All Chapters of CEO MESUM itu SUAMIKU: Chapter 11 - Chapter 20
127 Chapters
Bab 11 Lamaran
Gea mengehntikan langkahnya dan menatap Ervan dengan tetap membuka pintu mobil. "Nggak usah, Mas. Baju pengantin Mama saya masih bisa dipakai kok. Buang-buang uang kalau harus beli lagi.""Masa kamu pakai baju bekas? Aneh," celetuk Ervan."Hhh! Saya cuma nggak mau mubazir, Mas. Biarin aja baju bekas, yang penting masih bagus dan cantik."Ervan mendengus. "Ck! Yaudah terserah. Buruan turun!""Dih, sewot amat!" gerutu Gea sambil turun dari mobil dan menutup pintu mobil Ervan.Tak lama, Ervan melajukan mobilnya meninggalkan Gea. Keduanya tak tampak seperti sepasang calon pengantin yang akan menikah.*****Pagi ini, Gea membantu Lastri untuk membuat makanan. Kebetulan hari ini Gea sedang libur karena hari minggu. Sepulang dari rumah Ervan kemarin, Gea langsung mengatakan pada Lastri bahwa calon mertuanya akan datang berkunjung."Ge, coba dicicipi," ujar Lastri, menyodorkan sendok berisi kuah kari yang sedang ia masak. "Udah pas belum asinnya?"Gea menerima sendok itu dan mencicipinya. Be
Read more
Bab 12 Masalah Lagi
"Nggak apa-apa. Simpan aja ya."Gea menatap Lastri sejenak. Melihat Lastri tersenyum dan mengangguk, akhirnya Gea menerima dari calon mertuanya itu."Makasih, Ma," ucap Gea.*****Dua hari kemudian, Ervan mengajak Gea untuk fitting gaun pengantin. Sebelum pergi, mereka sempat berdebat karena Gea sudah mengatakan akan memakai gaun pengantin Lastri. Tapi Ervan tetap ngotot untuk mengajak Gea karena desakan Nurma."Mas maksa banget sih!" gerutu Gea saat di perjalanan. Bibirnya sudah mengerucut karena kesal."Yang maksa itu Mama, bukan aku," celetuk Ervan tak kalah kesal. "Lagian tinggal nurut aja susah banget sih! Bukan kamu yang bayar."Gea melotot dan mencubit lengan Ervan. Seketika Ervan meringis lalu memberi tatapan tajam ke arah Gea walau hanya sekilas. "Berani banget kamu nyubit aku!" protes Ervan."Kenapa? Nggak suka?""Ya iyalah!""Makanya, kalau ngomong itu dijaga. Jangan asal ciut aja. Kan ini juga karena salah Mas Ervan. Coba kalau Mas Ervan nggak mesum, otomatis saya nggak ru
Read more
Bab 13 Melupakan Masa Lalu
Ervan menghentikan mobilnya di depan pekarangan rumah Gea. Sejak tadi, keduanya hanya saling diam dan sekarang pun suasana masih hening. Gea memberanikan diri menatap Ervan."Mas, tadi itu ….""Jangan bahas tentang dia," potong Ervan dengan datar.Gea pun memilih untuk tidak melanjutkan kalimatnya. "Saya permisi."Saat pintu mobil terbuka, Ervan berkata, "Aku berubah pikiran.""Hah?" Gea yang baru saja mengeluarkan satu kakinya pun langsung menatap Ervan. "Maksudnya?""Kamu boleh pakai gaun pengantin punya Mama kamu. Kita nggak perlu fitting lagi. Nanti aku pakai jas punya Papa aja," jelas Ervan."Oh, oke.""Yaudah, turun," perintah Ervan.Gea tersenyum getir, lalu pamit. "Permisi, Pak.""Mas!" tegas Ervan."Oh iya, Mas. Permisi."Gea melangkah keluar mobil sambil memukul pelan bibirnya. Kebiasaannya memanggil Pak sudah mendarah daging. Sampai terkadang lupa harus membiasakan diri memanggil Mas saat berada di luar jam kantor.'Bego banget gue,' batin Gea.***Tiga puluh menit kemudian
Read more
Bab 14 Dia Lagi!
Senin pagi, Ervan disibukkan dengan rapat penting untuk membahas kemajuan proyek. Di dalam ruang rapat juga ada Bagus. Mereka membahas beberapa hal penting dan tugas Gea mencatat hasil rapat di buku catatan miliknya.Saat semua orang sibuk bekerja, tiba-tiba seorang wanita nyelonong masuk ke ruang rapat. Padahal rapat masih berlangsung."Mas Ervan!"Semua peserta rapat menoleh ke arah pintu. Ervan dan Gea terkejut melihat kehadiran wanita itu.'Dia lagi!' batin Ervan kesal.Ervan menatap Bagus dan berbisik, "Aku tinggal sebentar ya, Pa.""Iya. Itu siapa, Van?" tanya Bagus yang juga berbisik di telinga Ervan."Itu Intan, Pa. Mantan aku dulu.""Ooh." Bagus hanya ber-oh ria sambil manggut-manggut. Tak ada respon lain.Mendapat persetujuan dari Bagus, Ervan bergegas menarik paksa Intan untuk keluar dari ruang rapat. Membawanya ke ruang kerja dengan rasa kesal.
Read more
Bab 15 Hampir Gagal
Tepat di hari Minggu, sesuai dengan kesepakatan bersama dari kedua belah pihak, acara akad nikah pun dilangsungkan di rumah Gea. Sherly juga hadir di acara itu dan memang hanya dialah yang diundang oleh Ervan. Ervan meminta Sherly untuk diam dan tidak memberitahukan pernikahan itu pada karyawan lain. Gea juga meminta hal demikian pada Sherly.Meskipun tampak bingung, Sherly hanya bisa mengikuti perintah saja. Tidak ingin menambah masalah lain lagi dengan Ervan."Bagaimana, Pak? Semuanya sudah siap?" tanya Pak Penghulu."Sudah, Pak," jawab Bagus. "Bisa dimulai sekarang.""Baiklah."Saat hendak memulai prosesi akad, tiba-tiba saja dari arah depan terdengar kericuhan yang membuat semua orang di dalam terkejut.Mereka berbondong-bondong keluar dari rumah untuk melihat siapa si pembuat onar itu. Ternyata ada beberapa preman pasar yang mendatangi rumah Gea sambil mengacak-acak tanaman di halaman depan.
Read more
Bab 16 Sebuah Ancaman
Malam ini, Ervan dan Gea sudah menempati rumah baru mereka. Ervan sengaja memboyong Gea ke rumah yang baru dibelinya beberapa bulan lalu agar orang tuanya tidak banyak bertanya jika kehamilan Gea nanti membesar. Jadi, Ervan berbohong pada Bagus tentang apartemen itu. Ia justru sudah membeli rumah sendiri yang ukurannya cukup besar dengan pekarangan yang luas.Ada tiga kamar di rumah itu. Di lantai bawah kamar asisten rumah tangga, walaupun Ervan belum mempekerjakan siapa-siapa. Sedangkan di lantai dua, ada kamar utama dan kamar tamu."Kamu tidur di kamar tamu," ucap Ervan."Kok di kamar tamu? Nggak di kamar utama?" tanya Gea yang sedikit protes dengan keputusan Ervan.Ervan menatap Gea dengan tajam. "Ini rumah siapa?""Rumah Mas Ervan.""Terus, yang punya hak buat nentuin kamar siapa?" tanya Ervan lagi."Mas Ervan," jawab Gea ketus."Yaudah. Nggak usah protes," ujar Ervan.
Read more
Bab 17 Terbongkar
"Ma!" teriak Ervan saat tiba di rumah. "Mama!"Mbok Erni tampak lari tergesa-gesa menghampiri Ervan di ruang tamu. "Ada apa, Den?""Mama mana, Mbok?" tanya Ervan."Oh, Mamanya Aden lagi pergi ke butik langganannya. Baru lima menit yang lalu, Den," ujar Mbok Erni.Ervan meremas kertas yang dipegangnya. Kesal sekali Ervan hari ini. Apalagi Mamanya hanya dimanfaatkan oleh Irma untuk membesarkan butik itu. Bahkan toko itu dibeli menggunakan uang Nurma. Ervan sebagai seorang anak tentu tidak terima orang tuanya dimanfaatkan seperti itu.'Ngapain sih Mama dateng ke sana lagi? Males banget nyusulnya.'Mbok Erni masih setia menunggu perintah lanjutan dari Ervan. "Aden mau Mbok bikinkan kopi?""Nggak usah, Mbok. Aku mau nyusul Mama," pungkas Ervan. "Aku pergi dulu, Mbok.""Iya, Den."Ervan kembali ke mobil dan melaju kencang menuju butik Irma. Malas sekali jika harus
Read more
Bab 18 Merasa Diinjak-Injak
Sore hari, sepulang dari shopping, Intan terkejut melihat Irma sedang membereskan seluruh isi butik. Beberapa pakaian yang biasanya dipajang di manekin, kini sudah masuk ke dalam kardus khusus.Intan langsung meletakkan belanjaannya di atas meja kasir, lalu mendekati Irma."Ma, kenapa ditaruh kardus?" tanya Intan heran.Irma melengos setelah menatap Intan dengan sinis. Bahkan enggan menjawab pertanyaan anaknya yang menjadi penyebab semua kekacauan ini. Jika Intan tidak ngotot ingin berbalikan dengan Ervan, mungkin sampai detik ini, Irma masih bisa memanfaatkan Nurma dan menempati butik tersebut."Ma, kalau ditanya itu dijawab dong!" kesal Intan."Mending kamu diam deh!" sewot Irma sambil membanting kardus yang dipegangnya. "Ini semua gara-gara kamu! Dasar nggak becus jadi anak! Bisa-bisanya kamu gagal hancurkan pernikahan si Ervan! Sekarang, dampaknya ke Mama!"Intan mengernyit. Masih belum bisa mene
Read more
Bab 19 Tak Dituruti
Selepas maghrib, Gea duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Menatap langit yang gelap dan tidak ada satupun bintang di sana. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.Gea mengusap perutnya yang masih rata. Tiba-tiba saja ia menginginkan sesuatu. Mangga muda."Ya Allah, lagi ngidam mangga muda. Tapi, takut mau nyuruh Mas Ervan," gumam Gea pelan.Hembusan napas lelah pun terdengar. Gea mencoba mengubur dalam-dalam keinginannya itu. Ia juga tidak mungkin meminta tolong pada Sherly karena dirinya belum memberitahu soal kehamilan itu.Beberapa hari lalu, Sherly sempat menanyakan alasan Gea resign dari kantor."Kok lo resign tiba-tiba, Ge? Kan sayang banget," ucap Sherly waktu itu. "Kalau lo kerja, kan lo bisa awasi suami lo yang mesumnya nggak ketulungan itu.""Gue cuma mau fokus ngurus rumah aja, Ly. Kasihan Mas Ervan kalau gue kerja," dusta Gea saat itu."Kan bisa panggil asisten r
Read more
Bab 20 Dilabrak
Beberapa saat setelah membeli keperluan dapur dan mangga muda, Gea berjalan keluar pasar menuju taksi online yang ia pesan tadi. Taksi itu berada di parkiran. Sang sopir membantu Gea memasukkan barang belanjaan ke mobil.Saat hendak masuk, dari belakang Gea ditarik paksa oleh seseorang. Sampai hijab yang dikenakan hampir terlepas. Gea sontak menoleh ke belakang dengan wajah merah padam karena marah.Tapi siapa sangka? Orang yang menariknya adalah Intan. Entah sejak kapan wanita itu ada di belakangnya."Mbak, apa-apaan sih? Main tarik-tarik orang sembarangan," protes Gea sambil merapikan hijabnya."Dasar pelakor kamu!" tunjuk Intan tiba-tiba ke wajah Gea. "Kamu enak-enak hidup sama pacar orang! Kamu lupa sama ancamanku, hah?!""Ancaman?"'Apa jangan-jangan, nomor yang waktu itu …?'"Iya! Aku pernah kirim pesan ke kamu! Dan kenapa kamu nggak jauhi Mas Ervan, hah?! Kamu pikir ancamanku main-main?!" cerocos Intan tanpa malu.'Oh, ternyata bener dugaanku,' batin Gea.Padahal beberapa orang
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status