Semua Bab Sang Janda dan Para Pria Penggoda: Bab 41 - Bab 50
103 Bab
Chapter 41 : Terluka
Cahaya terang menyambut Rena. Ia mengerjapkan mata untuk menyesuaikan indra penglihatannya.Suara asing seorang wanita menggelitik telinga, "Kakak, bangun! Kak Rena sudah siuman."Rena terkesiap mendapati Gladis berada satu ruangan bersamanya. Untuk apa Gladis menungguinya, tanyanya dalam hati.Rasa nyeri di luka tusukan itu menjalar ke hati. Tentu saja, Gladis pasti membuntuti Billy ke mana pun pria itu pergi. Karena Gladis lah sang tunangan asli, pikir Rena sedih.Gladis mengguncang punggung Billy yang tidur di pinggiran ranjang Rena. Mata Billy tampak kemerahan karena ia baru bisa terlelap sejak sejam yang lalu."Panggil dokter," perintah Billy tanpa melihat Gladis. Billy menggenggam erat tangan Rena. Memijat-mijat jari-jari lentik sang janda. Kemudiam mencium punggung telapak tangannya."Aku takut sekali kalau kamu nggak akan bangun lagi." Mata Billy berkaca-kaca."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu harus sekhawatir ini," kata Rena lemah."Gimana
Baca selengkapnya
Chapter 42 : Awal Hubungan
Ujung mulut Billy melengkung ke atas. Lalu ia mulai terbahak-bahak."Apa ini semua lucu buatmu? Apa aku terlihat menggelikan jadi seperti boneka yang bisa kamu mainkan seenaknya?"Billy masih tak bisa berhenti tertawa. Bahkan sampai terbatuk-batuk saking gelinya."Pergi sana! Kita sudah sama-sama tahu. Kamu nggak perlu berakting lagi.""Rena Cahyani..." Billy mengeluarkan sesuatu dari saku. "Ini yang dulu belum sempat kamu terima." Ia menyodorkan kotak perhiasan kecil dengan cincin berlian di dalamnya."Lebih baik kamu menukarnya dengan uang tunai. Dengan senang hati aku akan menerima sebagai kompensasi. Orang-orang akan menghinaku karena dibuang oleh Billy Volker kelak." Rena melirik sinis.Belum sempat Billy berujar, Gladis sudah kembali ke ruangan. Wanita itu tampak berbinar-binar setelah bicara dengan Felix."Kak, bisakah aku pulang sekarang? Aku ada janji dengan seseorang.""Hmm? Oke." Billy menjawab tanpa menoleh ke belakang. Pandangannya tetap
Baca selengkapnya
Chapter 43 : Tawaran Menggiurkan
"Kok sudah pulang? Billy masih di sana?" Aurora mengerutkan dahi.Gladis mengangguk kecil sambil menyuap es krim dalam porsi besar. Mulutnya terlalu penuh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu angkatnya itu."Aku nggak mau jadi obat nyamuk di sana, Ma.""Kamu nggak bisa membiarkan mereka berduaan, Sayang." Aurora tampak cemas. Takut Billy semakin menyukai Rena."Aneh banget sih Mama. Kak Billy yang pacaran, ngapain Gladis disuruh ikut campur," sahut Bella, "Mama dari dulu nggak pernah berubah. Selalu membuat keputusan tanpa memedulikan perasaan orang lain."Bella menyerobot mangkuk es krim milik Gladis. Ia tak jadi menyuap es krim itu ketika sadar wajah ibunya menegang. Sifat dan temperamen ibu dan kakak laki-lakinya hampir sama, dan ia tak mau terus beradu mulut dengan kedua orang itu."Selamat diomelin," bisik Bella pada Gladis lalu meninggalkan mereka berdua di meja makan. Bella buru-buru kabur sebelum Aurora memarahinya.Seperti ucapan Bella, Auror
Baca selengkapnya
Chapter 44 : Kemesraan Pasangan Baru
Thomas Volker kecewa dengan jawaban Rena. Dari awal ia bertemu, ia bisa melihat Rena berbeda dengan para wanita yang sering mendekati anak cucunya. Sorot mata Rena menunjukkan ketulusan di dalamnya. Rena seperti berlian murni yang menurutnya sangat pantas untuk disandingkan dengan cucu kesayangan. Bahkan ia merasa, Billy lah yang seharusnya lebih bersyukur bisa mendapatkan seorang Rena.Thomas tak menyangka jika penilaiannya yang selama ini cukup akurat ternyata bisa salah. Rena hanya wanita cantik biasa yang mengincar harta Volker saja! Dan bahkan membuat kesepakatan dengan Aurora sebelumnya.Ia marah karena merasa Rena telah menipunya habis-habisan. Dan ia tak bisa membiarkan Rena memiliki Billy.Thomas hendak masuk dan mengusir Rena. Namun tangannya di atas kenop terhenti ketika sang janda melanjutkan penuturan."Saya akan menerima tawaran Tante asalkan Tante bisa menjamin kebagaiaan Billy dan juga Gladis."Rena hanya manusia biasa seperti orang-orang lai
Baca selengkapnya
Chapter 45 : Masa Lalu Billy
Apa ia harus mengatakan semua pada Rena? Billy bertanya-tanya dalam hati. Sangat memalukan jadinya jika hanya ia sendiri yang mengingat kenangan mereka berdua.Ingatan Billy mengalir kembali ke masa-masa remajanya dulu. Kepalanya beringsut di atas paha Rena. Pandangannya menerawang jauh sampai tak menghiraukan Rena yang terus bertanya.Waktu itu, keempat anak kandung Thomas dan anak dari Lusiana, kakak Thomas, tinggal satu atap di pusat kediaman Volker. Rumah kediaman Volker berukuran paling besar di Kota Sukamaya yang kala itu belum menjadi metropolitan. Orang-orang menyebutnya Istana Volker.Setelah para bibi dan paman Billy mendapatkan keturunan, satu persatu dari mereka akhirnya memutuskan untuk mulai membangun istananya sendiri-sendiri, kecuali Aurora. Ibu Billy tetap tinggal meskipun David, ayahnya sering kali memohon Aurora untuk mengikuti jejak saudara-saudaranya. Tapi Aurora terus menolak.Karena hanya Billy saja satu-satunya cucu yang ada di Istana Volker,
Baca selengkapnya
Chapter 46 : Pertemuan Keluarga
Rena membuka kardus yang bersarang di dalam almari. Kotak berisi barang kenangan berharga yang ia kumpulkan sejak kecil sampai menikah.Sudah bertahun-tahun setelah mengenal Dhani, ia tak lagi membuka kenangan itu. Ada getaran di dada ketika ia memilah barang di dalamnya."Aku kira kamu sudah membuangnya," ujar Billy sembari memeluk Rena dari belakang.Rena memamerkan boneka panda miliknya. "Lihatlah, masih bagus walaupun sedikit berdebu, bukan?""Buang saja. Kamu sudah nggak membutuhkan itu."Rena memeluk boneka itu penuh dengan kerinduan. Ia tak pernah menyangka jika pemuda hangat yang selalu mendukung dan memberinya semangat tak lain ialah kekasihnya yang dikenal banyak orang sebagai tuan muda kejam."Semua yang ada di dalam kardus ini harta karunku. Aku nggak akan membuangnya.""Oke, oke, tapi kamu nggak perlu memeluk si panda terus-terusan. Aku yang akan menggantikan panda itu mulai sekarang.""Aku akan memeluk keduanya." Rena mengecup pipi
Baca selengkapnya
Chapter 47 : Sekamar Berdua
"Mama jangan keterlaluan!" suara berat Kevin meninggi.Anggota keluarga Volker lain yang tadinya sibuk berbincang, bahkan keponakan-keponakan Billy pun ikut terdiam.Para ayah menyuruh anak-anak kecil keluar ruangan. Sementara yang lain berusaha menenangkan ibu dan anak yang sedang bertengkar itu."Hah? Kenapa kamu jadi ikut-ikutan? Mama nggak bicara denganmu. Lagi pula, apa yang Mama bilang benar!"Senyuman khas di bibir Kevin memudar. "Mama kebanyakan baca novel pasti. Cerita janda penggoda itu cuma fiksi!""Sok tahu kamu! Realitanya juga banyak!""Realitanya, mereka yang suka menggoda itu bukan karena status jandanya, Mama! Semua cewek-cewek bisa jadi penggoda! Banyak pelakor yang bukan janda! Bahkan bocah-bocah ingusan zaman sekarang pun pada suka godain Om Om kaya! Apa-apa jangan dikaitkan sama kelompok tertentu!""Kamu tuh masih bocah mana tahu bedanya," cibir Aida tak mau kalah dari anaknya."Sudah, Ma. Jangan ribut di sini." Yanus Volker,
Baca selengkapnya
Chapter 48 : Para Pengganggu
Tangan Billy menyibak bagian bawah piyama merah itu. Rena menghentikan ciumannya, kemudian mencekal tangan Billy yang hampir saja sampai ke bagian intimnya."Ayo, kita tidur." Lirikan mata Rena menggoda.Billy mendengus kesal. "Kamu jahat sekali, Sayang.""Teganya...." Billy kehilangan kata-kata.Rena membelai kepala Billy dalam pelukannya. Setelah mengecup kening kekasihnya, ia kemudian mematikan lampu di samping ranjang.Sementara Rena sudah hampir tertidur lelap, Billy masih saja merengek. "Sebutan janda penggoda mungkin ada benarnya. Tapi menggoda-goda saja dan nggak berani bertanggung jawab."Rena menghela nafas. "Aku pikir kamu menyayangiku dengan tulus.""Memang, aku sayang padamu." Billy menciumi wajah Rena. "Aku juga menginginkanmu seutuhnya, Sayang.""Jangan sekarang, ya.""Apa bedanya sekarang atau nanti?" Billy masih melanjutkan aktivitas nakalnya."Jelas beda." Rena sibuk menepuk ke mana pun arah perginya tangan Billy.Billy t
Baca selengkapnya
Chapter 49 : Area Bahaya
"Hei! Meskipun kamu sepupuku, jangan kurang ajar, Kevin!" hardik Billy."Ah... Tentu saja bersama Billy juga. Bukan hanya kita berdua saja." Kevin menunggu jawaban Rena dengan mata berbinar-binar.Rena sedikit tak nyaman karena Kevin terang terangan mengabaikan Billy. Seolah Billy hanya bayang-bayang di antara mereka. Ataukah itu hanya perasaannya saja?Dari awal bertemu Kevin, Rena merasa ada sesuatu yang janggal dari sepupu Billy itu. Namun ia tak tahu apa. Ia merasakan getaran aneh setiap kali mereka saling menatap.Rena melingkarkan tangan di lengan Billy. Ia mencoba meniru tingkah manja Gladis walaupun dalam hati ia merasa malu luar biasa. Masih ada Joshua pula di sampingnya."Aku akan pergi kalau Sayangku juga ikut," ucap Rena dengan suara manja yang dibuat-buat."Pfft." Joshua menutup mulut. Wajahnya semerah tomat matang karena berusaha menahan tawa.Billy merangkul Rena. "Memangnya mau ngajakin kita ke mana?""Tiap sebulan sekali aku mengadakan acara amal di panti asuhan.""Be
Baca selengkapnya
Chapter 50 : Pencarian Dua Pria Rupawan
Rena mempercepat langkah kaki. Jantungnya berpacu seiring berjalannya waktu. Sudah sekitar seperempat jam ia kehilangan arah. Sinyal di ponselnya pun hilang.Hanya dengan mengandalkan indra pendengaran, ia mencari-cari arah suara tangisan tadi. Namun hanya gemerisik dedaunan yang ia dengar.Rena bersimpuh di dekat pohon besar. Persendian kakinya terasa ngilu. Ia terpaksa melepas sepatu hak tingginya.Penyesalan selalu datang terlambat dan Rena baru saja menyadari. Ia bahkan tak tahu bagaimana rupa bocah kecil itu. Pun tak mengindahkan ucapan Rangga untuk tidak masuk ke dalam hutan."Jadi ini bahaya yang Rangga maksud. Nggak ada jalan setapak di hutan dan orang pasti kebingungan mencari arah mata angin."Ketika matanya sedikit menutup oleh semilir angin, suara tangisan itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas dari sebelumnya.Rena meninggalkan sepatunya dan berjalan ke arah suara itu. Untung saja, daun-daunan kering dan tebal menyelimuti tanah. Kakinya lebi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status