji besi.Pov BelaPagi ini aku bangun setelah mendengar adzan Subuh berkumandang. Bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu. Untuk menunaikan kewajiban ku sebagai umat muslim. Setiap air yang mengalir dalam basuhan ku mampu menghilangkan sedikit kekhawatiran dalam hati. Ah, aku akan kembali sibuk seperti biasa. Mencari uang dan ua
Baca selengkapnya
Bab 23
Tetangga baru"Adit berantem sama adiknya Mas Pandu!""He, Pandu? Pandu siapa?""Pendatang baru, dia baru tiga bulan disini. Kamu belum tahu?"Aku menggeleng lalu meninggalkan Mbak Yuni yang masih memberi penjelasan. Segera aku masuk kedalam rumah. Alangkah terkejutnya aku. Di ruang tamu sudah ada banyak orang yang berkumpul. Aku duduk disamping Emak. Lalu bertanya padanya setengah berbisik. "Ada apa ini, Mak?"Emak hanya menggeleng, tapi sekilas aku melihat ada jejak air mata di pipinya."Maaf, Pak RT. Ini ada apa ya? Kok semua berkumpul disini?" Aku memperhatikan setiap orang satu persatu. Pasti ada sesuatu hal yang baru saja terjadi."Adit, Nduk." Hanya itu yang diucapkan bapak. Dia kembali mengalihkan pandangannya ke lantai. Sesekali aku mendengar lelaki paruh baya itu menghela napas panjang."Begini, Mbak Bela. Adit itu berkelahi, sama adiknya Mas Pandu ini." Pak RT mulai menjelaskan sembari menyentuh pundak orang yang bernama Pandu itu. "Berkelahi? Masalahnya apa ya, Pak?" Aku
Baca selengkapnya
Bab 24
BAB 24POV AditAku berjalan pulang dari sekolah seorang diri. Bukan karena tidak memiliki sahabat maupun teman karib. Tapi memang hari ini hanya beberapa siswa yang masuk. Belum keseluruhan.Langkahku sengaja melambat. Menikmati udara yang tidak lagi hangat namun sudah terik. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan. Menunjukan jam satu tepat. Dari kejauhan tampak seorang anak berusia mungkin seumuran denganku. Berjalan penuh dengan keangkuhan. Aku masih biasa, berjalan tanpa memperhatikan dia yang tengah memanggilku."Sombongnya!" Terdengar dari kejauhan. Aku menoleh ke samping kanan maupun kiri lalu ke belakang. Mencari siapa yang dia maksud?"Bukan siapa-siapa! Tapi Lo yang Gua maksud!""Gua?!" Aku terkejut bukan kepalang. Ini adalah anak pendatang yang kira-kira belum lama ini tinggal di kampung ini. "Ada apa ya, Mas? Saya belum kenal situ, kenapa situ marah sama saya?""Wuist, belagu ini anak! Bukannya Lo selama ini anak yang paling disegani sama anak-anak sini?!" Ya, mu
Baca selengkapnya
Bab 25
BAB 25Ratna mengiba"Bela, Ibu mohon!" Wanita itu kembali memintaku dengan penuh iba. "Bu, 10 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Aku selalu memberi maaf, memberi kesempatan kepada putramu. Tapi apa? Dia kembali menorehkan luka yang sama. Ditempat yang sama. Dan Ibu tahu hal apa yang paling menyakitkan? Ketika Lia, ibu bawa pulang kerumah dengan gelar istri Mas Imam. Remuk, Bu. Hati Bela sakit! Tapi bagaimana dengan Ibu? Ibu malah membelanya dan juga menyalahkan ku atas semuanya. ""Ibu minta maaf, Bela. Ibu salah, ibu khilaf. Entah apa yang akan dirasakan Imam di dalam sana? Dia masih terkejut atas kebenaran yang selama ini kamu tutup rapat! Ayo, Bela. Maafkan Imam. Ibu mohon." pinta wanita itu. Aku tak bergeming, maafkan aku, Bu. Keputusanku sudah bulat. Tak akan aku ubah lagi apa yang menjadi keputusanku saat ini. Meskipun aku akan disibukan dengan rentetan kegiatan mondar-mandir ke kantor kepolisian."Maaf, Bu." Aku melepaskan tangan wanita tua itu. Lalu berniat berjalan menin
Baca selengkapnya
Bab 26
Sahabat lamaSudah cukup lama aku bercengkrama dengan Nia. Sahabatku satu itu memang kocak. Statusnya yang perawan tua. Eh, bukan perawan tua hanya saja belum bertemu dengan jodohnya meskipun usianya sudah berkepala tiga. Yang penting bukan kepala naga. Aku bergegas pulang setelah melirik ke arah jam yang menempel di dinding. Meraih tas yang tadi aku letakan di meja sisi kanan. Kemudian aku berjalan menuju lobi depan. Berniat memesan ojek online. Namun langkahku terhenti kala Mas Arya sudah duduk di kursi tunggu."Mas Arya? Ngapain?" Aku bertanya padanya kenapa dia bisa sampai ke sini."Kan kemarin saya sudah bilang jangan menghindari saya.""Saya tidak pernah menghindari Anda." "Kali ini biarkan saya yang mengantar pulang." Mas Arya terlihat beranjak dari tempatnya. Kemudian berjalan perlahan mendekatiku. "E- anu ... Sa-saya ada janji sama Nia!" Aku langsung menarik tangan Nia setelah dia terlihat keluar. Nia pun tergagap terkejut ketika tanganku meraih tangannya. "I-iya Mas. Kit
Baca selengkapnya
Bab 27
POV IBU RATNAHatiku remuk ketika mendengar Bela berkata bahwa Imam lah yang selama ini tidak bisa memberi keturunan. Semua bayangan kembali melintas dipikiranku. Bayangan dimana aku memperlakukan Bela begitu kejam. Selalu mengucap kata mandul kepadanya. Entah kenapa perasaan yang dulu pernah terselip tak aku hiraukan. Aku curiga dengan Bela, kenapa dia mau bertahan begitu lama dengan putra satu-satunya yang aku miliki. Aku mengira Bela hanya ingin menguasai harta yang dimiliki Imam. Meskipun aku tahu semua gaji yang Imam terima tidak dipegang Bela. Namun Imam sendiri yang mengaturnya.Jika aku membutuhkan uang. Dengan leluasa dan gampang meminta Imam. Dengan rela dia memberiku uang berapapun yang aku mau. Ah, masa-masa itu sudah terlewati. Kini Bela sudah bukan menantuku lagi. Menantu yang begitu gampang dibodohi. Tapi sekarang? Aku memiliki menantu yang licik. Hingga aku harus kehilangan rumah untuk membeli mobil putih yang kini terparkir di depan rumah."Siapa yang telah menanam ja
Baca selengkapnya
Bab 28
POV BELA Aku semakin gusar dan dan juga panik. Padahal Mbak Arumi baru saja menutup teleponnya, kenapa supir yang ia kirim sudah tiba di depan rumah? Apa jangan-jangan memang sudah mereka rencanakan. Ah, apa yang harus aku lakukan? Tok ...tok ...tok "Nduk, Nduk. Kamu sudah tidur belum, Nduk?" Panggil Ibu yang semakin membuatku panik tak karuan. "Ada tamu didepan, Nduk." "Iya, Mak. Sebentar," jawabku asal karena aku bingung harus menjawab apa? Aku memutar kenop pintu lalu membukanya perlahan. Menyapu keseluruh ruangan melihat siapa yang datang. Tak ketemui seorang pun. Yang ada hanya bapak maupun Adit. "Apa sih, Mbak?" "Tamunya dimana?" "No, di depan. Mbak Bela belum mandi ya?" Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Adit. Sebab baru saja tiba sudah di hubungi Mbak Arumi. Mana sempat membersihkan badan yang sudah terasa lengket. Aku berjalan gontai ke depan rumah. Melihat apakah sopir Mbak Arumi benar-benar datang. "Astagfirullahaladzim," Aku beristighfar pelan lalu melemp
Baca selengkapnya
Bab 29
BAB 29PenasaranKukuruyuk ….kukuruyuk Aku menggeliat diatas ranjang. Segera kubuka mata perlahan. Menatap langit-langit."Astagfirullahaladzim, semalam aku kan berada dirumah Mbak Arumi. Kenapa sekarang sudah berada dirumah?" Aku mengubah posisiku menjadi duduk lalu memperhatikan setiap sudut kamar. Masih sama seperti kamarku. Kemudian membringsut ke tepi ranjang lalu melangkah keluar kamar. Mencari sosok Adit yang semalam menemaniku ke rumah Mbak Arumi."Dit, Adit," Aku berteriak lagi dan lagi memanggil Adit. Ingin segera menginterogasi dia. Sebenarnya apa yang terjadi disana semalam? Entah mengapa ingatanku tak bisa aku temukan."Dit, bangun!" Aku menggoyangkan tubuhnya cukup kuat hingga dia terbangun lalu mengucek mata yang terlihat masih ingin terpejam."Apa sih, Mbak?" tanya Adit dengan sedikit malas."Kok kita bisa dirumah sih, tidur? Bukannya semalam kita ada di rumah Mbak Arumi ya? Lagi ngobrol di ruang tamu, kok sudah ada di rumah?""Iya, Mbak Bela semalam ketiduran di ruma
Baca selengkapnya
Bab 30
POV AryaAku melajukan mobil di keramaian jalan. Setelah Bela menolak pulang bersamaku. Sebenarnya jika harus memilih, aku tidak akan pernah mau mengikuti ide konyol Arumi. Wanita itu benar-benar gila. Aku tidak habis pikir tentangnya. Meskipun dia seorang wanita yang berhijab namun tak membuatnya bersikap santun sebagaimana mestinya. Ah, apakah sebuah pencitraan itu sangat penting baginya?Menjadi istri yang baik yang rela berbagi suami.Aku mengendurkan dasi yang masih melilit di leher. Kuraih ponsel yang tadi sudah kuletakkan di kursi sebelah pengemudi.Menghubungi rumah, memastikan Cleo baik-baik saja. "Halo, gimana, mbok? Cleo sudah mendingan? Ini saya sudah dijalan!""Masih panas, Tuan. Dia nyariin Nyonya.""Arumi belum pulang juga, Mbok?" "Belum, Tuan!""Ya sudah, saya hubungi dokter keluarga, Mbok. Tolong jaga Cleo!""Baik, Tuan!" Aku memutuskan sambungan telepon. Lalu mencari nama Arumi dan segera menghubunginya. Dua kali hingga empat kali, teleponku tidak diangkat olehnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status