"Mencintai itu tidak cukup dengan tidak melukai orang yang dicintai, tapi juga harus bersabar ketika dilukai orang yang dicintai" Nasehat yang cukup mengena untuk seorang wanita bernama Shanum karena dia dua kali terluka oleh seseroang yang ia cintai. Pertama, luka yang dibuat oleh mantan suaminya. Dan kedua oleh pria yang mengaku ingin jadi suaminya. Hidup dengan status janda tentu tidak mudah. Apalagi perpisahannya tidak baik-baik saja. Membuat dia menutup rapat hati untuk siapapun orang yang ingin mendekat. Namun ada seorang pria yang berbeda. Dia tengil, tidak bisa diatur dan pantang menyerah. Tiga kali Shanum menolak lamarannya, maka itu bukan masalah besar. Hingga akhirnya di lamaran yang ke 99 kali, Shanum mulai lelah.
Lihat lebih banyakAssalamualaikum..
Ini author kembali lagi dengan cerita anaknya Gus Nazril. Yang belum baca bisa baca dulu cerita Nazrilnya ya
Terimakasih ya semua buat vote dan komennya..
Wassalamualaikum..
🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊🐊
Senja..
Ketika dia datang, warna biru yang biasanya mendominasi langit akan bertransformasi dengan cantiknya. Bentuk siluet awan semakin terlihat menawan membentuk banyak objek, bisa berbeda tergantung sudut pandangnya. Gradasi warna yang ada di langit begitu sempurna menimbulkan kesan mendalam.
Yang aku tahu pemandangan langit senja itu yang terindah, tapi pagi menjelang siang ini langit tampak memukau. Cerah dan memancarkan warna biru yang begitu indah. Seharusnya aku ralat, bukan hanya waktu senja yang terindah, tapi langit selalu indah kecuali jika dia sedang berawan gelap. Ah tapi setelah berawan gelap pun langit akan tetap indah karena garis panjang dengan perpaduan warna cantik akan muncul, orang biasa menyebutnya pelangi.
Jadi kapan langit terlihat jelek?
Tidak ada.
Bagi dia yang suka cerah, pasti akan memandang langit di saat pagi, bagi dia yang suka senja, dia akan menikmatinya di kala sore dan bagi yang suka gelap, dia akan sangat menikmati langit dari balik jendela rumahnya. Langit selalu indah di mata orang yang tepat. Begitu juga dengan kita. Semua orang akan terlihat baik di mata orang yang tepat. Sebaik apapun kita, tetap tidak akan terlihat di mata orang yang membenci kita. Seperti kata Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, 'Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu.'
Prinsip itu yang sekarang aku pegang teguh, tidak peduli apapun penilaian orang, selama aku tidak merugikan mereka dan mereka tidak menyakitiku. Setelah badai panjang yang menghantam kehidupanku, aku dapat hikmah yang begitu banyak. Sudah lama aku kubur dalam luka hati itu. Aku pernah begitu sangat terluka hingga harus kehilangan orang terkasihku, umi. Sekarang tidak akan pernah aku biarkan siapapun menyakiti hatiku lagi.
Sekiranya ada yang membutuhkan bantuanku, dengan senang hati aku bantu, tapi sekiranya ada yang hanya ingin bermain-main dengan hidupku, tidak ada alasan lagi bagiku untuk berlama-lama bertahan, segera mungkin aku akan pergi jauh dari sumber penyakit itu.
"Bunda, Eca jatuh berdarah-darah!"
"Astagfirullah, mana Sayang?"
Segera mungkin aku menghampiri anakku yang jatuh. Kebiasaan buruk banget aku ini, nggak bisa dikasih suasana sendu dikit, bawaannya langsung melamun aja. Aku langsung meraih anak kecil berambut panjang yang sedang menangis itu. Segera mungkin aku tutup dahinya dengan kain agar darahnya tidak semakin banyak.
Dengan sikap tetap tenang aku menggendong Eca ke klinik yang ada di seberang jalan agar segera mendapat pertolongan.
"Mbak, tolong anak saya!" ucapku dengan kecemasan yang sudah penuh.
Perawat yang mengambil alih Eca sebenarnya melarang aku masuk tapi terpaksa diperbolehkan karena Eca memegang erat tanganku dan menangis hebat, meminta agar aku menemaninya.
"Bundaaa, sakit!" teriak Eca.
Eca walaupun badannya kecil tapi tenaganya luar biasa sehingga mengharuskan perawat yang tadi memanggil temannya untuk membantu mengamankan anak berusia enam tahun ini.
Satu perawat memegang kakinya, aku membantu memegang badannya sambil mencoba menenangkan sedangkan perawat yang pertama tadi membersihkan luka Eca.
"Eca katanya mau jadi dokter, nah sekarang belajar jadi pasien dulu!" kataku dan membuat Eca seketika berhenti menangis.
"Ini bukan belajar Bunda! Memang sudah jadi pasien!" protes Eca dan aku terpaksa menahan tawa, kalau tidak Eca pasti akan ngamuk.
"Ya sudah terima kenyataan saja sekarang! Jadi dokter kan masih panjang waktunya, sekarang jadi pasien dulu."
"Bundaaaa.. Malah meledek Eca!" protes anak itu lagi. "Ini kenapa juga om itu pegang kakiku! Bukan muhrim, Om!" teriaknya membuat perawat yang memegang kaki Eca jadi sungkan.
"Mahram Ca! Bukan muhrim, memang lagi naik haji?"
Aku terus berusaha memancing Eca, anak kesayanganku ini biasanya suka sekali kalau di ajak debat. Semoga bisa mengalihkan fokusnya sehingga perawat tidak kerepotan membersihkan lukanya.
"Siapa yang bilang boleh naik haji? Nggak sopan itu, Bunda! Masa Pak haji dinaiki?"
Kali ini aku tidak bisa menahan tawa, begitu juga dengan dua perawat tadi. Suasana yang sempat tegang akhirnya mencair.
"Yeay, Bunda ketawa duluan berarti Bunda kalah!"
"Iya, Bunda kalah!"
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga acara membersihkan lukanya, meskipun kali ini aku harus rela kalah debat sama anak ini.
"Gimana, Mbak?" Seorang dokter datang dan langsung melihat dahi Eca.
"Silahkan periksa, Dok! Lukanya tidak dalam tapi perdarahannya masih ada!"
Dokter tadi memeriksa luka Eca lalu beralih menatapku, cukup lama kita beradu pandangan. Walaupun setengah wajahnya tertutup masker, aku tahu kalau dokter itu tersenyum.
Tanpa pikir panjang aku juga membalas senyumannya, mengabaikan rasa kaget dan heranku kenapa bisa bertemu dengannya di sini setelah beberapa waktu.
"Ini anak siapa?" tanyanya.
"Anakku!"
Dia mengangguk dan kembali tersenyum. "Anaknya harus di jahit, nggak banyak. Dua jahitan cukup!" ucapnya sembari memakai sarung tangan.
"Terimakasih." ucapku dan beringsut mundur agar para petugas medis ini leluasa menangani Eca.
Dan satu hal lagi yang membuatku heran, Eca nurut banget apa kata Sang Dokter dan tidak banyak protes.
"Mengasuh anak itu tugas orangtua.Bukan ibu saja atau ayah saja.Bikinnya berdua urusnya bersama.Karena anak juga butuh figur ayahnya," Mas Rey langsung membuka sebelah matanya begitu mendengar nyanyian yang sengaja aku keraskan. Cengiran lebar muncul di wajahnya sejurus dengan matanya yang terbuka sempurna. Masih sambil cengar-cengir dia membuka selimut dan mulai mendekatiku yang sedang menimang bayi perempuanku. Bayi cantik ini sejak jam satu tadi tidak mau tidur dan sekarang sudah menjelang shubuh. Mas Rey mengambil alih anaknya kemudian aku langsung tak sabar untuk rebahan, rasanya pinggangku udah pindah tempat. Lebai sih ya? Sebenarnya aku nggak kesel kok sama Mas Rey, cuma pengin ngerjain dia aja kebetulan udah mau masuk waktu shubuh jadi biar dia bangun. Sekalian gantiin gendong sebentar juga sih. Memang capek dan pegel banget ngurus dua bayi sekaligus tapi aku sangat menikmati. Terlebih lagi ketika harus pindah ke rumah sendiri dan bayi cantik itu punya kebiasaan bangun
SHANUM "Penghapusan proses hukum seseorang yang sedang berjalan?""Apa Mas?" tanyaku lagi karena Mas Rey tak juga menjawab, dia malah sibuk menata baju-baju bayi."Mas?"Mas Rey menghela napasnya kemudian berdiri menghampiriku. Langsung saja dia mengambil ponsel yang sejak tadi menemaniku membunuh waktu.Tanpa bersuara Mas Rey menunjuk jam dinding di ruangan VIP ini. Aku hanya bisa tersenyum semanis mungkin agar dia tidak marah karena sampai jam satu malam ini aku belum juga bisa tidur."Tidurlah!" titahnya dengan nada final ditambah ekspresi serius yang membuat aku tak berani mendebatnya lagi. Mas Rey tidak pernah bersikap seperti ini, kecuali kalau memang dia sedang tidak ingin dibantah.Aku menarik selimut berwarna biru berlogo rumah sakit ini hingga sebatas leher, mencoba memejamkan mata. Namun, bukan kantuk yang aku dapat, malah matanya pegel. Aku kembali membuka mata dan mendapati Mas Rey yang masih duduk sambil menatapku. Akhirnya dia tersenyum kemudian melepas sandalnya dan i
SHANUM Rasanya merinding banget sore ini, antara haru, bersyukur, sedih, dan segala macam emosi lainnya. Terharu karena kali ini aku menyambut hari raya dengan penuh cinta dan berkah, bersyukur karena aku mempunyai keluarga baru yang penuh dengan kasih sayang, dan sedih karena lebaran tahun ini aku harus jauh dari abah dan tidak bisa berziarah ke umi. Sehabis sholat ashar aku berjalan beriringan dengan Azkia dan Mbak Alea menuju pemakaman keluarga Bani Ahmad, bukan hanya kami bertiga tapi semua keluarga yang ada di Semarang kini menuju kesana, untuk mengirim doa pada leluhur. Kecuali Si Master Jenggala yang harus kembali ke habitatnya. Astaghfirullah.. Entah berapa kali aku harus menyabarkan diri karena kesel sama Mas Rey. Bisa-bisanya dia mengambil pekerjaan ke luar kota. Mau melarang kok kayaknya Mas Rey seneng banget dapat ajakan baksos dari temannya, Tapi dibiarkan berangkat kok rasanya jadi seperti ini, seharusnya bisa menikmati malam takbiran dengan hikmat, kini malah jauh. E
REYSHAKA"Nah itu setelah sujud, sebelum berdiri rakaat kedua kita duduk dulu baca tasbih 10 kali, baru berdiri lagi kan?" Mama menjeda ceritanya karena tidak kuat menahan tawa, sampai keluar air mata."Bisa-bisanya dua bidadari nya Rey ini tidur, nggak ikut berdiri rakaat kedua terus bangunanya pas udah dengar imam ngucap salam, baru mereka ikut salam," lanjut mama masih dengan tawanya, malah kini seluruh manusia yang duduk di meja makan ini ikut terpingkal.Kecuali Eca dan Shanum, mereka berdua sama-sama manutup wajah dengan jilbab karena malu. Mama baru saja menceritakan kejadian menggelikan saat tengah malam tadi kita berjamaah sholat tasbih. Jarang-jarang aku melihat mama bisa tertawa sekeras ini."Jadi mereka berdua cuma ikut satu rakaat terus salam, Ma?" tanya ArshaMama masih berusaha menghentikan tawanya, membuat Eca semakin mendusel ke lenganku, begitu juga Shanum, dia sudah ndusel ke mama karena malu. "Iya, mereka cuma ikut satu rakaat, habis itu pede banget langsung ikut s
SHANUMAlhamdulillah..Kalimat syukur yang ingin rasanya aku ucapkan di setiap hembusan napas ini. Karena hingga detik ini, Allah sudah mengganti semua kesedihanku yang lalu dengan kebahagiaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.Alhamdulillah setelah beberapa hari yang lalu aku kembali harus absen menjalani puasa karena kondisi yang melemah, hari ini aku bisa kembali ikut melaksanakan kewajiban umat islam itu.Rasanya puasa kali ini semakin lengkap karena kehadiran Eca. Aku nggak pernah menyangka Mas Rey akan memberikan kejutan yang begitu indah dengan resmi mengadopsi Eca sebagai anak kami. Udahlah aku bingung gimana caranya berterimkasih padanya, emang beneran shableng. Dalam segala hal. Bahkan untuk hal peka dan kebaikannya pun bisa di sebut sableng karena saking luar biasanya.Hari ini alhamdulillah keadaanku sudah berangsur normal, jadi aku bisa ikut menghadiri acara buka bersama di pesantren Al Khadijah, tempatnya Bunda Syifa.Acara sore ini dihadiri hampir seluruh kelua
REYSHAKA"Jangan pakai body wash yang aroma itu!""Jangan pakai pomade kalau di rumah!""Jangan makan nasi goreng kalau mau pulang ketemu aku!""Jangan pakai parfum kalau mau peluk aku!"Nikmatnya punya istri yang lagi ngidam. Alhamdulillah.. Aku bangga!Permintaan-permintaannya yang kadang konyol membuat aku jadi serba salah, mau begini salah, mau begitu juga nggak bener. Aku menjauh dia nangis minta dipeluk, giliran udah dipeluk, ngomel-ngomel karena nggak suka aroma parfum ku, padahal ini parfum udah sejak lama aku nggak pernah ganti merk, sejak sebelum menikah malah. Baru sekarang dia protes.Atau kalau tiba-tiba aku lupa mandi pakai sabun yang udah dari jaman jahiliyah tersedia di kamar mandi, dia akan ngomel nggak berhenti. Nggak nyalahin juga sih karena ketika dia mencium aroma itu langsung muntah.Akhirnya aku Singkirkan semua, dan ajak dia ke supermarket, aku suruh dia milih aroma sabun yang dia mau, hasilnya? HAHA... Beli satu karton body wash yang katanya aromanya enak. Fe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen