Semua Bab Sang Janda dan Para Pria Penggoda: Bab 21 - Bab 30
103 Bab
Chapter 21 : Tuan Pelindung
Kelopak mata Rena berkedut-kedut sebentar lalu terbuka. Sesuatu seperti meremas-remas isi kepalanya. Berat dan menyakitkan.Rena meringis menahan nyeri di sekujur tubuh. Ia ingin bangkit namun tak punya tenaga yang cukup untuk melawan gravitasi. Tubuhnya melekat bak terlapis lem di sebuah ranjang berukuran luas."Sudah bangun? Apa yang dirasakan sekarang?" tanya seorang perawat."Pusing," jawab Rena singkat."Ingat nama Kakak?""Renata Cahyani."Setelah bertanya beberapa hal lain, si perawat memanggil dokter yang menangani Rena. Selagi menunggu sang dokter, netranya berkeliaran di sekeliling ruangan.Mendadak ia ragu jika sekarang tengah dirawat di rumah sakit. Kamar yang ditempati Rena lebih mirip dengan isi hotel bintang lima. Kalaupun ada ruang VIP semewah ini, ia tak akan sanggup menanggung biaya rawat inap perharinya."Halo Rena, gimana keadaanmu? Ada bagian lain yang sakit?" tanya Felix mengejutkan."Oh, kamu... Hmm...""Sepertinya
Baca selengkapnya
Chapter 22 : Perasaan Sang Dokter
"Aku bosan sekali! Apa besok aku boleh pulang? Kepalaku juga nggak terasa sakit lagi. Lihat ini!" Rena menggeliat-geliat di atas ranjang."Belum boleh," tegas Felix.Sang dokter memasukkan suntikan di selang infus. Biasanya perawat yang melakukan pekerjaan itu. Tapi selama tiga hari berturut-turut ia sendiri yang mengerjakannya.Jelas sekali ia telah terpikat pesona sang janda. Dan setiap kali berjumpa, wanita itu selalu menunjukkan pesona yang berbeda.Adakalanya Rena bersikap dewasa layaknya orang tua yang telah mengalami banyak hal. Terkadang seperti anak kecil kala Felix menggoda. Tak jarang pula Rena menunjukkan sisi lembut yang selalu berhasil Felix berdebar."Kamu nggak pernah pulang? Perasaan nggak ada dokter lain yang datang."Felix membuang muka. "Pasien-pasien di sini nggak banyak. Nggak sembarang dokter juga bisa naik ke sini.""Oh, berarti kamu punya posisi spesial di rumah sakit ini. Tapi kenapa kamu bisa nggak tahu siapa orang yang membawaku ke sini?"Dari awal Rena men
Baca selengkapnya
Chapter 23 : Datang dan Menghilang
Siska datang pagi-pagi sekali untuk menjemput Rena. Melihat temannya tampak lesu, ia bertanya, "Mana si dokter ganteng, Ren?""Nggak tahu. Dari pagi tadi dokternya ganti. Biasanya cuma ada Felix di sini."Rena mengambil nafas panjang. Rasanya ada yang kurang.Tiap pagi sampai sore dan terkadang sampai malam pria itu tak pernah absen menemani. Tapi tiba-tiba saja Felix tak bisa dihubungi."Kenapa nggak ditelepon saja?""Sudah beberapa kali. Yang jawab cewek.""Hah! Siapa? Pacarnya?""Bukan. Operator. Handphonenya mati."Seorang dokter paruh baya datang menyapa. Memberikan obat dan beberapa pesan pada si pasien. Lalu mengantar mereka sampai ke depan lift.Rena memutar badan. Melihat sekali lagi lorong mewah VVIP. Sepintas ia melihat bayang-bayang Felix berlari sambil tersenyum jahil ke arahnya.Tak bisa dipungkiri, hubungannya dan Felix lebih dari sekedar dokter pasien saja. Karena itu, ia sedikit kecewa sang dokter tak datang di saat-saat
Baca selengkapnya
Chapter 24 : Dua Pria Tampan
Rena menghirup udara segar pagi hari di balkon apartemen. Sambil menyeruput teh hijau pekat, ia mengambil novel lalu mulai membaca bab akhir cerita.Walaupun penasaran oleh akhir cerita tragedi yang sangat disukainya, akan tetapi ia tak dapat berkonsentrasi menggabungkan kata demi kata dalam novel itu. Pandangannya mengikuti bayangan hitam di balik kaca buram yang memisahkan balkonnya dengan milik pria itu.Aroma kuat kopi hitam menusuk hidung. Rena tak suka menghirup bau menyengat di pagi hari. Namun ia tetap diam tak beranjak dari kursi goyang.Tanpa melihat langsung sosok pria itu pun jantungnya bergemuruh tak karuan. Rena penasaran dengan pria tampan itu. Tapi ia selalu kehilangan rasa percaya diri di hadapannya."Haruskah aku menyapa?" bisiknya pada diri sendiri, "Nggak, nggak. Nanti malah dikira keganjenan."Rena kembali fokus pada novel di tangannya. Meskipun benaknya terus melayang ke apartemen tetangga."Pagi, Rena." Billy mendongak dari ujung kaca p
Baca selengkapnya
Chapter 25 : Duel
"Ca- calon pacar?" Rena terbata-bata.Setelah mendengar berita pernikahan Felix kemarin, Rena telah menghilangkan dugaannya. Meskipun gosip itu tak benar, menurut Felix. Dan ternyata insting Rena tak salah. Pria itu memang menyukainya!"Itu... Itu..." Sang dokter menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.Sementara Billy yang sedari tadi menahan diri bergegas menarik kerah Felix agar menjauh dari Rena. "Keluar sekarang juga!" hardiknya."Tapi Dokter Felix masih belum selesai meresepkan obat untuk saya, Pak." Rena memprotes.Kali ini ucapan Rena tak dapat mempengaruhi pria itu. Billy mendorong maju badan Felix hingga mereka saling bertatapan. Jarak mereka hanya terpisah beberapa senti.Baik Billy maupun Felix memasang tampang garang. Tak mau kalah, Felix mengerahkan kekuatan untuk melepaskan diri. Kini mereka saling tarik-menarik. Hingga kepalan tinju Billy melayang tepat mengenai wajah putih mulus sang dokter.Felix sedikit terkejut lalu dalam sekejap membalas menghantam perut Billy.
Baca selengkapnya
Chapter 26 : Bos Kejam
"Fasilitas untuk rekan bisnis. Memang apa yang kamu harapkan?" bisik Billy."Ah..." Rena menyembunyikan wajah karena terlalu malu. Ia menggigit bibir bawahnya. Tak bisa dipungkiri, ia kecewa dengan jawaban Billy.Anehnya, debaran cepat di dada Rena kembali normal. Benar, dari sejak bercerai dengan Dhani, Rena telah memutuskan untuk lebih berhati-hati mengenal lelaki. Ia tak mau lagi merasakan sakit hati.Rasa kecewa tadi sontak berubah menjadi kelegaan. Bukan waktunya ia jatuh cinta lagi. Ia pernah bertekad agar bisa menjadi wanita karir yang mandiri. Tanpa dibayang-bayangi ketakutan dikhianati suami.Rena mengambil nafas panjang. Ia berulang-ulang memotivasi diri sendiri dalam hati."Terima kasih, Pak Billy. Saya akan memanfaatkan fasilitas yang Pak Billy berikan dengan baik. Bapak nggak akan kecewa dengan kinerja saya dan Bu Siska," kata Rena percaya diri. Kali ini ia berani menatap lurus pria itu.Billy pun merasakan perubahan mendadak sang janda. Tak ada lagi senyum malu-malunya.
Baca selengkapnya
Chapter 27 : Kencan
Orang gila itu tak lain adalah Billy. Ia menyeringai sambil berjalan ke arah mobil Felix.Billy memang tak menabrak mobil Felix dengan keras. Namun bagian belakang sedikit penyok."Pak Billy..."Felix mengerang memegangi kepala sambil mengumpat. "Kamu nggak apa-apa, Ren?" Ia memastikan tak ada goresan di kulit mulus Rena."Kamu? Kepalamu nggak apa-apa?"Felix menyadari kedatangan Billy tepat di balik pintu mobil. Pria itu mengetuk kaca jendela tanpa menunjukkan sedikit pun penyesalan. Rena cepat-cepat memegangi lengan Felix."Lepasin, Ren! Aku akan menghajar orang gila itu!""Jangan! Kita pergi saja. Kamu nggak kasihan sama aku?" Rena memelas.Felix mendengus kesal. Ia tak mau amarahnya membuat Rena cemas. "Oke."Ketika Felix menghidupkan mesin, Billy berdiri di depan kap mobil. Ia memutar ke arah tempat duduk Rena. Lalu memaksa membuka pintunya."Ikut aku sekarang!" Billy menarik tangan Rena."Jangan kurang ajar!" teriak Felix.Dua pria itu menarik kedua tangan Rena. Seperti anak keci
Baca selengkapnya
Chapter 28 : Keputusan Sepihak
Rena duduk diapit oleh Billy dan Bella. Di hadapan mereka, ayah dan ibu Billy tengah meneliti Rena. Meskipun wajah-wajah itu tersenyum ramah, Rena dapat merasakan ketegangan di antara mereka.Kakek Billy sedari tadi memberondong Rena dengan banyak pertanyaan. Mulai dari orang tua, tempat kelahiran, nilai-nilai akademis dan hal-hal umum lainnya.Mirip orang tua Dhani dulu. Bedanya, keluarga Billy tak banyak berkomentar dengan jawaban Rena. Kakek Billy pun hanya mendengar sambil mengangguk-angguk.Sementara itu, Bella tampak acuh oleh kehadiran Rena. Namun tidak dengan sang janda. Ia sedikit terganggu berdekatan dengan adik Billy itu.Ucapan dua perawat dulu tak sekedar omong kosong belaka. Dari sisi mana pun tak ada yang kurang dari penampilan Bella. Wajah kecil, hidung mancung, bibir tipis kemerahan dan kulit putih mulus. Kala berdiri, orang bisa melihat jelas tubuh semampai wanita itu."Anak ini kadang sudah diatur. Sudah lama Kakek ingin lihat dia menikah.
Baca selengkapnya
Chapter 29 : Sang Mantan
"Maaf, malam-malam mengganggu waktu istirahatmu.""Sama sekali nggak ganggu. Aku malah senang kamu menghubungiku lebih dulu dari orang lain.""Masuk dulu, yuk."Mereka meninggalkan lantai basement menuju apartemen Rena. Pintu lift terbuka ketika layar menunjuk lantai dua puluh lima.Sepasang kekasih yang tampak mesra masuk ke dalam ruang kecil lift itu. Rena terkejut melihat sosok yang akrab di matanya."Mas... Dhani?"Dhani yang tengah merangkul mesra seorang wanita buru-buru melepas tangan. Seolah ia baru saja kedapatan selingkuh di depan istrinya. Sejenak lupa ia telah bercerai dengan Rena."Siapa, Ren?" tanya Felix penasaran."Rena... Ngapain kamu di sini?" Dhani kembali memeluk kekasihnya dengan bangga saat tersadar."Aku tinggal di sini," jawab Rena singkat dan acuh.Rena membuang muka lalu kembali bercakap-cakap dengan Felix. Ia memasang mimik ceria ketika Felix melontarkan lelucon-leluconnya. Meskipun perasaannya campur aduk melihat ma
Baca selengkapnya
Chapter 30 : Pencuri
Sudah beberapa minggu Rena tak berjumpa dengan Bagas. Hari saat Rena kecelakaan, Ambar menggantikan pekerjaan Rena. Setelah itu, Bagas kembali ditugaskan ke luar kota. Pria itu hanya mengirim pesan singkat yang benar-benar singkat.Cepat sembuh. Hanya itu saja.Rena berulang kali menyapa dan bertanya kabar lewat pesan tapi Bagas tak menanggapi. Sang pengacara pun tak pernah mengangkat teleponnya.Rena merasa Bagas menghindarinya. Entah apa sebabnya, Rena tak bisa menemukan jawaban pasti.Dan hari ini, ia akan bertemu lagi dengan Bagas untuk urusan pekerjaan. Rena merasa sedikit gugup sekaligus canggung. "Tapi kenapa Mas Bagas bisa ikut perwakilan Volker Corp? Masa perusahaan sebesar itu nggak punya ahli hukum sendiri?""Ha? Aku kira kamu dekat dengan Bagas, Ren. Dia kan memang kerja di perusahaan inti Volker Corp, bukan anak cabang. Dia itu juga tangan kanan si breng- si Billy.""Serius? Kok kamu nggak pernah bilang, Sis?""Aku pikir kamu sudah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status