All Chapters of MAU KAN, JADI MAMA DIRA?: Chapter 31 - Chapter 40
62 Chapters
BAB 31 : JANGAN SAKIT LAGI
‘Jangan melewati batas, Maya!’ ucap wanita itu pada diri sendiri. Apapun yang dirasakannya sekarang jelas bukan hal yang bagus. Tidak seharusnya Maya berdebar.Harus profesional. Harus profesional. Wanita itu terus merapalkannya dalam hati. Angga menyelesaikan tawanya. Dengan serius menanggapi kesalahpahaman di antara mereka. “Tenang, saya tidak ada masalah di kantor. Saya baik-baik saja. Saya hanya kebanyakan khawatir akhir-akhir ini."Khawatir? Karena apa? Angga masih bicara. “Jangan sakit lagi, Lia.” Ditatap dengan sendu seperti itu membuat tubuh Maya meremang. Wanita itu segera menetralisirnya dengan meminum segelas air tanpa jeda. Nada bicara Angga yang ringkas dan tegas telah membawa pikiran Maya ke ingatan sebelumnya. Mereka hujan-hujanan ketika pulang sekolah dan besoknya Maya sakit hingga izin sekolah beberapa hari. Angga sangat menyesali tindakannya sebagai si pembuat keputusan. Dia merasa gagal menjadi pelindung. “Hujannya gak berenti-berenti, Ga. Terus gimana kita pu
Read more
BAB 32 : SUP IKAN BATAM
“Kamu kenapa, sih, Bis? Kalo ada masalah bilang aja.” Maya merasa ganjil. Belum lagi perkataan laki-laki itu sama seperti yang diucapkan Angga. Kebetulan? Ya, mungkin. Mereka tidak ingin Maya sakit. Tapi, plis, itu hanya demam. Bukan masalah serius. “Aku baik, May.” Laki-laki itu menjawab dengan suara serak. “Aku cuma lagi kangen suaramu.” Maya terhenyak. Hah? Dia tidak salah dengar 'kan? Kenapa juga harus kangen, sedangkan Maya baru izin sehari? Wanita itu menghela napas setelah berpikir panjang. “Emangnya kamu habis diapain sama Salsa?” Biasanya Maya yang jadi penengah dua orang itu kalau ribut. Dan hari ini wanita itu tidak masuk sekolah. Jadi Maya berkesimpulan bahwa Bisma tidak punya tempat mengadu lain. Ya, hanya itu alasan yang bisa dipikirkan Maya. Toh, apalagi selain itu? Maya menguap sampai mungkin bisa menelan apel utuh. Wanita itu sudah tidak kuat lagi menahan kantuk, apalagi seharusnya sedang dalam masa pemulihan. "May." Laki-laki itu memanggil. Diam. “Aku suka
Read more
BAB 33 : PERTANYAAN AMARA
“Ayok, Sayang.” Maya menyuruh Dira naik ke mobil lebih dahulu. Mereka lalu duduk di kursi penumpang belakang. Sesuatu yang aneh bagi seorang ‘nyonya’, menurut Amara. Bukankah seharusnya Maya duduk di samping pengemudi? Ya, tidak apa-apa masalahnya untuk duduk di kursi belakang. Ini hanya tentang kebiasaan orang-orang. “Kita mau ke mana?” tanya Amara sekadar berbasa-basi pada Angga. Arahnya berlawanan dengan kantor tempat mereka bekerja. “Sekolah.” Angga menjawab singkat. Amara mengernyit. Ya, wanita itu memang melihat Dira memakai ransel tadi. Masih sedikit tidak menyangka karena Angga sangat protektif pada sang anak, terutama berkenaan dengan dunia luar. Jadi, anak kecil itu sudah sekolah? Dan bukan tidak mungkin Maya yang bertugas untuk menungguinya. Amara menyandarkan dirinya ke kursi, sesekali melihat ke kursi belakang lewat spion depan. Maya dan Dira sedang asik membaca buku yang diselingi dengan candaan-candaan mereka. Mereka membuat Amara tidak bisa berkonsentrasi untuk me
Read more
BAB 34 : TAKSI
“Kamu apain Bisma kemarin?” Belum sampai satu menit Salsa duduk dan Maya sudah memberinya pertanyaan yang tidak wanita itu dipahami. Memang Salsa berbuat apa pada Bisma? Kemarin mereka baik-baik saja. Salsa menggeleng. Jujur dengan keadaan. “Saya gak ada ngapa-ngapain Bisma, Bu.” Maya melihat Salsa dengan dahi berkerut. “Masa, sih? Tadi malam Bisma nelpon kayak orang yang lagi ada masalah. Biasanya ‘kan yang bikin masalah itu kamu.” Salsa berdecak, merasa tidak dipercaya. Wanita itu melipat tangan lanjut menyilangkan kaki, menatap wanita di hadapannya sinis. “Itu mah dulu waktu saya belum sama Mas Han, Bu Maya. Sekarang saya udah insaf gangguin Pak Bisma. Nanti ayang cemburu. Saya 'kan setia orangnya." Maya mengangguk, merasa bisa menerima alasan Salsa, meski tidak yakin dengan bagian akhir. Sekarang yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan Bisma tadi malam? “Mama, Dila minta tolong.” Sekali ini Maya memperbolehkan Dira untuk bermain game di ponsel. Tapi perlu di garis bawahi te
Read more
PEMBERITAHUAN
Halo, semuanya, perkenalkan saya Olia Safitri. Saya berterima kasih sebanyak-banyak kepada pembaca semua. Saya berharap cerita ini bisa diterima dengan baik, walaupun update-nya agak ngaret disesuaikan dengan kehidupan penulis yang sedang menjalani semester enam. Jangan lupa vote, komen, dan rate cerita ini, guys. Membuka setiap bab artinya berkontribusi dengan kehidupan penulis yang dilanda krisis moneter. Hehehe. Di sini saya juga mau klarifikasi kalau salah mengaktifkan fitur. Alhasil bab 35 akhirnya berubah jadi catatan penulis. Tolong maklumi saya karena baru tau T-T. Awalnya ngira itu catatan penulis yang biasa ada di bawah bab, tapi bisa otomatis terisi ke seluruh bab. Haha. Gaptek banget asli. Tapi sisi baiknya jadi tau, sih, fungsi yang sebenarnya apa. Saya meminta maaf apabila ada kekurangan atau salah dalam penulisan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi perbaikan novel ini. Akhir kata, saya berdoa supaya rezeki kita semuanya lancar dan selalu diliputi hal-hal baik. Oi
Read more
BAB 35 : PENAWARAN
"Kita harus bicara, Bisma," ucap Angga. Untuk pertama kalinya laki-laki itu memanggil Bisma dengan nama. Selama ini dia terlihat enggan. Bisma bertanya-tanya, maksud apa yang kira-kira menyelubunginya? Bisma sejujurnya sudah terbiasa dengan tatapan tidak bersahabat Angga. Tapi sekali ini Bisma merasa ada yang berbeda dari cara pandang laki-laki berjas mahal itu. Dia seperti seseorang yang putus asa sekaligus penuh harapan dalam satu masa. Ada apa sebenarnya? Dan untuk mencari tahu, artinya Bisma harus terlibat dalam pembicaraan ini. Laki-laki itu kemudian mensejajarkan diri dengan Angga. Penasaran."Silakan, Pak, jika Anda ingin mengobrol dengan saya." Bisma menjawab formal. Angga mengernyit. Tidak menyangka akan tetap mendapat kehormatan itu, meski tahu mereka adalah rival. Bertarung dalam mendapatkan atensi seorang wanita. Ah, seharusnya pekerjaan dan urusan pribadi harus dipisahkan, begitulah prinsip Angga.Ditatap dengan serius membuat Bisma harus menahan napas. Dalam diam laki
Read more
BAB 36 : TATAPAN MEMATIKAN
“Emangnya Bisma kenapa?” Untuk yang satu ini, Maya tidak bisa menerimanya. Bisma adalah sosok yang berharga bagi Maya. Laki-laki itu sudah banyak membantunya. Maya mengernyit, mencari-cari apa yang menjadi penyebabnya. “Apa karna dia gak suka kamu, makanya kamu larang aku buat dekat-dekat sama dia?” Angga terdiam. Ya, itu salah satunya. Tapi tidak mungkin bagi Angga mengutarakannya secara blak-blakan. Tahu tidak ada balasan, Maya melanjutkan. “Apa, sih, yang kamu khawatirkan? Emangnya apa yang bisa terjadi antara aku sama Bisma?" Angga menghela napas dalam, mencari alasan paling tepat. Dia tidak ingin terlihat mencolok. “Jangan sampai Dira mengira kalian macam-macam.” Maya terperangah tidak menyangka. Pernyataan Angga sedikit menyinggung perasaannya; ucapan itu jelas bernada negatif. “Macam-macam yang gimana? Orang kami gak ngapa-ngapain. Kalau Bisma perhatian, ya, wajar. Lagian hubungan kami gak lebih dari teman, kok.” Kenapa Angga bisa memiliki pikiran seperti itu, seolah dia w
Read more
BAB 37 : MENGUPING
[Boleh minta pap mukamu gak, May?] Belum sampai satu jam mereka berkenalan dan laki-laki itu sudah berani meminta foto? Respect Maya pada Rudi hilang seketika. Mendadak dia ingin membatalkan pertemuan mereka kalau tidak mengingat janji dengan sang mama. Maya membalas dengan emosi yang mengalir di jari. [Emang buat apaan?] Tidak sampai semenit, pesan itu dibalas. [Siapa tahu ‘kan aku lupa mukamu. Kita udah lama gak ketemu.] Maya memutar bola mata malas, tidak percaya. Lupa muka, katanya? Tenang, Maya punya cara lain untuk mengatasi masalah itu. [Ya, nanti telpon aja pas udah di sana. Asal jangan berekspetasi lebih aja.] Kalau Rudi seseorang yang peka, seharusnya bisa mengerti kalau Maya risi. [Haha, santai aja,] ujarnya. Astaga. Maya tidak berminat sama sekali untuk melanjutkan obrolan mereka. Pesan di grup guru lebih membangkitkan keingintahuannya. [Mengingatkan kembali. Jangan lupa datang ke acara nikahan adik saya, ya, Bapak dan Ibu sekalian.] Bisma membagikan undangan da
Read more
BAB 38 : BUKU BARU
“Aku ….” Maya menggantungkan kalimat. Pasokan udara dalam rongga dadanya menyempit dan wanita itu melihat tatapan Angga sebagai sesuatu yang harus dihindari. “Maaf, tapi aku cuma mau ke kamar mandi.” Maya segera melewati Angga yang berdiri di ambang pintu. Mau tidak mau laki-laki itu harus menyingkir. Sesaat kemudian pintu tertutup dengan Maya dibaliknya. Maya memaksimalkan sisa-sisa napas yang tersisa untuk menenangkan diri. Wanita itu menggerutu dalam hati, tidak menyangka akan tertangkap basah begitu mudahnya. Apakah Angga sudah pergi? Maya tidak berani mengecek. Wanita itu berakhir dengan menjelajahi bagian kamar mandi Dira lebih dalam, menatap pantulan wajahnya di cermin. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Awalnya Maya mengira Angga sudah pergi dari kamar Dira. Tapi yang terjadi malah di luar dugaannya. Laki-laki itu berdiri persis di samping pintu kamar mandi. “Astaga!” Maya memekik. Hampir saja menabrak sosok tegap itu. “Ssstt ….” Angga mengintrupsi. “Kita sama-sama tid
Read more
BAB 39 : MALL
“Kamu di mana?” Panggilan baru tersambung kurang dari semenit dan Maya tidak ingin berbasa-basi. Wanita itu baru saja tiba di mall, malah sepuluh menit lebih awal dari yang mereka janjikan. “Aku masih di hotel. Emangnya kenapa, May?” kata sambungan di seberang sana. “Aku udah di tempat.” Maya menjawab. Tidak ingin dibuat menunggu, wanita itu mencari alternatif lain. “Ya udah, aku masuk duluan aja, ya. Kebetulan ada yang mau kubeli dulu.” “Oh, oke, May.” Laki-laki itu menyahut dengan nada ringkas. Jawabannya sudah cukup untuk membuat Maya memutuskan sambungan secara sepihak. Maya mengembuskan napas kasar sebelum memasuki mall. Wanita itu memikirkan barang apa yang akan diberikan pada Risti untuk pernikahannya. Berharap mendapat pencerahan, Maya masuk ke toko peralatan rumah tangga. Ada banyak barang berpasangan yang membuat hati Maya meringis. Wanita itu lalu menentukan pilihan pada mug keramik berpasangan dengan tulisan Mr. dan Mrs.. Hadiah simpel, tapi bermakna.Maya menjelajah
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status