Share

32. Kekuatan Badai dan Firasat Cinta

Demi menghilangkan dahaga, Zara terpaksa kembali menyusuri hutan. Langit masih mengamuk mengubah petir menjadi cambuk.

Zara sangat kesal karena air tak kunjung turun.

"Hujan saja kalau mau hujan! Kenapa harus marah-marah?!"

Dia mendongak memarahi langit. Dalam sekejap lesu tanpa tenaga.

"Hah, aku sudah tidak sanggup lagi berjalan. Aku haus!" rengeknya dengan bibir bergelombang.

Berkat terpaan angin, wajahnya yang lengket menjadi kering.

Tubuhnya menyerah bersandar sebuah pohon Jati. Meraup rumput yang dingin dan memandangnya tanpa selera.

"Eerrr, apa aku harus makan ini?"

Genggaman yang sangat erat. Rumput itu menjadi tak berdaya di tangannya. Rahang Zara pun mengetat.

"Hatiku ... masih terasa sesak." gumamnya lirih memandang rumput.

Luruh sudah rerumputan itu. Zara kembali mengepalkan tangan di dada. Detakannya lebih kuat. Seirama dengan gemuruh yang meneror.

Mendadak bayangan Reon terlintas di benaknya. Zara tersentak, sedetik kemudian lenyap.

"Ck! Kenapa aku memikirkan o
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status