All Chapters of MAU KAN, JADI MAMA DIRA?: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
BAB 50 : PELANGGARAN
“Ada masalah, Lia?” tanya Angga, “Saya perhatikan hari ini kamu terus melamun ketika makan.” Mendapati komentar seperti itu membuat Maya mendongak. Wanita itu tidak menduga tindakannya begitu kentara, lalu tatapan mereka bertemu. Di gazebo tempat favorit mereka makan siang, Maya sudah tidak bisa lagi merasakan angin sejuk untuk meredam suhu tubuhnya yang meningkat. “Maaf,” ucap Maya lirih. Wanita itu berusaha untuk bertahan dalam tatapan Angga yang bagai palung mariana; begitu dalam, jauh, dan tidak dapat dijelajahi isinya secara penuh. Laki-laki itu menaikkan sebelah alis. “Maaf untuk?” “Ya masalah—” Maya tidak melanjutkan bicaranya lagi. Wanita itu tercekat. Jika dia mengatakan bahwa maaf itu untuk meminta pengampunan, bukankah itu sama saja mengorbankan diri secara sukarela? Wanita itu menggeleng pelan, mengalihkan perhatian pada makanan di depannya. “Enggak papa, kok. Lupain aja.” “Saya sudah lihat videonya.” Maya melotot, seketika berubah tegang. Tanpa diduga wanita itu m
Read more
BAB 51 : APA ADANYA
“Saya beri kamu penawaran. Kita lupakan pelanggaran kontrak dan kamu harus ikut saya ke acara amal, bagaimana?” Maya mengernyit. Bagaimana bisa pergi ke acara amal dapat sepadan dengan harga yang harus dibayar Maya? Bukankah ini terdengar mencurigakan? Wanita itu menunggu Angga melanjutkan bicaranya lagi. Tapi ternyata laki-laki itu sedang menanti jawaban. Maya berdeham, meski enggan, wanita itu tetap menatap Angga. “Tapi kenapa harus acara amal?” Bak pertanyaan tersebut dinanti-nanti, Angga tersenyum. “Pertanyaan bagus. Tentu saja ini bukan acara amal biasa, karena saya ingin kamu mendapatkan kontrak dengan perusahaan penyelengga.” Mata Maya membulat sempurna. Apa katanya? Mendapatkan kontrak? Bagaimana bisa wanita yang tidak tahu menahu soal urusan bisnis dapat melakukannya?! Angga pasti sudah gila! “Kenapa harus aku?!” ucap Maya tidak terima. “Aku gak ngerti yang begituan!” Angga menanggalkan dua kancing teratas kemejanya dan melonggarkan dasi. “Bapak Aryan Hanif adalah sese
Read more
BAB 52 : CINTA DAN AMBISI
“May, kamu udah liat videonya?” Arif menelpon tidak lama setelah Maya keluar dari ruang kerja Angga. Wanita itu duduk di pinggiran ranjang kamarnya dengan dahi berkerut. “Video apa, Rif?” Karena setahunya Angga sudah membereskan masalah itu. “Aku gak tau kenapa video sebelumnya udah gak bisa diakses, bahkan akunnya juga menghilang. Tapi sekarang Rudi bikin postingan baru.” Arif menjelaskan. Dia tahu Maya bukan tipe yang suka bersosial media dan selalu ketinggalan berita. “Rudi bikin ulah lagi?” kata Maya langsung ke inti obrolan. Kenapa laki-laki itu sangat gigih untuk menganggu hidupnya, sih? “Ya, bisa dibilang begitu.” Arif menjeda sebelum melanjutkan. “Tapi bisa dibilang ke arah yang positif, sih. Dia mengakui kesalahannya sama kamu, May.” Maya melotot, refleks menegakkan badan. “Maksudnya, Rif” “Ya itu, dia bikin video klarifikasi,” katanya dengan nada ringkas. Satu sisi, Arif sangat ingin tahu. “Emangnya Rudi habis kamu apain, May, sampe gitu? Kita ‘kan sama-sama tau si Rud
Read more
BAB 53 : BOLA
“Libur semester nanti kamu pulang ke Jawa?” tanya Maya pada Angga. Saat itu mereka berada di kelas sepuluh dan berangkat sekolah. Aktivitas yang akhir-akhir selalu mereka lakukan bersama. Mereka baru sampai di gerbang sekolah dan melihat siswa laki-laki sangat antusias bermain bola di lapangan. Apakah mereka tidak takut berkeringat dan membuat kelas berbau tidak nyaman? Aih, menurut Maya, mereka tidak keren sama sekali. Mereka berbeda dengan laki-laki di sampingnya yang selalu wangi. Maya jadi penasaran, parfum apa kira-kira yang digunakan Angga? Namun, pikiran gadis itu segera teralihkan ketika Angga menjawab pertanyaannya. “Mungkin enggak. Masih belum tau.” Maya melihat Angga dengan alis Maya bertaut heran. “Emang kenapa gak pulang?” Laki-laki itu sedikit melirik ke arahnya, lalu mengendikkan bahu. “Entahlah. Kayaknya karna takut disuruh-suruh selama liburan. Lagian libur semester paling cuma seminggu.” Maya tertawa. “Iya, sih. Aku setuju. Kalo liburan biasanya bakalan disuru
Read more
BAB 54 : MENCOBA KEMBALI
“Apa, sih, maunya Angga?!” Maya memijat pelipis, berakhir dengan sungutan kesal dan meninggalkan Angga dengan Bisma di koridor. Baiklah, sekarang Maya tidak peduli dua orang laki-laki itu dewasa itu akan bertengkar karena pikirannya telah terbawa arus lain. Segala tindakan Angga yang membuatnya merasa ‘dicintai’ membuat Maya pening. Apa sebenarnya motif laki-laki itu? “Mama kenapa?” Dira bertanya dengan raut khawatir, sedangkan Maya hanya menggeleng pelan. Wanita itu merasa tertangkap basah. “Mama gak papa, kok, Sayang.” Maya tersenyum pada anak kecil di sampingnya. Kalau sampai ditegur begini, berarti emosinya benar-benar menguar keluar, bukan? Anak kecil itu masih menatap Maya seperti mencari jawaban lain di sana. “Ayok, kita main lego blocks aja, Sayang.” Maya berusaha mengalihkan pembicaraan. Wanita itu mengambil tas Dira, lalu mengeluarkan isinya. “Yey! Dila mau buat lumah, Mama!” kata Dira antusias. Anak kecil itu kemudian mengambil beberapa blocks dan mulai membangun imaj
Read more
BAB 55 : PERASAAN
“Eh tau gak kalo Pak Angga ternyata udah punya pacar?” “Masa, sih? Gak percaya!” “Iya, sih, susah dipercaya apalagi katanya pacar Pak Angga itu guru.” “Astaga, makin gak percaya aku. Masa orang sekeren Pak Angga pacarannya sama guru. Mustahil banget!” Wanita dengan rambut kucir kuda itu mengambil lipstik dari tasnya, lalu melihat lawan bicaranya dengan heran. “Emang dapat gosip dari mana, sih? Ada-ada aja.” “Budi yang nyeritain. Dia bilang ketemu Pak Angga sama pacarnya di kondangan.” Wanita dengan rambut tergerai itu menjelaskan, sedangkan tangannya sibuk menyapukan bedak ke wajah. “Budi?” Ada nada tidak percaya di dalamnya. Senyum penuh ledekan dilemparkan pada kawannya itu. “Heh? Emang kondangannya anak siapa sampe Budi bisa satu tempat sama Pak Angga? Gila ngaco banget tau gak.” Wanita dengan rambut tergerai mengangkat bahu tak tahu. Terlepas dari benar atau tidaknya berita itu, dia tidak ingin terlibat terlalu jauh. “Iya, sih. Emang mustahil Budi bisa satu tempat sama Pak An
Read more
BAB 56 : KESUKAAN
“Kesambet, Pak?!” Han harap-harap cemas dengan keadaan Angga yang jauh dari kebiasaan. Laki-laki itu sudah bersiap memanggil dukun seandainya Angga memang tidak bisa diselamatkan. Sejak tadi atasannya tidak berhenti tersenyum dan tertawa sendiri. Han sadar tidak termasuk dalam fokus Angga. Tahu tidak dipedulikan, Han yang tadinya agak takut mendekat lekas berdiri di samping Angga dan menaruh dokumen secara sembarang di meja. Laki-laki itu memberanikan diri untuk mengguncang tubuh atasannya. “Pak Angga jangan gila!” “HAANN!” Angga menyorot dengan marah. “Apa yang kamu lakuin ke saya?!” Han mundur beberapa langkah, takut diamuki. “Ya saya kira Bapak lagi kesurupan. Salah siapa senyum-senyum sendiri kayak orang gak waras.” Angga membenarkan jasnya, lalu menghela napas dalam. Ungkapan cinta Maya telah menghinoptis membuat Angga tidak bisa berhenti memikirkannya. Meski masih diperhatikan oleh Han, Angga bersikap untuk tidak peduli. Laki-laki itu memilih menghadapi laptop dan memilih
Read more
BAB 57 : KECANDUAN
“Angga kenapa, sih?”Maya mengamati buket mawar di tangannya. Selesai makan tadi, Angga langsung kembali ke kantornya. Laki-laki itu juga tidak berbicara sepatah kata apapun, sehingga membuat Maya semakin bingung.Bunyi notifikasi di ponsel Maya sejak tadi tidak berhenti. Maya meletakkan buketnya di meja rias, kemudian menilik apa yang sedang hangat dibicarakan oleh orang-orang di grup guru. Ternyata tidak lain dan tidak bukan mengenai lomba yang akan dilaksanakan besok.Maya hanya menyimak, tidak berminat untuk bergabung. Seperti biasa Salsa yang paling banyak bersuara di sana.Lalu satu notifikasi dari pengirim pesan yang lain masuk ke ponsel Maya.Bisma pengirimnya.[May, besok kamu ikut lomba apa?] tanyanya.Maya mengetik apa adanya. [Belum tau, sih. Liat besok aja. Emang lombanya ada apa aja?]Tidak lama setelahnya Bisma mengirimkan susunan acara yang dilaksanakan besok. Agenda terakhir di jadwal adalah lomba-lomba yang dilakukan oleh siswa dan guru seperti tarik tambang, balap k
Read more
BAB 58 : LOMBA
“Wah, kalo masalah itu saya gak ikut campur, deh.”Salsa melihat Dira yang tadinya sudah berada di sekolah kembali lagi menuju parkiran. Sebelum sempat anak kecil itu berdiri di antara dua orang dewasa yang ribut masalah lomba, atau sebenarnya cinta, Salsa lebih dahulu menjauhkan Dira.“Dira sayang, ayok kita ke kantor. Mama sama ayah kamu lagi ada yang dibicarain sebentar. Kita gak boleh ikut campur masalah mereka, oke?” kata Salsa pada anak kecil itu, sedangkan Angga dan Maya saling diam."Kenapa Dila gak boleh ikut?" Salsa memutar otak, tapi tidak juga menemukan alasan yang tepat. "Pokoknya kita gak boleh ikut campur, Dira. Kita masuk lagi ke sekolah, ya?"Dira menurut saja ketika Salsa memegang tangan dan membawanya pergi. Kelegaan menyeruak dalam diri Salsa karena berhasil menyelamatkan Dira dari situasi yang benar-benar tidak terduga ini.“Kamu mengerti atau tidak perasaan saya, Lia?” Angga mengulang perkataannya.Suara berat itu menyapu pendengaran hingga dada Maya berdesir ha
Read more
BAB 59 : KAKI SATU
“Kamu ngapain di sini?!”Maya kaget bukan main. Wanita itu sampai melongo. Di sampingnya sudah ada Angga dengan setelan pakaian olahraga.“Saya mau ikut lomba, memangnya tidak boleh?” ucap Angga tanpa melirik Maya sedikit pun.“Bukannya gak boleh. Kalo itu, sih, terserah kamu. Tapi kenapa tiba-tiba banget?” Maya melipat tangan, menatap Angga penuh tanda tanya. “Lagian aku ‘kan udah bilang bakalan main sama Bisma.” Angga menghela napas dalam. Kali ini mereka saling bersitatap. “Apa kamu tidak mengerti mengapa saya sampai melakukan ini, Lia?”“Apa?” Maya semakin menantang tatapan itu lebih jauh, menelisik jawaban di mata laki-laki itu.Angga mengalihkan pandangan, lurus kehadapan. Ditatap demikian oleh Maya membuat debar jantungnya tak nyaman. Laki-laki itu berucap dengan tegas. “Saya cemburu. Puas kamu?”Maya terdiam. Tidak tahu harus bereaksi apa. Yang pasti, jantungnya berdebar akibat pernyataan blak-blakan itu.Angga pergi ke panitia, meminta tali pengikat. Tanpa meminta persetujua
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status