All Chapters of Kami Tanpa Kamu : Chapter 11 - Chapter 20
105 Chapters
11. Anak Kecil
Rapat berjalan normal, tidak ada yang aneh. Rizal mencatat hal penting selama rapat. Proyek pembangunan apartemen di daerah Bekasi, Yuno jelaskan dengan rinci. Lalu melimpahkan tugas ke beberapa orang mumpuni yang bisa menjalankan dengan baik. Hari itu semua berjalan lancar, mereka istirahat untuk shalat jumat. Berkali-kali Rizal melihat ke ponselnya. Penyelidikan tentang Hana dan Cheril belum juga ada hasil. Katanya, Dimas sedang berusaha. Minimal hari senin besok datanya akan lengkap. Setelah shalat jumat, Rizal berjalan beriringan dengan Yuno menuju kantor. Di belakang dan depan ada beberapa pengawal, penjagaan Presdir WterSun Group sangatlah ketat. "Kudenger ibumu minta dijenguk?" tanya Yuno, dia mengancingkan kemejanya. Langit cerah dengan awan putih, udara panas menyengat mereka rasakan ketika sedang berjalan. Menambah volume keringat membasahi kemeja."Aku tidak akan datang. Membiayai rumah sakit dan menjamin hidupnya itu sudah cukup."Seorang ibu yang meninggalkannya ketik
Read more
12. Tidak Bersalah
Pekerjaan menumpuk dan harus lembur, ada rasa tidak nyaman di hati Rizal. Pikiran yang terus berkecamuk di benak. Hana dan Cheril. Rasa cemburunya hingga membuat hati nurani memudar. Andai Hana datang tanpa status memiliki suami, mungkin ia akan menerima Hana sekalipun wanita itu sudah memiliki dua anak. Tidak peduli siapa ayah dari anak-anak Hana. Pukul satu malam Rizal pulang ke rumah, membuka kamar Cheril. Terlihat bocah kecil itu tidur dengan ditemani Bi Sarah yang menginap. Perlahan Rizal menutup pintu kembali, kepalanya bersender di sana. Memejamkan mata, mengingat bahwa dia tidak memiliki orang tua sejak kecil. Tidak tahu arti dari keluarga. Tiba-tiba ada anak kecil yang terus memanggilnya ayah, bagaimana dia tidak terkejut? Wajar jika berpikir bahwa semua ini hanya tipuan. Lebih menyakitkan lagi yang menipu adalah Hana, wanita yang dia cintai.Pagi harinya dia berangkat ke kantor lagi, wajah Cheril tampak sedih. Dia tahu bocah itu sangat ingin diperhatikan olehnya. "Elil
Read more
13. Kata Marsha
"Kami akan membeli sepatu," ucap Rizal. Mengelus punggung Cheril yang memeluknya. Bocah itu terang-terangan tidak menyukai Marsha. "Aku temenin, yuk. Aku tahu banyak soal fashion." Marsha tersenyum. Rizal mengangguk dan berjalan menuju toko, kali ini mereka bertiga memilih sepatu. Wajah Cheril cerah kembali setelah mendapat sepatu baru berwarna merah muda yang cantik. Dipilihkan langsung oleh Rizal.Bocah itu senang bukan karena sepatunya, melainkan wajah tersenyum Rizal ketika memakaikan sepatu baru. Hal yang sering dia lihat ketika ayahnya Zila menjemput. Mamakaikan sepatu lalu menggendong, sekarang dia juga merasakan hal yang sama. "Elil suka, Yah." Senyumannya lebar. Berhambur memeluk Rizal. Dia menyukai momen ini, keinginannya tercapai. "Sekarang kan sudah ada sepatu, kamu jalan sendiri jangan minta gendong." Rizal melapaskan pelukan Cheril. Membuat wajah bocah itu sedih kembali."Ayah nggak suka gendong Elil?" tanyanya."Bukan gitu, tapi capek dari tadi gendong terus. Janga
Read more
14. Salah
Cheril bingung dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba berubah, belanjaan sudah didapatkan. Mereka berkeliling mencari hal lain. Ada bando cantik berwarna merah muda. Memakai ikat rambut dan bandok bagus adalah keinginannya, dia mendongak ke atas. Rizal tampak sibuk memakaikan ponsel sembari berjalan. "Yah, ngin itu." Cheril menarik ujung baju Rizal. Mencoba mendapatkan perhatian Rizal. "Apa?" Arah telunjuk Cheril menunjuk toko pernak-pernik, ada bando cantik dan segala ikat rambut di sana. Mirip punya Zila yang selalu dipamerkan padanya. Akan sangat menyenangkan jika Cheril bisa memilikinya juga. "Nanti aja beli itu, sekarang temui teman Om dulu."Bukan ayah tapi Om, Rizal menarik tangan Cheril menjauh dari toko itu, segera menghampiri Yuno dan Husna yang sudah menunggu. Mereka naik eskalator, menuju lantai 7. Sekali lagi Cheril melihat bando yang tidak jadi dibeli, dia menurut mengikuti Rizal membawanya naik. Tak apa, katanya nanti beli itu. Dia percaya ayahnya tidak akan berbohon
Read more
15. Kamar
Aku merindukan Cheril, tangan kecilnya selalu menghapus air mataku. Padahal baru beberapa hari berpisah, kerinduan sudah menumpuk seperti ini. Sedang apa anak itu? Apakah bahagia bersama ayahnya? Lipatan baju bocah itu aku taruh di lemari, pakaian lusuh bekas Zila. Apakah Kak Afrizal memberikan baju baru untuk Cheril? Aku sangat penasaran kabar mereka. "Kalau udah lipetin baju cepat beresin dapur, ibu sudah selesai makan." Perintah Mas Malik. Aku segera menutup pintu lemari, berjalan cepat mendekat ke Mas Malik. Pria itu sedang membersihkan gigi dengan lidi. Tadi aku membuat opor ayam. "Mas dapat SMS dari Cheril nggak?" "Untuk apa anak itu SMS?""Aku ngasih nomor Mas kalau seumpama ayahnya Cheril tidak menerima anak itu dan minta dijemput." "Jadi kamu nunggu SMS dari mantan?" "Nggaklah, Mas. Lagian yang pegang Hp kan Mas. Bukan aku." Sikap cemburunya tidak berdasar. Walaupun itu tanda bahwa dia mencintaiku, tapi terkadang membuat sebal. Seakan mencari kesalahan supaya bisa mar
Read more
16. Buku Nikah
Cengkraman tangannya masih sangat kuat, tidak berbelas kasih sedikitpun kepada istrinya yang sedang hamil. Aku merintih kesakitan, mataku berkaca-kaca. Kadang aku bertanya dalam hati, meskipun tidak ada cinta apakah ada kasih darinya untukku? Maksudku, selain pada bayi kita. Bohong jika aku berkata tidak butuh cinta darinya. Semua istri ingin dicintai suaminya. Mendapatkan kasih sayang yang pantas bukan sikap cuek dan kasar setiap hari. Semua istri pasti menginginkan hal itu."Iya, aku pindah." Cengkraman tanganku dilepaskan, napas Mas Malik memburu. Menahan emosi. Bersyukur dia tidak menampar seperti biasanya. Sejak kehamilan masuk ke usia tujuh bulan, aku merasa dia lebih berhati-hati dalam memperlakukan diriku. Untuk anak kita, bukan istrinya. Ibu mertua tersenyum sinis sebelum berbalik, mereka pergi. Tak habis pikir kenapa aku mau tetap berharap bahwa hubungan keluarga ini akan membaik. Belum lahir saja anakku sudah mendapatkan perlakuan tak adil. Malam harinya aku membereskan
Read more
17. Kalimat Ibu
Di halaman rumah keluarga Bagaskara banyak pengawal berjaga, tidak menyapa Rizal yang duduk di tangga teras ditemani angin malam. Matanya melihat ke langit. Awan hitam di antara bulan yang hampir hilang. Sebentar lagi memasuki bulan suci ramadhan. Sejak dibawa oleh Husna dan Yuno, tangisan Cheril tetap tidak berhenti. Dia merengek minta dipulangkan ke ibunya. Terlihat jelas bahwa bocah itu kecewa pada Rizal, tidak mengharapkan bersama lagi seperti sebelumnya. Husna mengusir Rizal keluar supaya Cheril mau berhenti menangis. Masih ditenangkan dan Rizal menunggu di luar rumah selama berjam-jam. Tidak berani masuk meskipun ingin membawa Cheril pulang ke apartemen. "Bang," panggil Yuno. Pria yang sudah dia anggap adik itu mendekat, duduk di sampingnya. Ikut merasakan angin malam. "Gimana Cheril?" "Dia udah tidur bareng Husna. Biarin malam ini dia nginep di sini." Rizal mengembuskan napas berat, kepalanya menunduk. Melihat lantai di antara dua kakinya. Dia sangat menyesal. "Suer, ak
Read more
18. Bando
Ingatan tentang Om Malik yang selalu marah dan ketus ketika dia tidak membereskan rumah. Mungkin Ayah juga seperti itu. Dia ingat ketika minta bando ke Ayah, seperti perkataan ibu dan Om Anton. Tidak boleh merepotkan ayah, nanti ayah tidak menerima dia.Mereka baru bertemu, seharusnya ia tidak minta apapun, bisa bersama Ayah selama sebulan kedepan saja seharusnya dia sudah bersyukur. Jadi, sebenarnya sikap ketus ayahnya kemarin karena dia merepotkan? Pasti karena dia minta bando. Cheril merasa bersalah. Dia harus maaf kepada ayahnya dan tidak akan mengulangi lagi. Apakah jika seperti itu ayahnya akan menerima dia?"Elil mau Ayah." Meskipun kemarin meronta ingin pulang ke ibu, tapi rasa rindunya ke ayah masih begitu besar. Sebenarnya belum ingin berpisah. Apalagi jika pulang tidak tahu kapan lagi bisa bertemu ayah. Dia berjanji akan lebih rajin bersih-bersih dan tidak akan merepotkan. Juga tidak akan minta bando yang mirip punya Zila. Supaya ayah mau menerimanya.Kalau sampai Ayah me
Read more
19. Diajak Pulang
Bagai cahaya yang menyinari dunianya, pelukan hangat dari ayah. Permintaan maafnya, serta bando yang diberikan. Semuanya terasa menghapus rasa sedih dan kecewa. Harapan untuk menghabiskan waktu bersama sampai ramadhan kembali bersinar. Cheril senang dan sekarang memberikan senyum terbaiknya untuk Ayah. "Ayo pulang," ucap Rizal. Cheril mengangguk, bocah itu menoleh ke belakang. Ada Husna yang mengamati mereka. Melihat dengan rasa terharu, lalu memberikan senyum. "Makasih sudah menemani Cheril." Kata Rizal. "Asih Tante.""Sama-sama, kalian hati-hati di jalan."Husna melambaikan tangan, ia ikut terharu melihat ayah dan anak itu mengungkapkan isi hatinya. Rizal mengangkat Cheril, menggendong bocah itu keluar rumah dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya memegang tote bag putih berisi bando. Semalaman tidak tidur, mencari toko yang buka bahkan membangunkan kenalannya. Mencari bando yang diinginkan Cheril, supaya anak itu mau memaafkannya. Tidak disangka malah Cheril yang duluan
Read more
20. Ayahnya Elil
Bubur ayam ditambah, tidak terlalu banyak. Mungkin takut tidak habis. Cheril segera makan lagi, menghabiskan bubur ayam dengan lahap.Bi Sarah sudah selesai makan dan membersihkan kulkas sembari menunggu Cheril selesai. Mengeluarkan buah yang sudah tidak segar. Biasa dibungkus untuk dibawa pulang dan mengganti dengan buah baru. Setelah Cheril selesai makan dia mandi, diberikan baju bagus yang dibeli di mall kemarin. Bajunya dari Lampung benar-benar dibuang. "Ayah Non tidak membelikan mainan apapun, ya?" tanya Bi Sarah. Dia mencari sesuatu yang bisa digunakan Cheril untuk bermain. Rambut Cheril sudah disisir, sekarang memakai bando cantik yang ayahnya belikan. Dia memang tidak pernah bermain, jadi tidak tahu harus main apa. "Nonton TV." Kata Cheril.Sewaktu disuruh menunggu Rizal menyuruhnya nonton TV, dia juga suka nonton kartun. Di rumah Om Malik Cheril selalu mencuri kesempatan lihat kartun setiap Zila datang. "Nonton TV terus nggak baik, bentar Bibi carikan mainan."Bi Sarah k
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status