Semua Bab Bodyguard Gagah Dari Kampung: Bab 21 - Bab 30
65 Bab
Chapter 21 : Yang Menang Dan Yang Kalah
Salah satu preman itu melihat Dario menuruni tangga. Segera yang lain berlari mengejar kearah Dario berada.Puluhan tongkat kayu dan pemukul besi melayang di arah kan ke tubuh Dario. Salah satu preman maju dan melayangkan tongkat yang ia pegang dengan ganas.Dari belakang juga ada yang ikut menyerang. Dario menghindari keduanya sekaligus. Diraihnya tangan pria pertama dan mengarahkan tongkat yang ia pegang ke preman kedua hingga mengenai kepalanya. Satu jatuh.Dia kemudian merampas tongkat yang sudah menjatuhkan pria kedua dan menendang terbang pria pertama.Melihat hal itu, preman yang lain mulai lebih hati-hati. Mereka tidak ingin kena balik pukul oleh tongkat yang mereka pegang."Serang bersamaan!" teriak salah satunya.Puluhan orang yang mengepung Dario menurut. Mereka langsung mengarahkan senjata yang mereka pegang.Bak! Buk! Bak! Buk!Dengan lincah, tongkat yang dipegang Dario mendarat mulus diberbagai bagian tubuh para preman itu.Mereka jatuh satu persatu sambil memegang bagia
Baca selengkapnya
Chapter 22 : Siang Yang Panas
Dario seakan merasakan Dejavu. Bagaimana tidak, baru Minggu lalu dia melihat langit-langit dengan warna serba putih.Kali ini pun sama. Yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit itu. Bedanya di luar sudah gelap. Kemerlip lampu kota terlihat dari balik kaca jendela.Dibagian perutnya yang terluka, ada perban tebal yang menempel. Dia masih bisa merasakan nyeri saat dipukuli oleh Delano."Kau bisa kalah juga?"Suara seroang wanita terdengar sinis. Dario tahu pemilik suara ini tanpa perlu melihatnya."Yah, mau bagaimana lagi. Kalah ya kalah." Kata-kata Dario terkesan acuh tak acuh."Payah, baru satu kali kalah saja sudah seperti dunia mau runtuh. Kemana orang kampung optimis yang aku temui malam itu?""Sudahlah, bos. Aku sudah kalah. Kalau kau ingin membuangku, aku akan segera pergi dari hadapanmu."Lili tertawa pelan. Dia menatap Dario yang masih melihat keluar jendela."Aku terlalu berharap tinggi padamu."Lili bangun dari tempat duduknya dan melangkah keluar."Tunggu! Bagaimana
Baca selengkapnya
Chapter 23 : Bertemu Fiona
"Lagi ngapain?"Sebuah suara menyela saat Dario sedang mengganti perban di perut. Lukanya sedikit terbuka setelah siang yang 'panas' tadi.Dario menengok kebelakang. Stefanie sedang berjalan ke arahnya dengan memakai kemeja flanel miliknya yang nampak kebesaran.Jujur saja di mata Dario, wanitanya ini terlihat sangat seksi. Apalagi rambut panjangnya diikat cepol ke atas menampakan leher jenjangnya yang putih."Sudah bangun? Enak tidurnya?" tanya Dario sambil meneruskan membersihkan luka dengan alkohol.Muka Stefanie bersemu merah ditanya seperti itu. Badannya pegal-pegal setelah hampir satu jam lebih dikerjai oleh pria dihadapannya ini."Terbuka lagi, ya?" tanya Stefanie lagi melihat dengan sedikit ngeri setelah duduk di samping pemuda itu.Dario mengangguk. Dia ambil salep dari rumah sakit dan mengoleskannya pada luka diperutnya. Setelah itu dia membalutnya dengan kapas dan perban."Tidak balik ke kantor?" ganti Dario yang bertanya."Hhmm, lebih enak disini," jawab Stefanie sambil te
Baca selengkapnya
Chapter 24 : Lomba Masak
Fiona membawa Dario ke dapur. Dario melihat ada dua pria berpakaian koki menatapnya dengan pandangan berbeda.Yang pertama adalah pria paruh baya yang duduk sambil meringis memegangi kakinya. Ada ruam kebiruan disana. Pria itu nampaknya keseleo.Sedangkan yang satu lagi lebih muda, mungkin seusia Fiona. Dia menatap Dario dengan tidak suka, apalagi tangan Fiona masih memegang tangannya."Ayah, ini Dario yang aku bilang. Dia bisa memasak. Aku sudah minta tolong padanya.""Aku masih bisa Fiona. Tidak perlu merepotkan temanmu," ujar Ayah Fiona.Dia mencoba berdiri, tapi kemudian kembali duduk sambil meringis menahan sakit."Sudah kubilang, aku saja cukup, Fiona. Biarkan paman Haris istirahat."Pria muda itu kini ikut bicara. Dia masih memandang Dario dengan tatapan bermusuhan.Dario hanya mengabaikan pria itu. Dia memandang Haris yang sudah masih meringis."Biarkan aku membantu, paman. Aku tadi lihat menu restoran. Aku bisa beberapa," ujarnya.Anak muda yang jadi pelayan di depan, masuk d
Baca selengkapnya
Chapter 25 : Si Gelandangan Darius
"Ini enak. Rasanya berbeda dari yang aku biasa masak."Haris mulai bicara duluan, sedangkan Fiona dan Fino berlomba menghabiskan makanan di piring.Ian tidak percaya. Dia ambil sendok sendiri dan ikut makan masakan Dario. Matanya melotot setelah memakannya.Benar kata Haris, masakan Dario berbeda dengan yang biasa Haris dan dia masak. Rasa bumbunya lebih terasa. Dagingnya juga tidak lembek atau pun keras."Bagaimana kau bisa hasil masakan mu seenak ini? Kau pakai resep apa?" Ian berbalik menghadap Dario dan menghujaninya dengan pertanyaan."Aku hanya memasak lagi dagingnya dengan beberapa bumbu sampai setengah matang sebelum dicampurkan dengan yang lain," jawab Dario santai."Apakah memang ada seperti itu, paman?" tanya Ian penasaran. Fiona dan Fino pun sama."Iya, memang ada. Kenapa tidak terpikirkan oleh ku dari dulu ya."Keempatnya kemudian memandang Dario dengan tatapan yang sama, mereka kagum dengan hasil masakannya."Kenapa? Apa aku tampan?" tanya Dario iseng.Keempatnya kompak
Baca selengkapnya
Chapter 26 : Tampilan Baru
"Dario, kalau kau bisa menyembuhkan ayah, kenapa tidak dari tadi saja?"Fiona memandang Dario heran."Lho, kalian tidak bertanya," ucap Dario dengan entengnya. "Lagi pula paman Haris kelihatan capek. Makanya aku biarkan dulu sekalian istirahat. Iya kan, paman?""Kau ini," Fiona hanya tersenyum sambil memukul bahu Dario pelan. Haris ikut tersenyum.Anak muda di depannya ini baru saja dikenalnya, tapi sudah membuatnya kagum berkali-kali.Orang tua itu memandangi keakraban Dario dan Fiona. Ah, andai saja."Guru, selain mengajar kan aku memasak, apakah kau bisa mengajarkan yang tadi juga?" Ian memandang penuh harap."Aku juga, kak. Aku juga ingin belajar dua-duanya," Fino ikut menimpali."Itu gampang. Tapi aku guru yang galak, lho. Apa kalian siap menerima siksaan seperti di neraka?" kata Dario dengan tampang serius menatap Ian dan Fino.Keduanya saling pandang dan meneguk Saliva mereka.Dario kembali terkekeh. "Aku hanya bercanda. Kenapa kalian seserius itu?""Sialan. Kami sudah percaya sa
Baca selengkapnya
Chapter 27 : Bertemu Manajer HRD
Fiona berjalan mendekati keempat pria yang dikenalnya. Wajahnya sedikit basah, tanda dia mungkin habis cuci muka.Gadis itu mungkin bisa menutupi mata sembabnya dengan make up, tapi Dario dapat melihat Fiona habis menangis."Kak, Fiona. Kami dari tadi mencari kakak." Fino menyambutnya dengan sumringah.Gadis itu hanya tersenyum dan bilang tadi ke toilet."Wow, pak Darius. Anda berbeda sekali sekarang. Terasa jauh lebih muda." Fiona berkomentar takjub.Darius hanya bisa tersipu. Dia sebenarnya masih belum terbiasa dengan pakaian dan suasana ramai."Itu berkat nona Fiona juga. Terimakasih nona.""Ah, aku hanya membantu sedikit. Semua ini kan ide Dario."Mereka pun kemudian ngobrol sambil bercanda. Fino masih kesal pada teman kakaknya, Fiona hanya mengatakan abaikan saja, sifatnya memang begitu.Setelah sekian menit, Dario mengajak Darius ke HRD. Haris dan Fino pun mau pulang untuk membuka restoran. Sedangkan Fiona kembali ke meja resepsionis."Dario, tunggu." ucap Haris. Dia menarik Dari
Baca selengkapnya
Chapter 28 : Mengunjungi Tempat Latihan
Sosok pria dengan perutnya yang buncit sudah berdiri tidak jauh dari Dario dan Fiona."Selamat sore, Pak Leon."Dario menyapanya terlebih dahulu. Fiona menyusul tak lama kemudian. Tubuhnya sedikit gemetar saat melihat Leon."Apakah kalian pacaran?" tanya Leon."Kami? Tidak. Tidak. Mana mungkin nona Fiona yang cantik cocok dengan ku. Kami kebetulan ada janji makan bersama dengan salah satu teman. Jadi kami pulang bersama.""Oh, begitu. Baguslah. Sesama karyawan tidak boleh pacaran. Aku bisa mempertimbangkan meninjau lagi berkas kalian."Ada sedikit ancaman dari kata-kata Leon. Dario hanya tersenyum."Terimakasih atas peringatannya, pak Leon. Kami akan patuh dengan peraturan perusahaan.""Peraturan perusahaan? Itu peraturan ku. Ingat itu!" Wajah Leon menunjukan kesombongan. Tidak banyak orang di lantai dasar. Dia tidak takut orang lain dengar."Selamat senang-senang kalau begitu. Benarkan Fiona?"Gadis itu seperti ketakutan disapa Leon. Dia hanya mengangguk."Yang menurut biasanya cepat
Baca selengkapnya
Chapter 29 : Tim F
Dario menatap heran pada sosok pria tinggi besar di hadapannya ini. Senyumnya terlihat ramah, tapi aura seorang prajurit yang tegas dan berwibawa memancar jelas dari tubuhnya.Bagaimana pria ini tahu namanya?sedangkan mereka baru pertama kali bertemu."Apakah aku mengenalmu, tuan?""Hahaha, Jangan heran. Ini bukan pertemuan pertama kita," kata pria itu. "pertama aku lihat dirimu, kau sedang 'tidur santai' di sebuah gudang."Kata tidur santai nampaknya sengaja lebih ditekankan oleh pria itu. Dario coba menebak kalau Pria ini telah melihatnya saat menyelamatkan Stefanie dari penculikan.Jika dia ada di sini, berarti dia bukan musuh. Bisa jadi mereka bisa bertatap muka saat itu andai Dario tidak pingsan duluan."Apakah anda dari Tim F?" Dario mencoba lebih meyakinkan.Pria itu kembali tertawa. Dia mendekati Dario yang masih menatapnya penasaran."Yah, namaku Brandon, pimpinan tim F."Keduanya saling berjabat tangan. Dario merasakan jabatan tanga
Baca selengkapnya
Chapter 30 : Ketua dan Wakil Ketua
Bel berbunyi pertanda pertandingan di mulai. Dario berinisiatif menyerang duluan. Dia belum tahu kekuatan Brandon dan ingin mengambil momentum terlebih dahulu.Sang ketua tim F tertawa melihat lawannya sudah menyerang. Dia tidak meremehkan Dario. Brandon justru senang lawannya itu berarti serius dengan pertandingan ini.Serangan demi serangan Dario datang bertubi-tubi. Dengan pengalamannya, Brandon masih bisa menghindari semuanya.Ruangan arena lama-lama jadi hening. Anak buah Brandon dan juga anggota tim B melihat ketuanya terus di desak.Selama ini, jarang ada yang bisa bertahan lama di arena bila bertarung dengan Brandon. Lawan-lawannya jatuh hanya hitungan sekian menit.Tapi kali ini ada pemuda yang mampu membuat ketua mereka kerepotan. Tampang Brandon juga sudah terlihat serius.Adu pukul dan tendangan silih berganti. Dario terus menyerang. Dia benar-benar tidak ingin Brandon berbalik untuk melawan.Sekian jurus berlalu dengan cepat. Dario akhir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status