All Chapters of MAU KAN, JADI MAMA DIRA?: Chapter 21 - Chapter 30
62 Chapters
BAB 21 : SEKOLAH
"Saya tidak bermaksud begitu, Lia." Jantung laki-laki itu berdetak kencang dibalik kemeja licinnya."Terus apa?" Maya menuntut. Suaranya bergetar menahan diri untuk tidak luruh.Wanita itu kecewa dan tersinggung. Dengan sangat terpaksa membuka luka lama. "Apa karna aku gak menyenangkan, kamu jadi menghilang gitu aja? Atau jangan-jangan kamu sudah punya seseorang yang menyenangkan waktu itu, hah?!"Angga mengusap wajah kasar. Menjelaskan dengan gusar. "Kamu salah paham.""Ya udah jelaskan," katanya. Sedikit lagi akan jatuh jika tidak mengingat bahwa harga dirinya juga dipertaruhkan di sini.Laki-laki itu membasahi bibir sebelum menjawab. Ditatapnya Maya sungguh-sungguh. "Lia, ini bukan seperti yang kamu bayangkan. Tapi dunia luar memang kejam. Bahkan ketika kamu tidak sesuai dengan kriteria yang mereka layangkan, mereka akan dengan mudahnya merundungmu. Apakah gemuk adalah sebuah kejahatan?"Maya terdiam. Tangannya berubah dingin. Tatapannya mengiba.Selama tiga tahun di sekolah, Maya
Read more
BAB 22 : MAKANAN
“Kok tiba-tiba banget, sih, Bis?” Maya mengernyit. “Kamu seriusan gak lagi sakit ‘kan?”Bisma terkekeh. “Ya, enggaklah, May. Aku baik dan aku serius sama omonganku. Kamu tenang aja, aku bakalan jadi seseorang yang dukung kamu terus.”“Tapi kenapa?”Laki-laki itu menatap intens hingga Maya tidak kuasa untuk berpaling barang sejenak. “Kenapa? Emangnya gak boleh, May?”Maya mengusap leher. Canggung akibat tadi. “Ya, boleh aja, sih. Tapi kenapa aku ngerasa kamu aneh, ya?”Bisma menggeleng. “Gak ada yang aneh, May. Intinya aku pengin kamu tahu ada seseorang yang selalu mendukung kamu.”“Tapi kamu ‘kan orang yang paling setuju aku terlibat sama Angga.” Maya semakin memperjelas agar diberi penjelasan.Bisma tersenyum. “Iya, awalnya aku emang gak setuju. Tapi setelahnya aku ngerasa egois sudah bersikap begitu. Aku ngerti Pak Angga yang paling bisa membantu kamu keluar dari masalah sekarang.”Maya tertegun. Sama seperti yang diharapkan Bisma, wanita itu merasa diperhatikan dan dipedulikan. Ada
Read more
BAB 23 : MERONA
“M-maksudnya?” “Apakah perkataan saya masih belum jelas?” Laki-laki itu memasukkan tangan ke saku. Dari jarak yang cukup dekat, Maya disuguhi pemandangan tidak mengenakkan dari raut nyaris tanpa ekspresi itu.Maya meneguk ludah susah payah. Nyalinya hampir ciut, tapi berusaha tak gentar. Wanita itu berkacak pinggang untuk menutupinya. “Iya, masih belum jelas. Kenapa coba kamu harus makan di sini? Emang di luaran sana gak ada tempat lagi apa?”Laki-laki itu sedikit melunak. “Saya sudah datang. Kita tinggal makan, apa susahnya?”Maya mengiba pada Bisma yang sudah merepotkan diri membelikan makanan untuknya. Laki-laki itu bergeming, terlihat cukup tenang menghadapi situasi yang ada. Ya, paling tidak dari luarannya saja. Di dalam, laki-laki itu sangat ingin menonjok wajah Angga.“Mama, Dila udah lapal.” Dira merengek dan tidak bisa mengelak kalau Maya juga sudah lapar.Maya menghela napas pasrah. Kalau kemauan Angga tidak diladeni, bukan tidak mungkin mereka tetap dalam situasi ini sampa
Read more
BAB 24 : JATUH
“Dira nanti balik duluan aja, ya, sama Ayah,” ucap Maya, enggan melirik ke spion di mana Angga memperhatikannya. Setelah kejadian di gazebo, wanita itu terus mencari cara untuk menghindar. Dira langsung menoleh ke arah Maya. “Mama mau ke mana?” Maya tersenyum, mengusap kepala anak kecil itu lembut. “Mama mau beres-beres barang terus bawa ke rumah Dira, deh." “Dila mau bantu Mama!” Anak kecil itu bersemangat. “Gak usah, ya, Sayang. Biar nanti Dira pulang sama Ayah.” “Kenapa? Kami bisa bantu agar cepat selesai.” Angga merespons. Sialnya malah membuat degup jantung Maya tidak karuan. Sebegitu dasyatnya 'kah senyum laki-laki itu sampai Maya tidak bisa tenang? Terus terbayang-bayang. Maya menggeleng pelan. Selain tidak ingin melibatkan Angga dan Dira, wanita itu punya alasan lain. “Gak, gak perlu dibantu. Aku bisa sendiri. Lagian nanti baliknya aku bawa motor, kok.” Angga menarik perhatiannya kembali lewat spion. Kali ini tatapannya bersiborok dengan Maya. “Bukannya naik motor bah
Read more
BAB 25 : MOTOR
“Aku bisa sendiri, kok, Bis.” Maya ingin melepaskan tangannya yang memeluk bahu Bisma. Tapi pantang bagi laki-laki itu membiarkannya. “Udah, May, biar aku aja yang antar kamu pulang, oke? Aku jadi khawatir sama kamu gara-gara tadi.” “Iya, benar, Maya. Mendingan dianterin pulang sama Bisma. Ibu juga jadi khawatir sama kamu. Tapi itu serius kamu gak papa ‘kan?” Ibu Neneng ikut menanggapi. Maya mengangguk kecil. “Iya, gak papa, kok, Bu. Cuma masih sedikit sakit aja.” Wanita paru baya itu memberikan nasihat lebih lanjut. “Nah, nurut aja dianterin Bisma pulang kalau begitu. Bisa-bisa bahaya nanti di jalan kalau masih sakit.” Akhirnya Maya manut saja. Di sisi lain, pick up yang membawa barang-barangnya sudah berangkat sejak lama. Kini tinggal Maya yang tertinggal dan malah berakhir nahas karena tergelincir. “Kamu tunggu di sini dulu. Biar aku yang ngambil motor.” Bisma membantu Maya untuk duduk di pinggiran teras. Maya menyerahkan kunci motor. Untuk sesaat Bisma mengambil helm milikny
Read more
BAB 26 : MERONA LAGI
“Emangnya kamu siapa ngatur-ngatur aku gini?” hardik Maya tidak terima. "Plis, ya, ini cuma perkara hujan-hujanan. Aku bukannya ngelakuin tindak kriminal."Tapi Angga juga tidak bisa menerimanya. Laki-laki itu sudah menunggu Maya, bahkan menelponnya berkali-kali. Marahnya bahkan tidak sebanding dengan khawatir yang dirasa.Angga hampir frustrasi karena Maya tidak bisa dihubungi. Dan wanita itu tiba dengan gayanya yang cengengesan, basah, ditambah lagi membawa seseorang yang paling tidak suka dilihat Angga.Laki-laki itu tidak menginginkan bantahan apapun. Maya wajib menurut. Toh, semua ini dilakukan bukan untuk Angga, tetapi keselamatan wanita itu sendiri. “Saya tidak menerima penolakan. Kamu harus patuh dengan aturan yang saya buat. Saya membayar kamu bukan untuk melawan!”Maya meneguk ludah susah payah. Oh, sekarang mainnya ancam-ancaman?“Tapi 'kan---”"Saya sudah katakan dengan jelas." Laki-laki itu menatap Maya tanpa ekspresi. Bagian paling menyeramkan ketika tatapan itu berpinda
Read more
BAB 27 : IZIN SEKOLAH
“Maaf karena aku baru bisa bener-bener ngehubungin kamu, May. Beberapa hari ini rasanya mau gila. Tapi sekarang aku mau berterima kasih karena kamu mau bantu aku. Aku janji, uangmu secepatnya bakalan kubalikin.” Arif –sepupu Maya menelpon. Suaranya terdengar parau dan kasar.“Kamu baik-baik aja ‘kan, Rif?” Maya khawatir. Wanita itu memperhatikan pemandangan di luar yang hanya di batasi kaca-kaca besar. Hujan baru saja reda. Kolam renang yang berada di tengah-tengah lahan itu menunjukkan kemilau airnya tertimpa sinar lampu sekitar.“Aku enggak tidur beberapa hari ini, May.” Arif menjawab apa adanya. "Aku kacau."Maya bisa mengerti betapa sulitnya masa-masa yang dijalani Arif sekarang.“Tapi dari mana kamu bisa dapat uang sebanyak itu, May? Bahkan kudengar kamu melunasi utang-utang ke orang tuaku. Aku bukannya mau berburuk sangka, tapi bagaimana bisa ini terjadi dalam waktu satu hari?”Maya terdiam untuk beberapa saat. Perlukah wanita itu memberitahu Arif apa yang sudah terjadi?“May, j
Read more
BAB 28 : SEKRETARIS
“Saya harus pulang sekarang.”Rapat baru saja selesai diadakan. Angga melirik jam tangan dan pikirannya jatuh pada Maya dan Dira di rumah. Mereka akan baik-baik saja 'kan?“Kenapa terburu-buru, Pak Angga?” tanya seorang sekretaris muda, Amara Belina. Wanita yang sukses menjadi pusat perhatian karena cantik dan modis, mantan Putri Indonesia beberapa tahun silam.“Saya ada urusan di rumah,” balas Angga sekenanya. Laki-laki itu berjalan dengan langkah panjang di koridor, sehingga Amara harus bekerja keras menyeimbangkannya.“Apa karena Dira?” Amara bertanya spontan.Angga tidak menjawab, memilih untuk mendiamkan wanita berambut lurus sepunggung itu. Amara memendam kekecewaannya di jurang paling dalam.Tidak lama kemudian, panggilan masuk ke telepon wanita itu. Sambil terus mengawasi jalan, Amara mengangkatnya. Sambungan lalu terputus tepat ketika mereka memasuki lift.“Tapi, Pak, kita punya jadwal rapat satu jam dari sekarang. Saya baru dapat kabar kalau pihak Winar Group ingin rapat dim
Read more
BAB 29 : MARAH
"Keluar sekarang juga!"Rumah sudah seperti kapal pecah ketika Angga datang. Bantal sofa berhamburan. Mainan berantakan. Bekas makanan tidak dibersihkan. Dan tersangka berada dalam pencarian.Mereka bersembunyi di meja bar dapur."Keluar sekarang kalau tidak mau saya potong gaji!" Angga berkata dengan intonasi tinggi.Tidak lama setelahnya Han keluar diikuti Dira. Dua orang ini tidak berani mengangkat wajah ketika menghadap Angga. Mereka juga tidak berani kabur atau berkutik sedikit pun. Lebih baik mendengarkan khotbah panjang daripada gajinya terancam, pikir Han.Angga mengembuskan napas kasar. Sekali lagi menampaki sekitar yang makin memperburuk suasana hati. "Siapa yang bertanggung jawab atas semua kekacauan ini?!"Dira sangat takut ketika melihat sang Ayah. Anak kecil itu refleks menunjuk Han. "Han, Ayah. Dila cuma ikut-ikutan."Mendengarnya membuat Angga secara khusus mengarahkan atensi pada Han. Laki-laki itu sudah menduganya. Tidak mungkin Dira akan bertindak seimplusif ini kal
Read more
BAB 30 : MASAK HABANG
“Sial.” Angga meletakkan paper bag berisi pakaian itu di nakas. Hari yang melelahkan. Dan untuk mengalihkan semua yang mengganjal di kepala, laki-laki itu memilih untuk bekerja. Angga mengerahkan semua konsentrasinya pada layar laptop. Tapi yang terjadi kemudian adalah ingatannya tentang pernyataan Bisma. Seharusnya Angga tidak terlalu kaget. Sejak awal pun dia tahu cara Bisma memperlakukan Maya berbeda. Tapi kenapa hatinya tetap sakit? Sore tadi Bisma datang dan sangat kebetulan Angga yang membukakan pintu. Laki-laki itu tidak dipersilakan masuk. Akan lebih baik menurut Angga berbicara di luar saja. “Saya ingin bertemu Maya,” ucap laki-laki itu langsung ke intinya. Beradu pandangan Angga yang menatap sinis. Raut muka Angga jadi berkali-kali lipat serius. “Ada perlu apa?” “Memangnya gak boleh?” Bisma balik bertanya. “Ya.” Bisma mengerutkan dahi dalam. Laki-laki itu tidak paham alur berpikir Angga. “Alasannya?” Angga memperhatikan Bisma secara keseluruhan sebelum menjawab.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status