Все главы Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua: Глава 11 - Глава 20
137
Bab 11 Dia Suamiku, Mas!
"Ayolah … Mas, kenapa kamu berdiri saja di situ? Apa kamu nggak pengen mendekati aku?" "Ini sudah hampir jam tujuh. Kita harus segera kembali ke Surabaya." "Sebentar lagi, Mas. Aku masih pengen di sini. Bisa berduaan dengan kamu selama beberapa hari itu sulit, loh. Makanya lingerie merah ini sengaja aku beli khusus untuk ketemu kamu, Mas. Lihat aku dong, Mas. Apa penampilanku ini tidak menggodamu?" Irawan menghentikan aktivitas berkemasnya dan menoleh ke ujung kasur. Di sandaran kasur ada beberapa bantal yang sengaja ditumpuk. Tampak seorang perempuan bertubuh sintal bersandar di tumpukan bantal itu. Rambut hitamnya sengaja diangkat dan dibiarkan tergerai di bantal untuk memperlihatkan leher jenjangnya. "Sini, dong, Mas," Perempuan itu kembali merayu. Dia membiarkan salah satu tali lingerie merahnya melorot hampir ke siku. Ulahnya itu dia lakukan dengan sengaja untuk mengumbar bahu mulusnya.Irawan menghembuskan napas dengan keras. Jakunnya naik turun melihat pemandangan itu.
Читайте больше
Bab 12. Hinaan dari Ibu Mertua
"Suami sakit kok malah keluyuran! Sama lelaki lain pula. Istri macam apa kamu!" Marisa menoleh mencari sumber suara bentakan itu. Matanya bersirobok dengan mata nyalang seorang perempuan paruh baya model berpakaian terbaru dengan rambut disanggul. Marisa melangkah mendekat dan mengulurkan tangan ingin memberi salam perempuan yang berdandan ala sosialita itu. "Ma, kapan datang?" sapa Marisa dengan santunan.Namun, sopan santun Marisa tidak ada artinya. Perempuan paruh baya yang dia panggil Mama itu menepis tangan Marisa, "Tak perlu bekerja sok baik.""Bu!" tegur seorang lelaki dengan rambut sudah memutih semuanya yang berdiri agak jauh di belakang perempuan itu. Marisa menoleh lalu menemui lelaki itu. "Pa," sapanya. Kali ini tangannya tidak ditepis sehingga Marisa bisa mencium tangan lelaki yang dipanggilnya papa itu. "Sudah lama, Pa?" "Tidak, kok. Kami baru saja datang," jawab bapak mertua Marisa. "Dan menemukan anak kesayangan kami ditelantarkan oleh istrinya," sergah ibu mertu
Читайте больше
Bab 13 Bu Santi Syok
"Bohong? Untuk apa saya bohong? Gak ada untungnya! Kalau Tante tidak percaya ya terserah aja. Tapi kalau mau buktikan omongan saya, Tante bisa tanya ke petugas di kantor polisi. Tante bisa minta penjelasan ke mereka, waktu kecelakaan Irawan ditemukan bersama siapa? Pasti mereka akan menjawab bersama selingkuhannya!" "Tidak mungkin! Anak saya tidak mungkin seperti itu!" "Tidak mungkin? Itu kan kata Tante. Kalau kata netizen beda lagi. Coba Tante cari berita infotainment yang lagi viral hari ini tentang kecelakaan itu." "Nah, kan, udah jelas kamu bohong. Mana ada kecelakaan masuk infotainment," ucap Bu Santi dengan nada tinggi. Wajah Bu Santi terlihat lega dan dia ganti mencibir Rian yang dianggapnya bohong “Bapak, Ibu tadi kan, saya sudah meminta kalian untuk tenang! Kenapa masih ribut? Ah sudahlah… saya panggil satpam saja!” Perawat tadi kembali menghampiri Rian dan Bu Santi. Sekali lagi dia melarang mereka membuat kerubutan. Namun, melihat kata-katanya diabaikan oleh Rian dan
Читайте больше
Bab 14 Sebuah Kejutan
"Mas Rian kok gitu, sih." Marisa memprotes ucapan sarkastik dari Rian. "Gitu gimana? Mas gak merasa gimana-gimana, kok. Kamu aja yang baper," sahut Rian dengan nada sedikit ketus. Marisa terdiam mendengar omelan Rian. Dia tidak mau menanggapi Rian yang sedang emosi. Marisa hanya menatap Rian dengan pandangan kesal. Melihat Marisa tidak menanggapi kekesalannya, Rian melanjutkan bertanya, "Terus kamu ke mari mau apa? Bukan mau ngomelin aku lagi, kan?" Marisa masih menatap Rian dengan tatapan kesal tanpa membalasnya. Dia sadar kakak sepupunya berhak marah. Jadi, Marisa mencoba tenang. Dia menarik napas sebelum kembali berbicara, "Maafkan Risa, Mas. Mungkin Risa tadi memang sudah keterlaluan. Tidak seharusnya Risa marah kepada Mas Rian yang sudah banyak membantu." Rian terdiam mendengarkan permintaan maaf Marisa. Dia mendengar ketulusan dalam nada suara adik sepupunya itu. Membuat Rian pun tidak tega terus memarahi Marisa. "Iya, gak apa-apa. Mas ngerti." Marisa tersenyum mendenga
Читайте больше
Bab 15. Kegelisahan Sandhy
"Konyol sekali pertanyaanmu itu, Ris. Untuk apa aku bercanda buat hal yang menyedihkan ini?" Sandhy menjawab dengan kesal. "Maaf, Mas. Aku nggak bermaksud bikin kamu kesal. Soalnya aku gak nyangka aja." Marisa menunduk dan tangannya memainkan tisu yang ada di meja. "Gak nyangka kalau aku punya istri tukang selingkuh? Gak nyangka kalau istriku itu pelakor yang mengganggu rumah tangga kamu, gitu?!" Suara Sandhy naik beberapa oktaf ketika mengatakan hal itu. Marisa tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Sandhy. Perlahan air mata menetes di kedua belah pipinya. Marisa tahu nada suara Sandhy yang tinggi itu bukan karena memarahinya. "Sama Risa, aku sendiri pun sampai sekarang belum percaya. Tapi aku bisa apa? Mau menyangkal juga percuma, toh dia ditemukan semobil berdua dengan lelaki lain. Tepatnya dengan suami orang lain." Ada kepedihan dalam suara Sandhy ketika dia melanjutkan perkataannya. "Andai waktu bisa kuputar, pasti aku tidak akan izinkan istriku pergi hari itu. Namu
Читайте больше
Bab 16 Pelajaran untuk Bu Santi
"Apa? Kok bisa anakku mengenal kamu?" Bu Santi sudah mengganti nama panggilannya kepada Sandhy menjadi kamu. Berarti dia tak lagi berpura-pura melindungi Sandhy seperti tadi. Tatapan wanita itu mengamati Sandhy dari atas ke bawah dan ke atas lagi. Dia sayang tak percaya anaknya bisa mengenal seseorang seperti lelaki ini. Orang yang berpenampilan nyentrik layaknya seorang seniman. Tangan Sandhy mengepal di samping tubuhnya. Dia menatap dengan tatapan meremehkan dan senyum sinis dari Bu Santi. Baru kali ini ada orang yang menyepelekannya. Membuat dia kesal dan ingin membalas agar orang itu tidak membatasinya lagi. "O tidak, Bu. Anak Ibu tidak mengenal saya," jawab Sandhy dengan nada sopan yang dibuat-buat."Lho, gimana, sih. Tadi katanya kamu punya urusan dengan anak saya. Kok sekarang kamu bilang tidak kenal dengan anak saya?" cecar Bu Santi yang mulai kesal dengan Sandhy.Pak Hartawan yang sedari tadi hanya diam dan mengamati percakapan istri dan teman-temannya itu mulai tertarik.
Читайте больше
Bab 17 Aib yang Menyebar
"Dok! Jangan diam saja. Bagaimana hasil pemeriksaan suami saya? Skalanya berapa? Tolong katakan sekarang, Dok!" tuntut Marisa.Dokter menatap Marisa dengan sorot prihatin. "Sabar ya, Bu. Ini hanya salah satu cara saja untuk mengetahui kondisi pasien. Jadi bukan satu-satunya jalan. Masih ada beberapa tes lain yang bisa dilakukan.""Iya … iya … terus gimana hasilnya, Dok?" sergah Marisa. Mungkin bagi orang lain terdengar tidak sopan memotong pembicaraan dokter begitu saja. Namun, Marisa tidak butuh basa-basi. Dia benar-benar sudah tidak sabar mengetahui hasil pemeriksaan suaminya. "Hasil pemeriksaannya menunjukkan angka enam, Bu." "Enam? Berarti kondisi suami saya enggak bagus, ya, Dok? Angkanya mendekati tiga." Marisa seketika merasa lemas. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Isak lirih terdengar dari sela-sela tangannya. "Seperti saya bilang tadi, Bu. Angka itu bukan satu-satunya penentu kondisi pasien Irawan. Namun, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan lebih
Читайте больше
Bab 18. Sandhy Mencari Bukti
"Sepertinya aku memang harus menemukan sendiri bukti hubungan antara Monika dengan Irawan," gumam Sandhy, sambil berjalan meninggalkan Marisa.Sandhy akhirnya memutuskan membongkar barang-barang Monika. Dia menyetujui saran Marisa setelah adik kelasnya itu menolak menceritakan temuannya pada barang-barang suaminya. Sejak mengetahui Monika berduaan bersama lelaki lain saat mengalami kecelakaan, benak Sandhy mulai sibuk berpikir. "Apakah mereka benar-benar dekat? Mengapa mereka bisa semobil ketika terjadi kecelakaan?"Sandhy bertanya kepada Marisa itu karena sebenarnya di hati kecilnya dia tidak siap. Ada ketakutan apabila ada kabar buruk yang dia terima. Namun, bagaimana pun juga sekarang dia sekarang harus menghadapinya. "Aku taruh mana tas yang kuambil dari kantor polisi itu, ya? Seingatku masih di dalam box penyimpanan motor." Sandhy segera berderap menuju parkiran sepeda motor. Sesampainya di motor warna hijau elektrik kesayangannya, Sandhy segera membuka bagasi. Dia mengangkat
Читайте больше
Bab 19 Titik Balik Marisa
"Kamu mau tahu kekuranganmu? Kamu itu mandul!" Marisa berlari tanpa arah tujuan. Baginya yang lebih penting adalah segera menjauh dari semua orang. Masih berlatih dengan jelas raut wajah Bu Santi ketika mengangkat telunjuk dan menudingnya mandul. Kata-kata mandul juga terus terngiang di benaknya sehingga dia menutup telinganya. Air mata yang terus mengalir membuat mata Marisa berkabut. Membuat dia tidak bisa melihat seseorang yang berada di depannya. Marisa menabrak orang itu dengan cukup keras. Tubuh berotot di balik baju yang dikenakannya membuat tubuh Marisa limbung. Dia pasti terjatuh Andai saja tidak ada sepasang tangan kokoh yang menggenggamnya. “Mbak… Mbak… Mbak gak apa-apa?” Pemilik tangan kokoh itu bertanya kepada Marisa dengan suara bernada khawatir. Ternyata dia jugalah orang yang telah ditabrak oleh Marisa. Marisa tidak segera menjawab. Dia merasa pusing entah karena harus berhenti mendadak setelah berlari atau sebab kepalanya terbentur tubuh berotot lelaki di depa
Читайте больше
Bab 20 Di Ruang ICU
"Sabar, Bu…sabar. Suami ibu yang mana?" tanya salah satu perawat. Marisa belum pernah melihat perawat itu. Sepertinya giliran jaga yang baru. "Suami saya namanya Irawan. Di-dia korban kecelakaan di tol SUMO tadi pagi." "Sebentar saya lihat datanya dulu." "Suami saya biasanya di bilik sebelah kanan pojok itu. Ta-tapi barusan saya ke sana kok nggak ada." "Ooo yang itu. Maaf… yang masih koma itu ya, Bu?" "Iya, benar." "Tadi baru saja dibawa ke ruang ICU, Bu. Ibu bisa coba ke sana untuk bertanya. Tadi ada keluarganya yang ikut, kok." "Ada apa ini?" Seorang perawat pria datang dan bertanya kepada rekannya. "Ibu ini mencari suaminya yang di bilik pojok tadi. Terus aku bilang dibawa ke ICU." Perawat yang tadi bersama Marisa menjawab. "O iya benar Bu. Saya tadi yang mengantarnya. Ini baru saja kembali." Celana perawat pria itu melegakan hati Marisa. Dia tersenyum dan berpikir menerima kasih berulang kali sebelum berlalu dari hadapan kedua perawat itu. Marisa berjalan cepat
Читайте больше
Предыдущий
123456
...
14
DMCA.com Protection Status