All Chapters of My Boss Behavior: Chapter 31 - Chapter 40
110 Chapters
31. Terasingkan di Labirin Hutan
Jauh dari keramaian kota, jauh dari polusi dan debu udara, juga jauh dari materialisme dunia. Tidak ada kesejukan melebihi sungai yang mengalir jernih. Hawa kehadirannya menghilangkan rasa lelah."Aku tertidur?"Perlahan Zara bangun. Begitu sadar menempati tempat yang berbeda dia berdiri tertatih. "Hah?! Di mana ini?!" teriaknya lantang.Terkejut hebat sudah berada di rerumputan basah. Dia menoleh ke segala arah. Tepi sungai di dalam hutan Jati serta banyaknya ilalang dan rumpun bambu menjadi pusat perhatiannya.Seluruh bagian tubuh terasa pegal, kemungkinan lelah perjalanan. Dahi pun berkerut tanda kebingungan."Hutan lagi?!" keluhnya memekik lemah. Mendesis kesakitan dan menggaruk tengkuknya. Dia tersentak menyadari ikatannya terlepas. Mengerjap dua kali, kemudian memahami kondisi."Ah, aku kembali dibuang, ya?"Menatap redup tangan dan kaki yang bebas. "Kukira aku akan dibawa ke pasar gelap. Apa untungnya penculik itu membuangku kemari? Ini di mana?" Mendongak menantang langi
Read more
32. Kekuatan Badai dan Firasat Cinta
Demi menghilangkan dahaga, Zara terpaksa kembali menyusuri hutan. Langit masih mengamuk mengubah petir menjadi cambuk. Zara sangat kesal karena air tak kunjung turun. "Hujan saja kalau mau hujan! Kenapa harus marah-marah?!" Dia mendongak memarahi langit. Dalam sekejap lesu tanpa tenaga. "Hah, aku sudah tidak sanggup lagi berjalan. Aku haus!" rengeknya dengan bibir bergelombang. Berkat terpaan angin, wajahnya yang lengket menjadi kering. Tubuhnya menyerah bersandar sebuah pohon Jati. Meraup rumput yang dingin dan memandangnya tanpa selera. "Eerrr, apa aku harus makan ini?" Genggaman yang sangat erat. Rumput itu menjadi tak berdaya di tangannya. Rahang Zara pun mengetat. "Hatiku ... masih terasa sesak." gumamnya lirih memandang rumput. Luruh sudah rerumputan itu. Zara kembali mengepalkan tangan di dada. Detakannya lebih kuat. Seirama dengan gemuruh yang meneror. Mendadak bayangan Reon terlintas di benaknya. Zara tersentak, sedetik kemudian lenyap."Ck! Kenapa aku memikirkan o
Read more
33. Kembali Pulang
Mereka mengatur napas di dalam mobil. Para warga desa kembali, kesulitan mencari karena badai. Sontak Zara tidak bisa bergerak, bersandar kursi. "Hah, akhirnya aku bisa tenang." lirihnya senyum tenang. Reon hendak melepas kemejanya membuat Zara terjingkat melotot. "Aaaa! Apa yang kau lakukan?!" teriaknya menutup wajah, tapi jemarinya terbuka."Lepas pakaianmu jika tidak ingin masuk angin." Reon tetap melepas kemejanya. Terekspos lah Reon yang bertelanjang dada. Merah sudah setiap garis wajah Zara. Jantungnya seakan ingin meledak. "Ka-kau sudah gila, ya?!" pekiknya mencicit memalingkan wajah. Dia memanas.'Huaaa, berbahaya sekali! Kenapa dia bisa memiliki tubuh sebagus itu? Tidak, tidak, jangan berpikiran macam-macam, Zara. Kendalikan dirimu!' batinnya.Reon pindah ke belakang hanya untuk mengambil barang. "Ada selimut di bagasi. Pakailah!" Melempar selimut putih nan tebal pada Zara, sedangkan dia memakai pakaian ganti. "Eh? Ada selimut? Bahkan kemeja juga?" mengerjap menatap
Read more
34. Demi Dapat Melihatmu
"Dia itu aneh sekali! Sedikit-sedikit mau menghancurkan perusahaan orang seenaknya saja. Dipikir membuatnya mudah?" Zara sudah jauh lebih baik dari beberapa jam yang lalu. Bastian bingung. "Entahlah! Kalau kau sendiri bagaimana?" Zara Mengerucutkan bibir kesal sembari mengantar Bastian pulang hingga ke gerbang. "Tentu saja merusak jiwa orangnya." mendongak bangga.Bastian meringis karena itu jauh lebih parah. Kemudian, semuanya sirna. Pagi-pagi sekali Zara ingin bersantai menghirup udara segar. Namun, Reon menariknya pergi ke kantor. "Eh, apa-apaan ini? Lepaskan aku!" Dia tidak bertemu Alexa maupun Zack. Zara mencari mereka karena ingin mendapat bantuan. Pasalnya Reon memberi pekerjaan berat. "Salin semua dokumen itu di komputer. Selesaikan sekarang juga." Perintah Reon tanpa berhenti berkutat dengan laptop."Apa?" Zara terperangah melihat tumpukan laporan keuangan di meja. "Kenapa harus disalin? Bukankah sudah ada file-nya di divisi keuangan?" tanyanya heran. "Hilang," ja
Read more
35. Permainan Dimulai
Keheningan melanda studio foto. Bastian menghilang, bayangan negatif merasuki pikiran Zara. "Dia hilang."Zara menceritakan tentang pesta yang akan dihadiri Forin pada Reon. Sang Bodyguard telah pergi setelah memberi kesaksian serupa.Berniat ikut serta bersama Bastian, tetapi Bastian lenyap tanpa jejak saat berganti pakaian sebelum pergi meminta izin pada Reon agar Zara diperbolehkan pergi. Zara berdecih menyeka dahi."Dia tidak ada di studio."Reon yang duduk sibuk mengamati raut wajah pelayannya dalam-dalam."Kau nampak tenang, padahal bisa saja temanmu dalam bahaya." Kening Zara berkerut.'Aku tau, bodoh! Aku frustasi, gemetar sekarang. Setelah aku yang diculik, sekarang Bastian tiada. Apa dia hilang karena aku?' batinnya. Meredam perasaan teramat mudah bagi Zara. Jika hanya memasang topeng tegar, dia sangat ahli. Binar matanya seperti lampu redup.Reon membuang napas besar memutus kontak. Nada yang tak tahan."Ada kemungkinan Ryo pelakunya. Alexa tidak mungkin lengah mengawa
Read more
36. Segelas Merah Darah
Seluruh pandangan berpusat pada seorang gadis bergaun merah penuh mawar hitam. Keanggunannya memikat setiap lensa kamera. "Wah, siapa dia?""Cantik sekali!" Tak heran Zara mendapat banyak pujian. Wajahnya yang manis menunjukkan ketegasan tanpa celah. 'Di mana Ryo?' batinnya mengucap pertanyaan yang sama. Tidak peduli grasak-grusuk tamu undangan, dia melirik setiap sudut sembari diam di tempat.Kemegahan pesta bagai tidak ada apa-apanya. "Ck, aku tidak bisa bergerak bebas. Tentu saja di sini ada banyak pewarta. Pernikahan seorang model benar-benar mengundang perhatian. Pasti setelah ini aku yang jadi perhatian," gumam Zara pada diri sendiri. Reon dan Zack sedang sibuk bersosialisasi lantaran Reon begitu terkenal dan digandrungi banyak gadis. Karena itu Zack harus menjaganya. Zara terpaksa berdiri seorang diri, menautkan tangan sembari tersenyum manis. "Untuk mata setajam duri mawar, Nona. Sangat menawan!" Tiba-tiba seseorang datang membawa minuman berwarna merah. Mulut Zara m
Read more
37. Tiga Pelindung Zara
Tiba-tiba gedung berubah gelap. Kepanikan terjadi atas pemadaman listrik yang telah dirancang. Seolah berada di panggung pagelaran, Zara kembali menjadi pemeran utama. "Ada apa ini?!" suaranya bergetar merasakan firasat buruk.Sorotan cahaya proyektor memecah keheningan, menembus dinding menampilkan perseteruan beberapa menit lalu yang telah dimanipulasi. Jantung Zara seolah ingin loncat dari asalnya. "A-apa itu?" Semua orang bertanya-tanya seperti sekumpulan lalat yang menikmati perputaran film. Mereka mulai memandang Zara buruk. Para budak media pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Banyak kamera mengabadikan Zara dalam kegelapan. "Bohong! Ini rekayasa," tutur Zara selirih bisikan ilusi. Reon dan Zack menoleh. Mereka tetap tenang dalam ketidakpercayaannya.Kuku-kuku Zara sudah menembus telapak tangannya sendiri. 'Bajingan tengik kurang ajar! Apa dia pikir bisa memerintahku dengan rekayasa rekaman ini? Lagipula sejak kapan pesta pernikahan menjadi ajang balas dendam? Dasar bodo
Read more
38. Tangan Kanan dan Kiri Tuan
"Sudah dipastikan, bukan mereka pelakunya," tablet hitam Alexa menyisir kebenaran. Zara gusar walau diam di ruangan Alexa."Tenang saja, kami semua di sini untukmu." lirih Zack meneleng tersenyum manis. Termakan rayuan, Zara mendongak terpana. "Kalian semua ...," bahkan lidah tak mampu berucap. "Kata Tuan Reon, sungguh merepotkan," desis Alexa kaku.Zack berkacak pinggang, "Oh, jadi kau menghilang saat kehilangan Ryo karena mendatangi seluruh media yang akan menghadiri pesta? Hebat sekali! Apa kau peramal?" "Aku terlalu pintar, tidak lamban sepertimu," jawab Alexa cuek. Zack merasa terhina. "Argh, kau selalu mencari gara-gara denganku! Aku harus mengawasi Bos agar tidak disentuh wanita manapun walau hanya seujung kain. Dia bisa alergi nanti!" menunjuk Alexa marah."Alibi!" Alexa acuh. Zack semakin kesal. Mereka pun berdebat dan dipastikan Alexa selalu menang. Zara melongo menatap mereka bergantian. Dia bisa merasakan desiran darahnya yang mengalir tenang. 'Perasaan apa ini?
Read more
39. Dilema di Ruang Rahasia
Zara dipaksa memasuki kamar utama. Reon langsung memeluknya. "Aaa, Tuan, aku tidak bisa bernapas! Ini tidak benar!" pekiknya kecil mendorong Reon."Apa yang kau pikirkan? Bercanda seperti ini tidak baik."Memalingkan wajah mengatur napas. Laki-laki itu tetap memandangnya datar. Zara melirik dengan perasaan gelisah.'Apa-apaan dia? Keterlaluan sekali! Kenapa tiba-tiba memelukku?' batinnya mencicit seperti burung.Wajahnya semerah tomat menahan malu. Mengerjap sadar telah meninggalkan Bastian. "Oh, tidak! Bastian sendirian di depan!" Zara memekik.Reon melotot menekan keberanian Zara. "Biarkan saja!" serunya tajam dan dalam.Sontak nyali Zara menciut. "Kenapa jadi seram begini?" gumamnya jelas.Zara menangkap adanya kegelapan di bola mata Reon."Inikah balasanmu?" Pertanyaan itu menyiratkan alasan. Begitu dalam dan berdengung di kepala. Zara tak bisa mengelaknya. 'Apakah Reon ingin diperhatikan? Benar juga, sejak kemarin aku belum berterima kasih dengan benar. Aku sibuk dengan pi
Read more
40. Penolakan Cinta
Kabar Reon terjangkit virus mematikan menyebar ke penghuni rumah. Seluruh pelayan berjajar di depan kamar Reon memakai masker. Mereka sedih. "Ah, aku tidak percaya ini. Mereka menganggap demam itu virus mematikan?" Zara menepuk dahinya. "Zara, selamatkan Tuanku dari kematian," Alexa sedih di ujung lemari."Sudah kubilang dia tidak akan mati! Ini hanya demam tinggi!" teriak Zara kesal di tepi ranjang."Selama ini Tuan tidak pernah sakit," ujar Alexa. "Hah? Benarkah? Mustahil!" Zara berubah terkejut.Alexa hanya mengangguk. "Kalau begitu kenapa kau melarangku tadi?" Alisnya bertaut sendu memandang Reon.'Sejak kedatanganku, dia telah menunjukkan kerapuhannya. Apa selama ini ... Reon selalu menahan sakit sendirian? Meskipun jam kerjanya tidak teratur, tapi dia bekerja tanpa henti tidak peduli siang atau malam,' pikir Zara. Mendadak sedikit bersimpati.'Kenapa aku merasa sakit?' batinnya.Kemudian, Zack menerobos kamar terlalu panik, syok ketika melihat Zara merawat Reon. "Kenapa
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status