All Chapters of BALADA SANG MANDARA: Chapter 11 - Chapter 20
78 Chapters
MEMORI MASA LALU
Lily asyik mengamati taman dari jendela kamarnya ketika Bi Diana mengetuk pintu kamarnya."Tuan Kristo ingin Anda menemuinya, Nona." lapor pelayan rumah itu. "Dimana dia?""Dia ada di kamarnya."Lily mengangguk. Bi Diana membawanya ke kamar Kristo yang berada di lantai dua. Aroma dan nuansa nature adalah hal pertama yang menjadi kesan bagi Lily begitu dia memasuki kamar Kristo yang luas itu. Lantainya terbuat dari kayu mengkilat. Jendelanya lebar dan dari sana mereka bisa menyaksikan pemandangan taman belakang yang didominasi pohon-pohon angsana yang rindang.Bi Diana meninggalkan mereka. Lily mendekati Kristo yang setengah berbaring di ranjang. Wajah cowok itu tampak sedikit pucat. Dokter Gina, dokter pribadinya tersenyum pada Lily dan pamit keluar."Kamu sakit?" Lily mendekat ke sisi ranjang, tidak terlalu dekat, namun cukup untuk bercakap-cakap dengan suara rendah."Jelaskan padaku." Lily terkesiap menyaksikan pandangan Kristo yang beku. Dia merasa tulangnya menjadi ngilu. "Apa?
Read more
PEMUDA BERMATA HAZEL
"Ada apa Riana?" "Kau Ariza?" tanya Riana setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain selain dia, Saron, dan sang ketua didalam tenda itu. Ariza mengangguk. Mendadak tenggorokannya menjadi kering. Dia membuka tutup botol air mineral pemberian Saron dan meminumnya. "Aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir. Bersikaplah biasa," ujar gadis itu dengan nada tak ingin dibantah. Dia beringsut bangkit. Beberapa peserta perkemahan terlihat menenteng peralatan mandi mereka sambil berjalan menuju danau. "Ingin ke danau?" Saron bertanya. Ariza mengangguk saja. Sebentar kemudian ke tiganya telah tergabung diantara peserta perkemahan yang berbondong-bondong untuk mandi di danau pagi itu. Danau di dalam hutan itu di beri nama Danau Nilamukti, karna airnya yang biru kehijauan. Ariza memilih tempat yang cukup tersendiri, jauh dari hiruk pikuk anak-anak, bersama Saron dan Riana. Mereka mandi dengan santai, air danau itu ternyata sangat dingin dan menyegarkan. Ariza membasahi wajah dan ra
Read more
SANG PENYELAMAT
"Kau... disini..." Ariza menggumam serak. Airmata mengalir dari netranya tanpa bisa dicegah. Itu mata yang sangat dirindukannya, tapi wajah itu bukan wajah Sang Pangeran."Sapphire, kau baik-baik saja?" pemuda itu berucap pelan dan lembut,dan sekali lagi menyadarkan Ariza bahwa suara itu bukan suara sang Pangeran.Gadis itu bergerak duduk, menepis lembut tangan pemuda itu perlahan. "Terimakasih, kau menyelamatkan diriku." ucapnya pula. Pemuda itu meraih kacamatanya yang tercampak. Dia adalah Bayu, pemuda culun itu."Bagaimana kau bisa hanyut dan terpisah dari kelompokmu?""Aku tidak ingat. Mungkin aku terpeleset." Ariza memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, tak berniat menjelaskan panjang lebar. Hidungnya terasa asam karna kemasukan air."Mari kubantu kembali ke perkemahan," Bayu menyodorkan tangannya. Kali ini dia tidak lagi terus-terusan menunduk.Ariza memandangi tangan itu sebentar sebelum menyambutnya."Terimakasih."Bayu menuntun gadis itu meninggalkan aliran sungai te
Read more
ARENA BALAP
"Kau tidak ingin berbelanja?"Lily mengangkat kepala dengan heran, di pojok tangga, Kristo berdiri tenang sambil melontarkan pertanyaan datar itu. "Eh, sudah cukup sehat?" tanya Lily.Kristo melangkah mendekati gadis itu, duduk diatas sofa disampingnya, kemudian melirik buku bacaan di tangan Lily."Sudah cukup baik.""Apa maksud pertanyaanmu tadi?""Berbelanja. Kau tentu memiliki banyak kebutuhan." Ucap Kristo datar, bahwa wajahnya tidak menunjukan riak sama sekali."Eh, aku..."Pemuda itu mengeluarkan sesuatu, lalu melemparkannya diatas meja didepan mereka. "Gunakan itu."Lily mengerutkan keningnya sebentar. "Apa kau tidak khawatir memberikan card semacam itu pada orang asing sepertiku?""Mengapa tidak? Aku masih memiliki beberapa sebagai cadangan." jawab Kristo asal, membuat Lily merolling bola matanya. Dasar sombong!"Baik, tapi kau ikut bersamaku." cetus gadis itu, menciptakan kerut didahi cowok tampan disampingnya."Aku sibuk.""Sibuk mengurung diri?"Kristo tak menanggapi. "Per
Read more
KEPAHITAN MASA LALU
Ariza tidak pulang ke rumahnya, dia berbelok ke arah lain tanpa sepengetahuan anggota gengnya. Dia terus melajukan mobilnya sampai dia tiba di jalanan sepi, dengan sebuah telaga kecil dan sebuah bangku di tepi telaga. Cukup banyak lampu jalan sehingga keadaan disitu cukup terang.Gadis itu keluar dari mobilnya, menutup pintu dan bersandar disana sambil memandang kilauan air telaga yang ditimpa cahaya lampu, tampak gelap keemasan. Sorot mata Ariza terlalu beku dan minim emosi, namun orang dapat merasakan kegelisahannya. "Apa ini? Mengapa orang-orang itu datang di negeri ini? Apakah mereka belum puas menghancurkanku?" batinnya. Pandangannya berubah sendu. Ketua Poison itu melangkah ke kursi besi, duduk disana sambil merapatkan jaketnya. Udara cukup dingin, namun Ariza tidak terganggu. Dia menghela nafas berkali-kali untuk melonggarkan sesak di dadanya."Malam yang sendu, sepertinya?" sebuah suara memecah kesunyian Ariza. Gadis itu sedikit terkejut, lalu memutar kepala. Pandangannya lan
Read more
CEMBURU
Sapphire mencuci tangannya didepan wastafel kamar mandi wanita, mengibaskan sekali dan beralih pada bayangan Rose yang terpantul di cermin wastafel. "Aku tahu kau melihatnya, Rose.""Kau benar, Sapphir.""Mengapa gadis itu bisa bersama Kristo?" gumam Sapphire sambil membalik dan menatap Rose berhadap-hadapan."Itu yang ingin kudengar dari Kristo, namun kau buru-buru pergi karna cemburu."Sapphire mengangkat sebelah alisnya, "Kau mengejekku, hm?""Sama sekali tidak ketua. Siapapun yang berhadapan dengan gadis seperti itu pasti akan jengkel.""Kau melihatnya bersama Zarah saat itu. Bukankah aneh jika dia tiba-tiba berada dalam lingkup pergaulan kita?" alih Sapphire. "Ini tidak lucu untuk dikatakan kebetulan.""Bagaimana jika ketua kembali pada Kristo dan menanyakannya?""Berarti aku menjilat ludahku sendiri. Kau dengar yang kukatakan tadi bukan?" gerutu Sapphire."Kau benar-benar jatuh cinta padanya?" tanya Rose dengan lancangnya. Sapphire tersenyum. Entah apa makna senyuman itu. Dia m
Read more
TERSESAT
Another StoryDua bocah itu berlarian diantara hutan perburuan dengan lincah. Mereka memakai pakaian halus dengan hiasan batu mulia di bahu dan dada.Di tangan bocah lelaki berambut emas pucat itu terdapat busur panah emas bertahtakan permata merah. Tabung panah di bahunya bergerak teratur seiring dengan sosoknya yang aktif berlari. Dibelakangnya, bocah perempuan mengejar dengan pedang tersampir dipunggung. Rambutnya hitam bagai malam, dikuncir tunggal dengan pita sutra. Matanya yang awas dan jeli itu berwarna lazuardi. Bocah lelaki berhenti, kemudian merentang busur dan anak panah, mulai membidik. Diantara pepohonan yang hijau dalam hutan itu, berkelebatlah seekor foran, makhluk yang mirip rusa namun memiliki tanduk melingkar seperti domba.Binatang itu melompat gesit, panah bocah lelaki itu meleset! Geram, sang bocah itu bergerak mengejar. Anak perempuan berambut hitam legam dibelakangnya terus mengejarnya.Mereka berlari beberapa lama, sampai bocah perempuan itu berseru memanggi
Read more
HUKUMAN
Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu berdiri gentar didepan ayahnya dalam gedung kepanglimaan Sofraz yang megah. Ayahnya yang gagah dan tampan dengan mata emas dan rambut berwarna kenari itu memandangnya tajam dari kursi besar miliknya. Ayah Tirza Antara itu memang tampan, namun diikuti raut keras yang membuat siapapun berhati-hati saat bersamanya. Belum lagi mata emas angker dengan pesona anehnya yang membuat orang lain segan memandangnya. Dialah Panglima Utama Kerajaan Sofraz, Antara Dafruz."Kenapa kau hanya diam saja?" suara berat lelaki itu membuat Putrinya, Tirza menjadi semakin gugup. "Mo..mohon maaf, Ayah....""Aku tidak ingin membesarkan pelindung yang tidak berguna." kecam Antara Dafruz dingin. Ucapannya laksana pisau menusuk ulu hati Tirza yang ketakutan. "Aku seringkali bertanya-tanya, mengapa darah pelindung harus jatuh kepadamu. Mengapa bukan pada Davar kakakmu. Padahal dia jauh lebih bertanggungjawab dan lebih membanggakan."Tirza menutup bibirnya rapat-rapat. Dia
Read more
TERTOLAK
Langkah Tirza Antara yang sedang menyusuri lorong istana yang bermandikan cahaya lentera itu melambat saat dia berpapasan dengan sesosok remaja lelaki tampan bermata emas. Itu adalah Davar Antara. Dara atau kakak Tirza Antara. Gadis kecil itu memandang kakaknya sendu, yang dibalas pandangan datar."Kau melakukan terlalu banyak kesalahan, Tirza." ungkap Davar saat dia berhenti di lorong itu, menatap netra biru adiknya yang berkilau dibawah pencahayaan lentera. Tirza Antara rasanya ingin menangis. Dia ingin berlari pada kakaknya untuk menumpahkan tangisnya. Namun dimana-mana dia tertolak. Bahkan Davar tampak tidak menyukainya semenjak dia lahir. Kakaknya itu adalah seorang yang irit bicara, namun sekalinya dia bicara pada Tirza kalimatnya selalu menohok dan menyakitkan."Aku salah, Dara. Semua orang membenciku...""Orang yang tak becus sepertimu memang layak dibenci."Hati Tirza makin teriris. Dia memandang kakaknya dengan mata berkaca-kaca. Satu tangannya menarik lengan jubah kakaknya,
Read more
GURU AMBA
Hutan perburuan adalah hutan tempat para raja menguji kekuatan dan juga mencari kesenangan dengan berburu, namun jangan sekali-kali berani memasukinya hanya dengan mengandalkan kemampuan eksternal. Seluruh binatang paling buas di Sofraz berkumpul disini. Dari nalus, sampai singa bersayap. Belum lagi haiden, makhluk berupa monster berkulit kasar setinggi 5 meter. Makhluk yang paling di takuti diseluruh Sofraz.Angin Nava Satra melompat turun dari kudanya, lalu berlari masuk ke dalam hutan tanpa tedeng aling-aling, dituntun oleh cahaya buatannya sendiri. "Tirza! Tirza!" Pangeran berusia sepuluh tahun itu berteriak memanggil pelindungnya di tengah hutan luas nan gelap itu. Jantung pangeran Sofraz berdegub sangat keras saking khawatirnya. Dia tidak mengira kalau kekuatan internal Tirza Antara telah di redam. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada mandaranya. Pangeran Sofraz berhenti melangkah tatkala dia melihat sobekan kain safir bernoda darah tersangkut di ranting tanaman kecil dalam h
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status