All Chapters of Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali: Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
10. Bidadari Kecil
Aku merapikan mejaku, menata buku-buku agar lebih rapi dan enak dipandang mata. Beberapa teman guru masih terlihat sibuk di meja mereka, mungkin masih harus mengoreksi tugas siswa. Untung saja tugasku sudah selesai jadi aku bisa sedikit bersantai sembari menunggu waktu pulang."Mau pesan makan siang nggak, Bu Shanum?"Aku mendongak dan mendapati Arga yang sudah tersenyum lebar di depan mejaku. "Nggak kayaknya, Pak. Saya langsung mau pulang. Terimakasih tawarannya."Sekali lagi aku melirik arloji yang melilit di tangan kiriku, masih ada 15 menit sebelum jam pulang dan aku merasa menit-menit itu berjalan sangat lama. Kenapa lama? Karena saat ini Arga duduk di kursi yang ada di depan mejaku. Aku kira setelah menolak tawaran makannya tadi dia langsung akan pergi tapi malah dia juga memutuskan untuk tidak jadi makan dan menunggu jam pulang di sini."Ini bagus nggak, Bu?"Aku sedikit memajukan tubuhku untuk melihat sesuatu di dalam ponselnya Arga. Di sana ada gambar sebuah pemandangan tebin
Read more
11. Santri Baru
'Untuk mendapatkan sesuatu yang kau ingingkan, kau harus sabar dengan sesuatu yang kau benci.'Begitu satu nasehat dari Imam Ghazali yang pernah aku baca secara tidak sengaja di sebuah akun media sosial.Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus sabar dengan segala proses yang ada dibaliknya, dan proses itu tidak selalu menyenangkan. Buah zaitun harus diperas sekuat-kuatnya agar menghasilkan minyak yang bermanfaat, benih harus dipendam dalam ruang tanah sempit dan gelap sebelum akhirnya dia tumbuh menjadi tanaman yang bermaanfaat. Begitu juga dengan proses kita menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.Aku sebenarnya cuma mau curhat kalau lagi melawan rasa malas untuk bangun di tengah malam ini. Di luar sedang hujan deras dengan petir yang sesekali menyambar. Bisa dibayangkan bagaimana nikmatnya bergelung di bawah selimut pas keadaan begini.Tapi ada sesuatu hal yang akhirnya mendorongku untuk meninggalkan selimut biruku untuk menuju kamar mandi bersentuhan dengan air yang
Read more
12. Simulasi Menantu
SHANUM"KANG ABAS!"Bukan namaku yang dipanggil, tapi suara keras itu berhasil membuyarkan konsentrasiku yang sedang setoran sama abah."Ayo ulangi ayat terakhir!" titah abah dengan nada setengah menegur.Aku memejamkan mata dan mencoba membayangkan ayat-ayat setoran pagi ini. Santri baru itu benar-benar harus ditakzir, berani-beraninya mengacaukan konsentrasiku.Alhamdulillah setelah sempat tersendat, aku berhasil menyelesaikan seperempt juz. Abah tidak komentar apapun hanya berpesan aku jangan sampai melalaikan murojaah, beliau langsung berdiri meninggalkan aku.Pagi ini lumayan cerah, tambah cerah lagi karena di dapur sudah ada dua iparku yang cantik-cantik sedang berkutat dengan bahan dapur agar menjadi makanan enak."Yah, gasnya habis." keluh Fadila ketika tiba-tiba api kompornya mati. "Minta tolong panggilin Mas Haris dong!" imbuhnya lagi saat mengarah padaku."Biar aku saja, Dil."Karena tadi aku lihat Mas Haris dan Mas Nadim sedang sama-sama sibuk, aku putuskan untuk mengganti
Read more
13. Konsultasi Hati
REYSHAKASelesai jaga pagi hari ini, tiba-tiba aku merasakan ada yang nggak beres dengan tubuhku. Sekujur badan terasa gatal merah dan panas, sakit tenggorokan juga agak nyeri di persendian sampai aku harus kembali terduduk ketika bersiap pulang. Sebenarnya gatal-gatal sudah sejak semalam, tapi kali ini semakin parah.Sebelum pulang seperti biasa opera jaga dulu dengan Mala dan yang lain.Masih sambil garuk-garuk, aku berpamitan namun Mala terdiam seperti ada yang ingin dia sampaikan tapi tertahan."Ada masalah?"Bukannya menjawab tapi Mala malah semakin gelisah. Aku melirik jam tangan, sebenarnya aku ada janji dengan Eca sore ini tapi sepertinya Mala juga butuh bicara. Eca juga jam segini masih tidur siang."Aku boleh tanya sesuatu, Rey?"Aku kembali duduk di kursi, "Nggak ada aturannya harus minta izin dulu, Mal! Sok atuh!"Mala tertawa sekilas, lalu tatapannya gelisah ke sembarang arah."Sejujurnya, udah lama aku ngerasa gelisah seperti ini, Rey, sejak masih kuliah mungkin. Aku uda
Read more
14. Buaya Alergi
REYSHAKATidak pernah masuk dalam rencana sebelumnya kalau malam ini aku harus tiduran di klinik. Mending kalau hanya tiduran biasa, ini ditambah selang infus juga oksigen.Tadi sore dari panti rencana mampir ke klinik dulu untuk minta obat gatal, dan rencana itu gagal karena tiba-tiba saja setelah sholat ashar tadi sensasi gatal dan panas semakin menjadi, bonus sesak nafas juga, sampai aku harus dipapah Pak Basuki ke klinik. Karena saking sesak napasnya, sepanjang jalan aku terus membaca kalimat tahlil, siapa tau malaikat izroil sudah mengintaiku."Gimana Rey, udah mendingan?" Mala melepas snelli nya lalu duduk di kursi yang ada di sampingku."Alhamdulillah udah! Makasih.""Syok anafilaktik kamu, terakhir makan apa? Atau punya riwayat alergi cuaca?"Aku sudah menduga, alergiku kambuh. Sejak semalam merasa gatal, pikiranku langsung tertuju pada momen sarapan indah di rumah Shanum. Kemarin abah langsung mengambilkan nasi ditambah lauk yang sebenarnya selama ini aku hindari. Telur puyuh
Read more
15. Dilema Sabtu Sore
REYSHAKA"kenapa kamu senyum-senyum, Rey? Menang undian?"Pandanganku dari hp teralih ke Mala yang sudah berdiri di depan meja kerjaku. "Lebih dari undian, sih!" jawabku tanpa menghilangkan senyum cerah, bersih dan bersinar.Mala tak lagi mengindahkan, dia menaruh satu kotak makanan di depanku. Aku meletakkan hp lalu mengambil kotak makanan itu."Ini dirimu yang masak, Mal?" tanyaku ketika membuka kotak makanan itu dan mendapati isinya lumayan menggugah selera."Beneran dirimu yang masak? Buatku ini?" Aku memastikan Mala tidak salah alamat, dan dia mengangguk. Alhamdulillah, rejeki anak kos.Sementara aku makan, Mala duduk terdiam mengamatiku. Sebenarnya ini makanan enak rasanya, mungkin efek aku habis sakit juga jadi terasa lebih enak, tapi aku harus merelakan untuk menutup kotak makan ini dulu dan menanyakan keadaan Mala, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu yang berat."Kenapa?"Mala menarik nafasnya, kemudian berdiri di samping jendela untuk mengamati kendaraan yang berlalu la
Read more
16. Ya Sudahlah
SHANUM"Jadi Om Master pernah naik helikopter?""Pernah Ca, waktu itu Om kerja di daerah yang sulit di jangkau, terus ada orang yang harus segera di periksa. Akhirnya Om diajak naik helikopter sama om-om TNI.""Seru banget, Eca juga pengin jadi dokter lapangan kayak Om.""Harus lebih hebat dong!" jawab Mas Rey.Aku menata buku-buku cerita yang berserakan sambil mencuri dengar Eca dan Mas Rey yang sedang bercerita. Terlihat sekali ekspresi bahagia dari Mas Rey ketika menceritakan pengalamannya."Kalau sering jadi relawan itu banyak manfaatnya, Ca! Kamu bisa membantu orang lain, bisa tau banyak tempat, bisa tau banyak bahasa daerah, bisa banyak teman juga." terang Mas Rey lagi.Eca terlihat sama antusias nya dengan Mas Rey. Melihatnya aku jadi ingat permintaan Rangga kemarin, apa aku tega membiarkan Mas Rey kehilangan pekerjaannya? Tapi aku juga nggak mau terus-terusan berinteraksi dengan Rangga.Dari hasil stalking ku, keluarga Mas Rey ada yang punya klinik, Om Nazril papanya Mas Rey j
Read more
17. Mengulang Sejarah
SHANUMTok.. Tok.. TokAku terkejut dengan bunyi ketukan kaca dari luar mobil, karena sibuk mendengarkan ceramah Mas Haris, aku sampai tidak sadar ada orang yang mendekat."Jangan pacaran di sini Mas! Menghalangi jalan!"Mas Haris membuka kaca mobil dan meminta maaf pada seorang lelaki yang merasa terhalang jalannya oleh mobil kita."Maaf ya Pak, saya pindahkan mobil sebentar. Lagian ini bukan pacar saya Pak. Ogah banget punya pacar dia. Haram!"Astaghfirullah, sempat-sempatnya ini Si Haris!Bukan hanya itu, suara klakson mobil yang di belakang juga bunyi terus seakan menggambarkan ketidaksabaran pengemudinya. Ya memang kita salah sih, berhenti di sembarang tempat."Cepetan Mas! Itu istri saya sudah tidak sabar!" ucap lelaki tadi dengan wajah takutnya."Iya Pak! Iya, Maaf!" jawab Mas Haris seraya memindahkan mobilnya dan pilihannya hanya maju, nggak mungkin mundur karena di belakang sudah ada mobil orang yang protes tadi.Lima menit berlalu dan ketika mobil bapak tadi sudah bisa lewat
Read more
18. Rumus Dari Papa
SHANUMHari yang panjang dan lengkap. Hari ini seperti permen nano-nano. Ramai rasanya. Mulai dari galau, kesal, rendah diri, malu tapi diakhiri dengan perasaan bahagia. Alhamdulillah, hatiku masih berfungsi dengan baik.Hampir pukul 10 malam aku dan Mas Haris baru pulang dari rumah penginapan keluarga Mas Rey. Beberapa jam di sana membuat aku tambah bersyukur, bahwa aku tidak salah mengambil keputusan."Mas, bangun! Udah sampai." Aku menggoyangkan lengan Mas Haris agar dia bangun karena kita sudah sampai di rumah. Kembaranku yang manja ini mengeluh capek alhasil aku yang menyetir sampai rumah."Alhamdulillah, udah sampai ya? Cepet amat.""Gimana nggak cepet, ngorok sih!"Mas Haris menyusulku keluar, "Ya mending tidur lah daripada menyaksikan orang senyum-senyum sendiri." jawabnya."Aku nggak senyum-senyum sendiri!""Siapa yang nyebut nama kamu? Perasaan sekarang kamu ini sensian deh orangnya! Harus langsung dinikahin aja." ujarnya tak mau kalah.Aku hendak membalasnya tapi urung kare
Read more
19. Jodoh Itu Cerminan
SHANUMPemandangan yang langka tapi akan terbiasa.Begitu aku membuka mata, hal yang pertama kali aku lihat adalah lelaki yang meringkuk di lantai beralaskan dua kain selimut di tambah satu kain sprei. Hanya ada satu bantal yang menopang kepalanya dan sarung yang dia alih fungsikan sebagai selimut. Jas yang semalam dia pakai sudah tersampir sembarangan di kursi.Dua menit pertama aku masih bingung dan terkejut, kenapa ada Mas Rey di kamarku, namun seketika rasa bersalah memenuhi hatiku ketika aku sadar bahwa dia sudah menjadi suamiku.Semalam aku tidak tau dia tidur jam berapa. Aku hanya ingat ketika dia masuk ke kamar dan mendekat untuk membaca doa, aku berusaha kuat menerima kehadirannya. Tapi ketika dia semakin mendekat dan mencium keningku, rasa itu tiba-tiba datang.Rasa takut, rasa terancam dan rasa sakit yang datang bersamaan membuat air mataku langsung keluar dengan sendirinya. Tubuhku juga otomatis bergetar mengiringi rasa takut itu.Aku menjauh darinya, hatiku ingin menerima
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status