Semua Bab Wanita Pilihan Mafia: Bab 11 - Bab 20
128 Bab
Bab 11. Nikahi Saya secara Agama
Salwa mundur satu langkah ke belakang, menggelengkan kepala menanggapi perkataan mesum Sean Arthur. Mengapa pria kaya dan dewasa justru menganggap rendah kaum rakyat jelata sepertinya?"Saya tidak mau."Dia menunduk lagi. Air mata yang sebelumnya sempat diseka, kini berderai kembali. Sesak, itulah yang ia rasakan saat ini. Kehormatan dan harga diri adalah hal terpenting baginya. Ia memang bukanlah seorang agamis yang suci dan tidak berlumur dosa, tetapi ia cukup paham jika memberikan tubuh kepada seseorang yang bukan mahramnya adalah hal yang salah, dosa besar. Bahkan, agama memberikan hukuman cambuk seratus kali bagi wanita dan pria single yang nekat melakukannya."Uang pun tidak ada. Kau bisa keluar sekarang. Aku tidak akan menahanmu lagi. Jika terjadi sesuatu terhadap ayahmu, maka ... kau yang akan disalahkan."Sean menyeringai tatkala melihat gurat ketakutan di wajah Salwa. Perempuan itu mendadak ragu setelah mendapatkan jawaban dingin dari Sean Arthur. Nyawa ayahnya benar-benar d
Baca selengkapnya
Bab 12. Pernikahan Rakyat Jelata
"Apa kau sebenarnya ingin mengikatku secara diam-diam?" Sorot mata lelaki itu mengisyaratkan tuntutan akan jawaban. Dia telah terbiasa menjadi seseorang yang dipuja. Banyak wanita terpedaya dengan fisik serta kekayaannya. Pasti wanita di depannya ini tak berbeda jauh dengan wanita kebanyakan. Dia pura-pura menolak, tetapi menginginkan hal lebih, yaitu menginginkan tangkapan yang lebih besar dari sekadar cinta satu malam."Tidak, Tuan. Saya tidak memikirkan hal itu. Saya hanya ingin membayar pengobatan operasi ayah saya. Tidak lebih. Tuan bisa menceraikan saya jika Tuan sudah tidak menginginkan saya." Salwa menunduk, merasakan sakit di relung hatinya, membayangkan bagaimana sebuah pernikahan didasari oleh keputusan satu orang saja, sementara dirinya harus pasrah bagaimana Sean Arthur memperlakukannya. "Saya berjanji tidak akan mengganggu kehidupan Tuan setelah perceraian itu."Setetes air mata telah meluncur dengan lancar membasahi pipi. Salwa merasa sudah tidak berhak atas hidupnya la
Baca selengkapnya
Bab 13. You're Mine
Angin malam itu berdesik, mengembuskan dedaunan di jalanan yang tampak sepi itu. Dingin malam terasa menusuk kulit, menggigilkan tubuh yang sudah keras kepala datang menentangnya. Di atas balkon kamar hotel nomor 101, Salwa menatap bangunan-bangunan di bawah sana yang berderet memanjang serta rapi. Jalanan yang sebelumnya ramai, sudah tak sepadat beberapa jam lalu, hanya terlihat beberapa kendaraan yang berlalu-lalang dengan pendaran lampu yang benderang menerangi.Tiupan angin menerpa wajah Salwa, mengibarkan helai demi helai rambut panjangnya yang menjuntai sebatas punggung. Malam ini adalah malam pertama di mana ia berstatus menjadi seorang istri. Istri rahasia orang berpengaruh dan entah apa lagi yang Salwa ketahui tentang suaminya itu. Salwa buta akan jati diri seorang Sean Arthur. Yang perempuan itu ketahui, Sean Arthur adalah manusia jahat dan tidak berperikemanusiaan. Dia terpaksa harus menjalani pernikahan yang tidak jelas bagaimana masa depannya. Ia hanya bisa pasrah menjala
Baca selengkapnya
Bab 14. Kau Bisa Merayunya
Entah sudah berapa kali lelaki itu melakukan malam panasnya bersama Salwa. Seolah tidak ada kata puas dan lelah, Sean tak mengizinkan Salwa beristirahat sedikit pun. Perempuan itu terlalu letih, hingga akhirnya tepat ketika waktu menunjukkan pukul tiga pagi, dia sudah tidak tahan lagi. "Salwa, Salwa." Sean mengguncang bahu perempuan itu, berniat membangunkan Salwa yang telah tertidur karena terlalu lelah. "Ehhmm." Salwa hanya menjawab dengan gumaman, matanya sangat sulit terbuka karena lelaki itu menyiksanya semalam suntuk. "Bangun! Hei, ayo bangun!" Kembali guncangan dilakukan oleh Sean Arhur, tetapi Salwa mengempaskan tangan yang menyentuh bahunya yang tak berpenghalang itu. Sean mengeram. Berani sekali perempuan itu mengibaskan tangannya? Dengan gemas, lelaki itu menggigit kecil bahu Salwa. "Aaarhggh!" Salwa sangat kesal. Dengan mata terkatup dia membentak Sean Arthur. "Tuan, tolong biarkan saya tidur!" Salwa mendorong kepala Sean yang sedang menunduk di bahunya. "Saya sangat
Baca selengkapnya
Bab 15. Merawatnya
"Me-rayu?" Salwa bertanya dengan gugup. Saran dari Alan sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Sampai saat ini, Salwa belum bisa menerima kenyataan bahwa statusnya adalah istri dari Sean Arthur. Apalagi dia masih diperlakukan layaknya pembantu, bukan seperti seorang istri dari pengusaha kaya dengan menikmati segala aset dan kemewahan yang dimiliki suaminya. Dia tahu diri, karena pernikahan yang ia lakukan hanyalah sebuah kesepakatan belaka. Bukan atas dasar cinta dan saling menginginkan. Salwa tak ubahnya property yang telah Sean beli setelah kesepakatan itu dibuat. Ya, mana mungkin Salwa bisa meminta hak lebih sementara dirinya lah yang menjual diri kepada Sean Arthur. Dia merasa sudah tidak memiliki harga diri di depan lelaki itu. "Ya, kau bisa mencobanya dengan ... memeluk dan menciumnya tanpa diminta." Alan meletakkan tangannya, memosisikan sedikit menutupi bibirnya dari arah samping, lantas ia berkata, "Sean sepertinya tertarik kepadamu, tetapi jangan mengharap ia akan m
Baca selengkapnya
Bab 16. Kecanduan Salwa
"Aku bilang jangan datang. Kenapa kau masih datang juga?"Sean terus saja memprotes kehadiran Alan. Lelaki itu paling tidak suka jika ada orang lain tahu ketika dirinya sakit. Lelaki yang selalu menjaga kesehatan, rajin berolahraga, dan menjaga pola makan tersebut sangat jarang atau bahkan hampir tidak pernah sakit."Salwa yang menghubungiku. Aku tidak mungkin mengabaikan panggilan wanita cantik."Perkataan Alan yang terkesan bercanda itu justru memantik kemarahan Sean. Lelaki itu menatap tajam ke arah Alan sehingga teman sekaligus dokter pribadinya itu meringis agar Sean tak marah kepadanya."Apa kau mulai menyukainya?" Alan berkata setelah selesai memeriksa kondisi Sean. Lelaki itu duduk di atas ranjang dengan Sean masih berselonjor bersandar di punggung ranjang."Tidak mungkin. Kau mengenalku. Aku hanya penasaran dengannya. Tidak lebih.""Kau yakin? Ini sudah dua minggu lebih kau mengurungnya di penthouse. Kau tak mengizinkannya keluar untuk menatap dunia luar. Aku merasa sikap pos
Baca selengkapnya
Bab 17. Bersikap Agresif
Di tengah meja makan, Salwa telah menyiapkan sarapan seperti biasanya. Perempuan itu tak sempat merapikan rambutnya lantaran bangun kesiangan. Rambut masih basah dan tergerai di punggung. Ia hanya mengenakan kain penutup seperti bando yang merupakan bagian dari seragam kerjanya.Sean menuruni tangga, menatap lurus ke arah meja makan yang sudah tersedia menu makan pagi di atasnya. Tentu saja rasanya begitu lezat, setidaknya itulah yang Sean rasakan. Apa pun yang Salwa masakkan, ia bisa menghabiskannya meskipun terkadang perempuan itu tak mengikuti prosedur yang ada di buku resep. Bahkan, Sean tak rela membaginya dengan Leon ketika lelaki itu membawa masakan Salwa sebagai bekal. Sikap posesifnya merambah ke makanan."Tuan."Salwa mundur selangkah begitu melihat Sean menuju meja makan. Seharusnya ia langsung pergi dari tempat itu karena menurut peraturan yang tertulis, pelayan wajib meninggalkan area meja makan ketika sang majikan sedang menimati makanannya. Namun, alih-alih pergi menjau
Baca selengkapnya
Bab 18. Perempuan Penggoda
Sean bersandar di kursi putar, menekuk kedua tangannya di depan dengan menyatukannya di bawah dagu. Matanya menatap serius seseorang yang baru saja pulang dari luar negeri karena mengusut masalah ekstern perusahaan.Dialah Abust Harris, pria berusia dua puluh delapan tahun yang merupakan kaki tangan Sean Arthur. Selain Leon, Abust juga memiliki andil besar dalam perputaran roda uang di perusahaan.Sikapnya yang tegas dan sedikit tempramen, membuat Sean meletakkan Abust di bagian penagihan. Perusahaan-perusahaan yang terlibat utang piutang juga pemacetan siklus pembagian deviden merupakan tanggung jawab Abust. Selain pandai melobi, lelaki itu juga disegani karena kepribadiannya yang tegas dan berwibawa. Namun, setegas-tegasnya Abust, dia tidak akan berkutik jika berada di hadapan Sean Arthur."Perusahaan Yang Group mulai meresahkan. Mereka bermain saham secara licik. Mereka mencuri rahasia perusahaan pesaing dengan mengancam para pegawainya. Aku merasa beberapa orang yang telah kaupeca
Baca selengkapnya
Bab 19. Arti Genggaman Tangan
Sean masih mempertahankan posisinya, membiarkan Salwa memeluknya dengan tangan dan kaki berada di atas tubuhnya. Dia mendesis di saat perempuan itu semakin berulah padahal matanya sedang terpejam rapat.Salwa dengan tanpa dosa menyelusupkan wajahnya di ceruk leher Sean, memeluk rapat tubuh kekar itu layaknya guling yang menghangatkan.Sialan kau Salwa!Detik jam terus berputar, menyintas waktu yang terasa begitu lama dari biasanya. Sean masih terbaring kaku dengan Salwa tak mengubah posisinya. Dia mengeram, merasa tidak sabar lagi dengan ulah perempuan itu. Bagaimana bisa dia yang harus mengalah? Di sini dia adalah tuannya, bukan Salwa.Sejenak lelaki itu berpikir, apakah ia harus membangunkan Salwa dan menagih janji perempuan itu. Bukankah dia sudah berbaik hati dengan membiarkan perempuan itu untuk tertidur selama tiga puluh menit. Harusnya waktu tiga puluh menit sudah lebih dari cukup untuk melepaskan penat yang sejak seharian Salwa pikul.Sean menghela napas panjang, lalu mengembu
Baca selengkapnya
Bab 20. Pembalasan Setimpal
Sebuah pusat perbelanjaan menjadi tujuan Sean kali ini. Sejak keluar dari mobil, lelaki itu tak sekali pun melepaskan genggamannya dari tangan Salwa. Entah mengapa jiwa posesifnya kian menjadi-jadi meski tanpa ia sadari. Berjalan bergandengan, tetapi raut wajahnya tetap dingin dengan sorot mata yang menatap lurus ke depan.Apakah pasangan itu tampak romantis?Tentu saja tidak. Salwa merasa seperti sedang diseret-seret oleh Sean. Langkah lebar dan cepat lelaki itu sama sekali tak selaras dengan langkah kecil Salwa sehingga perempuan itu tampak kesulitan mengimbangi langkah lebar Sean yang sedari tadi menggandeng tangannya."Tuan, bisakah Tuan memelankan jalannya? Apakah kita sedang dikejar-kejar penagih hutang?" Salwa bertanya dengan napas memburu dan sedikit ngos-ngosan, mencoba menyadarkan Sean bahwa dirinya kewalahan mengimbangi langkah lelaki itu yang seperti sedang dikejar hantu."Kau terlalu lamban." Helaan napas terdengar dari bibir lelaki itu, menatap kesal ke arah Salwa. "Ayo,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status