All Chapters of Kami Tanpa Kamu : Chapter 21 - Chapter 30
105 Chapters
21. Kampung Halaman
Angin berembus menerbangkan helain rambutku, Mas Malik meminjam mobil kakak iparnya. Kami menuju ke Menggala, kabupaten Tulang Bawang rumah bibi dan pamanku. Besok adalah hari pertama puasa, mau ziarah ke makan orang tuaku sekaligus nenek kakek Mas Malik. Kampung halaman Mas Malik dari pihak Ayah ada di Tulang Bawang. Keluarga Mas Malik kenal dekat dengan paman dan bibi karena orang tua mereka pernah satu sekolah. Lalu memperkenalkan kami, menjodohkan kami yang katanya cocok. "Kenapa ibu nggak mau ikut, Mas?" tanyaku. "Jaga rumah." Mata Mas Malik fokus melihat ke jalan, sebenarnya dia punya motor. Biasanya kami ke Menggala atau ke daerah lain berboncengan. Namun hari ini dia bersikeras untuk meminjam mobil. Katanya takut kandunganku yang sudah memasuki usia ke sembilan kenapa-napa. Perhatiannya terkadang membuatku luluh, berpikir mungkin masih ada kebaikan dan rasa sayang darinya. Melunturkan sikap kasar yang selama ini telah menyakiti perasaanku. "Kalau Bapak, lebaran tahun ini
Read more
22. Bukan Keluarga
Sesampainya di rumah paman dan bibi, Mas Malik langsung disambut, garis bawahi bahwa yang disambut hanyalah Mas Malik. Bukan diriku. "Assalamualaikum." Sapaku dan Mas Malik berbarengan."Waalaikumsalam.""Harusnya kemarin kita ke sini, tapi karena repot baru bisa sekarang." Ungkap Mas Malik. Padahal kemarin ketika aku ajak ke sini dia bilang malas berangkat malam saja, biar tidak perlu menginap katanya. Sore ke makam dan langsung pulang. Jadi kami berangkat tengah malam. Dan di sini hanya siang hari. Ibu mertua juga mengomel kalau sampai kami menginap, katanya lebih baik berangkat malam dari pada menginap di rumah orang. "Kami nunggu dari pagi, Bibi sudah masakin gule kambing." Bibi sangat antusias dan senang. Paman dan bibi memiliki dua anak, semuanya kerja di Jakarta. Mereka masih muda dan belum menikah. Bilqis bekerja sebagai SPG dan Nazir sebagai satpam. Pulang ke Lampung hanya saat lebaran. "Makasih, Bik." Kami masuk dan makan siang bersama, shalat dzuhur lalu Mas Malik ng
Read more
23. Masa Lalu
Bagi Rizal, keluarga adalah sesuatu yang semu. Bagaimana rasanya memiliki keluarga dia tidak tahu. Ingatan tentang orang tuanya yang harmonis tidak ada sama sekali. Hanya bapak yang suka memukul, ibu yang selingkuh dan dirinya yang terus menangis. Lebaran baginya sama saja dengan hari biasa, tidak ada yang harus dia sungkem tangan untuk minta maaf. Ada bunda di panti asuhan. Tapi tidak terlalu dekat. Dia lepas dari panti sejak lulus SMP. Diterima di SMA negeri di Bandar Lampung dengan beasiswa. Lanjut kuliah di UNILA dengan beasiswa juga.Untuk kebutuhan sehari-hari dia bekerja, menghidupi diri sendiri. Dalam kesendirian, tanpa teman karena terlalu sibuk bekerja. Tidak ada keluarga, apalagi pacar. Kesamaan nasib dengan Hana membuat mereka dipertemukan dalam satu lebaran yang berkesan. Saling mengisi makna lebaran hingga lupa bahwa mereka tidak memiliki keluarga. "Aku emang nggak punya keluarga, Kak. Tapi aku janji sama diri sendiri kalau anakku nanti harus lebaran bareng keluarga."
Read more
24. Kesempatan Yang Diberikan
"Ayah angan angis," ucap Cheril. Menghapus air mata Rizal yang terus menetes. Sekarang, apa bedanya dia dengan ibu? Tidak ada. Malah dia lebih buruk, walaupun sudah menemukan ibu yang tengah sakit. Rizal tidak memaafkan dan menemui saja tidak mau. Tapi Cheril, meski sudah ditinggalkan tetap mau memanggilnya 'Ayah' bahkan meminta maaf padahal tidak salah. Juga menghapus air matanya. Rizal berjongkok, dia membawa Cheril ke dalam pelukannya. Erat seperti tidak akan pernah dia lepaskan. "Maaf, maafkan Ayah." Tangan Cheril melingkar di leher Rizal, tidak tahu apa yang membuat ayahnya menangis sampai semua orang di rumah sakit itu mengamati mereka. Satu hal yang Cheril tahu, dia tidak suka ayahnya sedih. Hatinya juga ikut terluka melihat ayahnya mengeluarkan air mata. "Ayah akit?" tanyanya. Mencari tahu kenapa ayahnya bisa menangis sampai segitunya. "Maafkan, Ayah. Maaf, Nak. Maaf." Kalimat itu terus Rizal ulangi dengan derai air mata, berusaha melepaskan beban berat di hati meskipu
Read more
25. Jujur
Langit sore menampilkan awan hitam, hampir tak ada celah cahaya untuk masuk. Waktu menunjukkan pukul lima, Rizal tidak sabar pulang untuk berbuka puasa bersama Cheril. Dia menumpuk berkas dan menaruhnya di pojok kanan, lalu memasukkan laptop di tas hitam serta beberapa berkas yang akan dikerjakan di rumah. "Mau ke mana?" tanya Yuno. "Pulang, ini kan sudah habis jam kerja." "Kamu nggak mau lembur?""Nggak, terima kasih." Rizal berjalan keluar dari ruangan, tidak menghiraukan panggilan Yuno yang berteriak. Baginya pekerjaan bisa dilakukan nanti, sekarang yang terpenting adalah berbuka puasa bersama putri kecilnya. Lift penuh, dia harus menunggu beberapa menit dan mengantri bersama karyawan lain untuk turun ke bawah. Sesampainya di lobby ternyata Rizal sudah ditunggu Marsha. Gadis bermata cantik dengan rok abu-abu. Terlihat sangat anggun. "Buka puasa bareng, yuk?" Ajaknya. Rizal bingung, dia sudah berjanji akan berbuka puasa bersama Cheril. Tidak boleh ingkar janji. Lagi pula anak
Read more
26. Kesempatan Yang Diberikan
Semudah itukah Marsha menerima semuanya? Terbuat dari apa hati wanita di hadapannya ini? Sangat lembut tak terkira sampai membuat Rizal tercengang. Apakah Marsha bisa menjadi Ibu sambung yang baik untuk Cheril? Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Rizal membalas genggaman tangan Marsha sembari tersenyum. Mereka melanjutkan makan lalu shalat magrib di masjid tidak jauh dari sana sebelum mengantarkan Marsha pulang. Sementara itu di apartemen, Cheril murung karena ayahnya tidak pulang untuk buka puasa bersama. Dia membantu Bi Sarah membereskan meja makan. Mengelapnya meski Bi Sarah melarang, dia kangen ibu yang mungkin sedang mengelap meja sepertinya. "Ayah Non Cheril sedang sibuk kerja, cari uang untuk Non Cheril. Jangan sedih, besok kan masih bisa buka puasa bareng.""Elil gak suka uang." Seberapa pun uang yang diberikan tidak bisa membeli kebersamaan yang dia inginkan. Padahal kata Ayah, mereka kan menghabiskan waktu bersama. Apakah benar itu bisa terwujud? Pintu ap
Read more
27. Ratih
Rumah tangga bukan atas dasar cinta, kerinduan yang tak pernah ada. Keharmonisan bagaikan impian semu yang tidak akan terwujud. Kupikir semuanya masih bisa kulalui asal kami tetap saling memiliki satu sama lain. Bagaimana bisa hati ini bertahan jika Mas Malik membawa perempuan lain ke dalam rumah tangga? Istana yang sudah retak kini menjadi hancur. Aku tidak bisa melihat rumah tangga ini bisa diperbaiki lagi. Bagiku, Mas Malik adalah orang kedua setelah Cheril yang paling penting dalam hidupku. Meskipun dia cuek dan kasar, selama ini aku masih berharap bahwa rumah tangga kami akan tetap bertahan. "Hana ini Ratih, Ratih ini Hana. Kalian harus akur." Ungkap Mas Malik ketika Mbak Ratih datang dengan koper besar dan tas ransel.Hari yang aku takutkan itu datang, lebih cepat dari dugaan. Persiapanku belum sempurna. Hanya sempat mengambil foto copy bukti nikah berupa surat-surat yang Mas Malik palsukan untuk menipuku. Dulu, pernikahan bagiku bagikan istana. Ikrar saling setia, sebuah ke
Read more
28. Hati Yang Beku
Aku kembali ke kamarku, dekat dengan dapur. Sempit dan kasurnya keras. Sejak dari rumah Paman aku sudah menangis setiap hari. Sekarang ingin menangis lagi air mataku terasa kering. Toh, bukan sekali dua kali menderita. Tas ransel di pojok lemari aku keluarkan, mengemasi barang-barang yang bisa aku bawa pergi. Tempat kaburku hanya kepada Diandra, sekarang dia ada di kota Metro. Hanya satu jam dari Bandar Lampung. Sebelum sahur aku harus pergi ke terminal. "Aku tidak boleh membawa Cheril dalam rumah tangga seperti neraka ini." Foto Cheril ikut aku masukkan ke dalam ransel. Celengan berbentuk ayam aku buka menggunakan pisau, menghitung uang seribuan. Hanya ada tujuh ratus ribu. Biaya persalinan tidak akan cukup, semoga Diandra bisa membantu. Aku tidur hanya tiga jam, jam dua pagi menyelinap keluar dari pintu belakang. Tidak meninggalkan surat apapun. Mereka tidak akan sadar sampai sahur. Berjalan kaki cukup jauh menuju terminal. Jam tiga pagi terminal bus sudah ramai orang, aku memes
Read more
29. Kabur
Aku tidur sampai dzuhur di rumah orang yang tidak kukenal, kamar yang di atasnya dihiasi pernak-pernik bintang. Foto di nakas menampilkan keluarga dengan seragam baju batik. Sepasang orang tua, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Sempurna sekali keluarga ini. Tidak semua orang diizinkan bahagia seperti mereka, salah satunya adalah aku. Sekalipun sudah berusaha sekuat tenaga memiliki keluarga dan bahagia, nyatanya dari awal aku tidak memiliki apapun dan sampai sekarang tetap tidak memilikinya. Aku keluar dari kamar, belum berkenalan dengan pemilik rumah. Semoga mereka mau mengabulkan keinginanku untuk tinggal selama 3 hari. Itu waktu yang cukup sampai Mas Malik mencariku lewat Diandra. "Kamu sudah bangun, Nak. Istirahat saja, nanti kalau sudah mau buka puasa Bunda panggil."Bunda? Ramah sekali memintaku memanggil bunda. Wajahnya cantik meski memasuki usia separuh baya, memakai kacamata dan bibir yang terus tersenyum. "Aku udah mendingan, Bu." Mataku melihat sekeliling, rum
Read more
30. Andai Punya Keluarga
Aku membantu wanita yang aku panggil bunda itu membuat masakan buka puasa, ternyata beliau tidak terlalu ahli memasak. Dibandingkan denganku yang memiliki mertua dan suami yang suka protes. Bunda hanya masak makanan sederhana. Meskipun demikian, aku yakin suami dan anak-anak Bunda tidak protes. Keluarga ini sangat baik dan sempurna, mereka tidak ada yang menyuruh-nyuruhku, meskipun aku hanya tamu tidak diundang.Baru ini kegiatan masak menyenangkan, si anak perempuan keluarga ini datang ke dapur. Ingin membantu membuat kolak katanya. "Kakak kan hamil, duduk saja. Biar aku yang bantu Bunda." Katanya. Mungkin karena dibesarkan dari keluarga baik-baik, anak perempuan ini juga tumbuh dengan baik. Sekali lagi aku iri. Andai aku memiliki keluarga seperti ini. Setelah berbuka bersama, aku sangat bersyukur karena kepala rumah tangga ini alias ayahnya Kahfi memberi izin tinggal. Aku boleh menempati kamar atas, milik anak pertama. "Tidur sama aku aja, kalau ke kamar atas nanti diapa-apain
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status