MAU KAN, JADI MAMA DIRA?

MAU KAN, JADI MAMA DIRA?

Oleh:  Olia Safitri  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
62Bab
5.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Di dunia ini, hanya ada dua orang yang memanggil Maya dengan Lia. Pertama, jelas orang tuanya. Kedua, entahlah, Maya tidak ingin berurusan dengan orang ini lagi. Sampai kapan pun! Maya kaget ketika seorang anak perempuan memanggilnya mama. Bagai berkaca pada dirinya sendiri di masa kecil. Astaga! Bahkan wajah mereka berdua mirip! Tapi Maya lebih tahu dirinya belum menikah. Status itu sangat jelas tertampang di KTP dan tidak bisa dimanipulasi. Bisma bertanya-tanya, bisa jadi 'kan Maya kawin lebih dulu? Ini gila! Batinnya bergejolak. Maya marah, terjungkal, mengernyitkan dahi memikirkannya. Di tengah kebingungan itu, ayah si anak lebih membuatnya kaget. Apakah Maya telah melewatkan kejadian besar dalam hidupnya? *Arumanis2023

Lihat lebih banyak
MAU KAN, JADI MAMA DIRA? Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Mohammad
The story is nice
2023-04-28 00:54:09
1
user avatar
Shaif Oke
bgaus ceritanya...........
2023-04-26 16:37:19
1
user avatar
Olia Safitri
tolong kasih rate ges...
2023-04-01 00:12:59
0
62 Bab
BAB 1 : AKU BELUM MENIKAH!
“Aku belum menikah!”Maya menatap nyalang Bisma. Wanita dengan blouse biru muda itu sudah sampai puncak. Selain ketenangan yang telah dirampas orang-orang kantin yang bising, seorang anak kisaran lima tahunan telah mengguncang hidupnya.“Terus itu apa?” Bisma menunjuk anak kecil itu dengan dagu. “Mukanya mirip banget sama kamu, May!”“Mama?" ucap anak kecil itu, lalu memandangi wanita di sebelahnya.“Tuh, sampai manggil kamu mama, May." Bisma mencari pembenaran.Maya mengangkat kedua alis. Anak kecil itu tadinya tersesat dan tidak sengaja bertemu Maya. Oleh karena khawatir kenapa-kenapa, Maya membawanya ke kantin. Kebetulan di sana bertemu dengan Bisma dan berhasil mengacaukan makan laki-laki itu.“Dik, coba sebut lagi. Kamu tadi manggil tante ini apa?” Bisma kembali menunjuk Maya dengan dagu. Si objek pembicaraan mendesis. Sewot. "Sembarang banget, sih! Orang masih awet muda gini dibilang tante-tante!”Bisma tidak peduli. Dia kembali bertanya, “coba bilang, Dek. Tadi manggil apa?”“M
Baca selengkapnya
BAB 2 : LAKI-LAKI BERJAS MAHAL
"Dila bisa sendili, Ayah."Anak kecil itu menarik sendiri koper kecilnya dan menolak dibantu. Langkahnya terkesan ringan, berbanding terbalik dengan sang ayah yang tampak mengintimidasi. Laki-laki dengan setelan jas mahal itu baru saja melakukan penerbangan bersama seorang anak perempuan.Bisa dibilang keduanya adalah perpaduan timpang. Anak kecil bernama Dira itu sosok ceria, sedangkan ayahnya dipenuhi raut keras dan arogan.“Han, kami sudah tiba.” Laki-laki itu berbicara lewat telepon. Fokusnya terbagi karena Dira tertinggal lumayan jauh di belakang. Dijauhkannya ponsel beberapa detik, lalu menoleh. “Dira, perhatikan jalanmu.”“Baik, Ayah.” Dira segera mempercepat langkah dan berjalan mendahului sang ayah.Angga memasukkan ponsel ke saku celananya yang mengilap, baru selesai melakukan panggilan. Laki-laki itu telah menghubungi direktur PT. Maheswari tentang kepindahnnya ke Kalimantan. Sebuah rumah elite siap dihuni. Atas permintaan Angga, letaknya akan berdekatan dengan sekolah ya
Baca selengkapnya
BAB 3 : MENJAGA ANAK MANTAN
Maya menggelengkan kepala kuat-kuat. Wanita itu mengangkat tangan. “Saya keberatan!”“Saya enggak,” jawab kepala sekolah enteng. Maya mendelik. “Bapak aja! Bapak ‘kan nganggur di kantor!” balasnya tidak kalah enteng. Wanita itu mendapat pelolotan tajam dari kepala sekolah. Saking tajamnya sampai-sampai bisa menembus tulang punggung Maya. Bahkan tanpa bersuara pun, Maya dapat memahami kalimat yang dikatakan kepala sekolah; MAU SAYA POTONG GAJIMU, HAH?!TIDAK! Maya meringis. Kalah telak kalau begini caranya.“Saya aja, Pak!” Bisma mengacungkan tangan. Melihat keengganan yang ditunjukkan Maya membuat Bisma menjadi pahlawan kesiangan.“Enggak mau. Dila maunya sama mama!” Dira angkat bicara. Anak kecil itu meminta untuk diturunkan dari gendongan sang ayah, berlanjut dengan memeluk kaki Maya.Kepala sekolah yang tidak tahu apa-apa, hanya mengiya-iyakan saja. “Tuh, Nak Dira maunya sama mama!”Kenapa kepala sekolah malah ikut-ikutan manggil mama?!Sekarang Maya tidak bisa berkutik lagi. Dir
Baca selengkapnya
BAB 4 : STATUS PERKAWINAN
"Hah?""Mama udah gak sayang Dila, ya?" Maya bisa melihat bibir mungil itu melengkung ke bawah.Apa yang harus Maya lakukan? Menjawab? Wanita itu saja tidak tahu apa-apa.Sebagai gantinya, Maya memeluk gadis kecil itu. Bagi Dira, itu jawaban iya. Namun, tidak berarti apa-apa bagi Maya. Hanya pelukan yang menenangkan.Selebihnya mereka bercanda bersama dan menghabiskan camilan yang ada sambil menunggu ayah Dira tiba.Angga menepati janjinya dengan menjemput Dira dua jam kemudian. Ah, padahal nambah satu jam lagi tidak masalah bagi Maya.“Dila gak mau pulang, Yah!” Dira merapatkan badannya pada Maya, tidak mau melepaskan tangan wanita itu.Maya mengusap rambut Dira yang halus dan lembut. Menatap Angga dengan sorot kemenangan. “Ya sudah, biarkan aja dulu Dira main sama aku.”Dan Maya akan menghitung setiap detiknya untuk ditukar rupiah!“Ketemu mama besok lagi, Dira. Sekarang waktunya kita pulang. Ini jam tidur siangmu.” Angga berjongkok, memberikan pengertian pada Dira. Maya kembali berd
Baca selengkapnya
BAB 5 : MANTAN
"Siapa yang becanda, sih? Aku serius.""Ish!" Refleks Maya menelungkupkan wajahnya ke meja, merasa kepalanya dihantam batu besar. Dia masih belum bisa mencerna semuanya dengan baik. Sandiwara apa yang sedang dan telah dimainkan Angga?Angga mengangkat wajahnya sedikit hanya untuk bertanya. "Bis, guru-guru di sini dipilih langsung sama kepala yayasan 'kan?"Bisma mengangguk. "Iya, May.""Ish!" Maya ingin kembali menghantam wajahnya ke meja, tapi lebih dahulu ditahan Bisma dengan telapak tangannya."Jangan lukai wajahmu, May. Kita sama-sama tahu operasi plastik mahal. Penyok dikit keluar duit banyak." Bisma menasehati dan sukses membuat Maya menegakkan kepala.Bisma memperhatikan Maya dengan saksama. Wanita itu tampak lesu. "Kamu kenapa, sih? Kayaknya lagi banyak masalah."Maya pucat. Tidak ada darah yang mengalir di raganya. Suaranya melemah. "Kamu tahu 'kan rata-rata pendidikan guru di sini S2?"Bisma menganggu lagi. "Iya, tau. Tapi bisa juga sambil nyelesaian S2 kayak Salsa. Kalo aku
Baca selengkapnya
BAB 6 : MENUNGGU
"Ini gila."Maya masih memikirkan bagaimana cara menjalani hari esok. Tidak ada pilihan. Dia tidak ingin berurusan dengan Angga, pun tidak mungkin berhenti bekerja.Wanita itu sampai tidak dapat tidur semalaman. Berusaha keras bersikap tidak peduli, tapi malah berkebalikan. Semakin tidak dipikirkan malah kepikiran.Maya mengusap matanya yang berkedut. Dari berbaring ke kanan, memilih telentang. Film dokumenter seperti diputar di langit-langit atap."Hai, namaku Maya Amalia. Kita satu kelompok." Maya mengulurkan tangan pada laki-laki gemuk yang tengah termenung. Duduk sendirian di sudut.Laki-laki yang tadinya menunduk itu, mendongakkan kepala. Tatapan mereka bertemu, dan dia melupakan kesendiriannya. "Halo. Aku Angga."Maya mengangguk. "Aku tau. Aku liat papan namamu. Kita satu kelompok."Angga mengangguk singkat, lalu menundukkan kepala.Maya duduk di sampingnya, memperhatikan laki-laki itu dengan baik. "Salam kenal, ya."Angga tidak menyahut. Melihat timbal balik yang tidak sesuai me
Baca selengkapnya
BAB 7 : JEMPUTAN
"Mama ...!"Maya menggeliat tak nyaman. Wanita itu tengah bermimpi seorang anak perempuan memanggilnya mama.Diumur yang sudah kepala tiga, Maya juga ingin menikah dan memiliki anak. Dia iri. Semua kawan-kawannya sudah menikah dan hanya Maya yang tertinggal. Bahkan mantan yang tidak bisa dilupakan Maya pun sudah punya anak sekarang.Bukankah hidup Maya menyedihkan?Tapi dengan datangnya minpi ini dapat membuat sebagian diri Maya senang."Mama ...!"Anak kecil itu kembali memanggil dan Maya tersenyum mendengarnya."Lia!"Sebentar. Suara ini terasa akrab. Maya mengingat-ngingat. Di mana kira-kira dia pernah mendengarnya?"Lia, buka pintunya sekarang."Waduh.Sekarang Maya ingat.Wanita itu tersentak dari tidur. Matanya membelalak sempurna. Bangun secara tiba-tiba membuat jantungnya berdetak keras. Kepalanya juga ikut berdenyut-denyut.Ini hanya mimpi, tapi kenapa terasa nyata?Maya tertawa. Mimpi terkadang bisa sedemikian realistis karena stres. Tidak perlu risau. Maya hanya harus merile
Baca selengkapnya
BAB 8 : JADI PENGASUH LAGI
"Aku bisa jelasin." Maya dan Angga turun lebih dahulu. Mereka sedikit menjauh dari mobil agar Dira tidak mendengarnya."Silakan."Maya mengembuskan napas, mencoba meminimalisir gugup yang menciderai seluruh indra. "Aku gak sengaja ngasih Dira camilan itu. Lagian cuma sebungkus, apa artinya, sih?"Angga menatap Maya tajam. "Dia sudah saya didik bahwa makanan seperti itu tidak baik. Dira bukan anak-anak yang mudah percaya sesuatu."Maya ikut menantang tatapan Angga dan semakin memberanikan diri. "Satu bungkus doang sewot banget!""Ya. Tapi membuat candu. Sekali suka camilan-camilan seperti itu akan terus dicoba. Memangnya kamu mau tanggumg jawab?"Maya tidak ingin kalah. Wanita itu berkacak pinggang. "Lagian kamu dulu juga suka makanan begitu! Apalagi keripik kentang rasa jagung manis 'kan?!"Angga tertegun sekaligus menyesali sesuatu dalam hidupnya. Laki-laki itu memegang kedua bahu Maya, menambah keintensan keduanya. Mau tidak mau Maya mendongak untuk menemukan tatapan Angga."Jangan
Baca selengkapnya
BAB 9 : ADA APA DENGAN BISMA?
"Siapa, ya?" Maya menampaki laki-laki berjas polkadot itu. Tangannya menenteng plastik besar."Wow." Salsa berlagak membasahi bibirnya yang bergincu merah menyala. Wanita itu menatap penuh hasrat. "Han!" Dira berteriak riang. Anak kecil itu menghentikan aktivitas menggambarnya.Maya tercengang, mengamati Dira dan laki-laki itu bergantian. "Kamu kenal dia, Dira?"Dira mengangguk. "Han!"Han tersenyum, lalu membungkukkan sedikit badan. "Perkenalkan saya Han Fauzan, asisten Pak Angga. Saya ke sini mau membawakan pesanan yang diminta Pak Angga untuk Bu Maya."Hah? Pesanan apa? Perasaan Maya gak mesan apa-apa.Han menaruh plastik besar di tangannya ke atas meja. Sontak saja Maya dan Salsa menautkan alis heran."Apa isinya Mas Han?" tanya Maya. Han menjelaskan dengan senyumnya yang semakin ramah. "Jajanan sehat untuk Dira dan Bu Maya. Pak Angga tidak mau kalian memakan makanan yang tidak sehat lagi." "Keren, Mas Han," ucap Salsa dengan suara setengah berdesah. Wanita itu kagum, langsung
Baca selengkapnya
BAB 10 : MARTABAK
"Siapa tuh tadi? Kok pulang naik mobil, May?"Sesampainya di kontrakan, Maya malah bertemu dengan Ibu Neneng di halaman. Mata wanita berbadan subur itu memicing melihat kepergiaan mobil yang mengantar Maya.Maya menggigit bibir. Urusan akan menjadi ribet kalau Ibu Neneng ikut campur. Beliau adalah ketua julid di kawasan ini sekaligus pemilik kontrakan Maya.Maka, alangkah baiknya jika Maya menghindar saja."Maya mesan taksi online, Bu. Pagi tadi mau ke sekolah tapi motornya gak mau nyala."Ibu Neneng hanya ber-oh. Mengerti maksud Maya. Walaupun perkiraan umur sudah lima puluhan, beliau tetap melek perkembangan terkini.Harus dong. Kan beliau orang yang berpengaruh di sini."O, iya, Bisma sudah balik juga 'kah?" tanyanya kemudian.Bisma?Maya mengusap leher. Terlupa satu informasi kalau Ibu Neneng adalah orang tua laki-laki itu.Maya menggeleng. Kali ini berlaku jujur. "Enggak tahu sih, Bu. Tapi ini emang udah jamnya pulang sekolah."Ibu Neneng menggemeletakkan gigi lantas berkacak ping
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status