Semua Bab Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa : Bab 21 - Bab 30
201 Bab
BAB 21
"Mana suami kamu, Sania?"Pertanyaan bernada sindiran itu langsung Sania dapatkan saat keluar dari kamar.Celosan dalam hatinya langsung mengeluh saat menyadari kalau ia bertemu dengan sang Tante. Padahal sejak tadi ia kalau mau keluar kamar mengendap-endap agar tidak bertemu tantenya ini.Ya pasti untuk agar tidak di tanya seperti ini."Belum berani pulang?" Lagi, tante Ayana menyindirnya."Lagi ada kerjaan mendesak, Tante," balas Sania bohong.Jangan tanya dirinya di mana Danu. Ia bahkan tidak bisa menelpon pria itu. Saat pulang dari restoran kemarin, Danu ternyata tidak kembali ke rumah ini. Saat di telpon ke Rumah mertuanya juga katanya tidak ada Danu.Karena tidak mau di recoki banyak pertanyaan oleh mertuanya, akhirnya Sania berbohong juga pada mertuanya kalau Danu sudah pulang.Mau tidak mau ia begitu. Nanti kalau ia bilang pada mertuanya Danu tidak pulang, bisa-bisa Bu Halimah ke sini dan membuat keributan dengan tantenya ini."Alesan!" desis Tante Ayana lalu beralih menatap t
Baca selengkapnya
BAB 22
Saat Yuda sedang repot mengurus mertuanya yang kini terbujur di bangsal rumah sakit, ia di telpon Simon, supir pribadi sekaligus sahabatnya."Kenapa, Sim? Saya lagi sibuk. Telpon nanti aja ya?" potong Yuda langsung ketika ia mengangkat panggilan telpon Simon.Ia sedang menandatangani berkas pembayaran administrasi agar mertuanya bisa segera di obati."Eh, tunggu dulu, Yuda. Saya ini di kota kamu. Nih, saya udah dekat dari rumah kamu."Yuda yang selesai menandatangani berkas itu terdiam beberapa detik."Gimana?" tanyanya kurang fokus."Haduh! Ini nih, saya lagi di kota kamu. Nih, saya sama Yanti di suruh bapa buat nyusul kamu. Katanya kamu gak pulang-pulang. Bapa dan ibu kangen katanya."Yuda menggaruk kepalanya mengurangi kebingungan. "Duh, saya gak di rumah, Sim. Saya lagi di rumah sakit," jelas Yuda."Kamu sakit?!" tanya Simon spontan."Ck! Bukan! Mertua saya sakit!" balas Yuda yang yakin ak
Baca selengkapnya
BAB 23
Akhirnya bapak bangun juga setelah hampir tengah malam. Sebelum siuman juga sudah di bawa ke ruang inap karena keadaan sudah mulai membaik."Bapak makan dulu ya?" kata Dinar sambil membuka rantang berisi makanan."Nanti aja, Nak," kata bapak.Yuda masuk keruangan membawa segelas teh hangat yang ia minta di meja jaga para perawat. Kalau di kantin, sudah di pastikan tutup.Diletakkannya pelan di dekat Dinar.Kini mereka hanya berdua. Ibu Tiara dan Sania sudah pulang. Yuda meminta Simon mengantar mereka. Pada awalnya Yuda menyarankan Dinar juga ikut. Tapi Dinar bersikeras tidak mau dan ingin menunggui bapaknya sampai sembuh."Nak, bapak minta maaf ya?" tutur bapak dengan suara lemah.Mata beliau menatap lurus ke depan seolah sedang menerawang sesuatu."Maaf apa sih, Pak? Gak ada yang perlu dimaafkan dan memaafkan," balas Dinar.Bapak menggeleng lemah. Kepalanya berperban tebal karena banyaknya darah yang k
Baca selengkapnya
BAB 24
"Ngomongin apa sih sama Bulan?" tanya Dinar kepo.Yuda yang baru selesai mandi menautkan alisnya mendengar pertanyaan Dinar yang terkesan ketus."Ada sedikit masalah aja. Saya yakin aja kalau Bulan bisa menyelesaikan masalahnya," balas Yuda sambil mengenakan pakaian.Dinar memonyongkan bibirnya dengan respon abu-abu dari Yuda."Mas kenapa sih sama Dinar gak mau terbuka banget," rajuknya.Rasanya Dinar selama ini tidak banyak tau tentang Yuda. Ia tidak tau pasti apa yang Yuda lakukan, dan lelaki itu selalu misterius bila ia bertanya."Bukan gak mau terbuka, Dinar. Cuma saya rasa belum saatnya saja. Saya bakal kasih tau semuanya kalau udah saatnya," terang Yuda mencoba menenangkan Dinar."Emangnya kenapa sih, Mas? Ada apa? Dinar gak amanah gitu sampai mas gak berani cerita apa-apa tentang diri mas ke Dinar. Kalau pun harus di rahasiakan, Dinar bakal diam tentang diri mas yang sebenarnya," keluh kesah Dinar.Yuda m
Baca selengkapnya
BAB 25
Sebuah pemakaman umum terbentang sepanjang mata memandang. Dinar berdiri di belakang Yuda yang sedang bersimpuh di samping sebuah nisan.Wajah sedih Yuda, bak mengisyaratkan pada Dinar kalau orang yang ada di dalam makam itu adalah orang yang paling berarti bagi suaminya itu.Nama yang ada di batu nisan itu sudah kebus. Bak nisan yang memang sudah cukup lama. Atau bisa juga karena nisan terbuat dari bahan kayu. Makanya tulisan tak tahan puluhan tahun "Dinar. Sini." Yuda memanggilnya dengan sedikit menoleh.Dinar maju dua langkah ikut berjongkok seperti Yuda."Ini mama kandung saya," kata Yuda. "Ibu mertua kamu Dinar," terangnya lagi. Yuda menatapnya lekat Dinar dengan mata yang berair. Dinar mengangguk kecil seolah mengisyaratkan kalau ia mengerti maksud Yuda."Assalamu'alaikum, Ma," sapa Dinar seolah ibu kandung suaminya itu masih hidup."Ini istri Yuda, Ma. Cantik ya? Dia kaya mama waktu muda dulu. . . ."
Baca selengkapnya
BAB 26
Sepulangnya Simon dan Yanti, Dinar jadi canggung masuk kedalam kamar. Ia melirik Yuda yang sibuk dengan tabletnya entah apa yang pria itu lakukan."Mas. Dinar mau lanjutin ngobrol yang tadi," kata Dinar mencoba memberanikan diri.Yuda mengalihkan perhatiannya dari tablet.Pria itu langsung mematikan tablet dan menepuk tempat di sampingnya mengisyaratkan Dinar untuk duduk didekat nya.Takut-takut, Dinar mendekati Yuda. Entah kenapa dirinya jadi tiba-tiba takut berdekatan dengan suaminya sendiri."Ibu terlibat apa dalam kasus kematian almarhum mamanya mas Yuda?" tanya Dinar berharap bukan hal yang fatal.Yuda hanya tersenyum singkat membalas pertanyaan Dinar. Ia merangkul Dinar agar merapat pada tubuhnya. Di sandarkannya kepala Dinar di bahunya."Bukan sesuatu yang penting," kata YudaDinar melirik wajah Yuda yang hanya menatap lurus kedepan. Sementara tangannya mengusap bahu Dinar lembut.Ia membenamkan
Baca selengkapnya
BAB 27
Lagi-lagi rentenir datang ke rumah untuk menagih hutang yang tak kunjung di bayar. Kali ini mereka lebih beringas."Bayar kalau tidak saya ambil barang-barang di dalam!" ancam pria bertubuh besar dengan otot kekar."Ampun, Bang. Jangan," mohon Bu Tiara bersimpuh."Abang-abang ini tolong dengarkan dulu. Kami tidak mengambil hutang itu, jadi kami tak punya kewajiban membayar," jelas Bapak berusaha menenangkan mereka."Banyak bacod! Gue gak peduli itu utang punya siapa! Pokoknya gue di suruh nagih sama Lo semua! Bayar sekarang!"Dinar berlari dari dapur mendengar keributan di teras. Ia menatap ngeri melihat beberapa laki-laki bertubuh besar ada di depan rumahnya. Apalagi melihat bapak ibunya bersimpuh meminta amun dan memohon.Dapat Dinar pastikan permasalahannya adalah uang. Ya, hutang itu.Cepat-cepat ia meraih hp menekan nama Yuda di sana."Mas, tolong!" jerit Dinar menatap ngeri keluar rumah.". . . .
Baca selengkapnya
BAB 28
"Tega kamu, Dinar! Tidak akan ibu ridhoi surga untuk anak seperti kamu!" teriak Bu Tiara menatap Dinar murka.Di rumah, amarah Bu Tiara meledak. Berhadapan dengan Dinar, ia berkata dengan sangat pasti tentang dirinya yang tidak akan meridhoi anaknya."Apa salah Dinar, Bu? Dinar bahkan tidak punya kendali apa-apa," balas Dinar dengan air mata bercucuran mendengar penuturan paling menyakitkan dari ibunyaHanya ada bapak di rumah ini selain mereka berdua. Yuda pergi bersama para preman ke rumah rentenir itu. Sementara Sania tidak ikut pulang dari rumah mertuanya."Kamu pasti memaksa Yuda agar menyuruh Danu mengakui itukan? Agar nama kamu bisa bersih! Nyadar gak kamu dengan itu kamu jadi menyakiti adik kamu?!" Nafas Bu Tiara turun naik murka dengan apa yang terjadi di rumah besannya."Demi Allah demi Rasulullah, Bu. Dinar sama sekali tidak mencampuri urusan hutang piutang itu apalagi meminta mas Yuda melakukan itu!""Bohong
Baca selengkapnya
BAB 29
Tidak mungkin untuk kembali ke Bali malam ini juga. Akhirnya Yuda menyewa hotel untuk malam ini saja.Yuda kembali dengan membawa dua porsi makanan. Saat tiba di kamar, ia melihat Dinar yang tampak sudah selesai sholat dan sedang berdo'a. Air mata merembes sembari mulutnya melafalkan do'a.Dirinya duduk di sisi ranjang menunggu Dinar. Ia tadi sholat di mesjid depan hotal sekalian mau membeli makanan.Tertusuk di hati Yuda saat dirinya berlalu kasar di rumah pada Dinar tadi. Mungkinkah Dinar sedang bersedih sambil berdo'a?"Ayo makan," ajak Yuda dengan suara pelan. Dinar tampak sudah selesai berdo'a dan melepas mukenanya. Dengan anggukan kecil Dinar mengikuti Yuda yang duduk tak jauh darinya sambil menyiapkan makanan mereka."Ini buat kamu," kata Yuda.Dinar terpaku. Ayam panggang dan sop!Ini kesukaannya.Dinar menatap Yuda. Entah hanya kebetulan atau memang lelaki itu mengetahui kesukaannya.
Baca selengkapnya
BAB 30
[Tolong pastikan Danu membuat video pengakuan itu ya, Bang Erwin. Pastiin juga di sebarkan.]Itulah pesanan Yuda padanya saat sebelum mengantarkan Yuda kembali seusai membayar hutang itu.Erwin adalah teman sekaligus bawahan dari orang tua angkat Yuda di Bali. Dulu sebelum memutuskan tinggal di sini, ia lama bersama Togar, yang biasa di panggil Yuda dengan sebutan bapa.Sebuah kehormatan bagi Erwin bisa mewujudkan keinginan anak dari sahabat sekaligus bosnya itu.Dengan memboyong anak buahnya, Erwin memimpin motor menuju sebuah hotel yang di kabarkan anak buahnya kalau mangsa yang sedang mereka buru ada di sana."Itu kamera baguskan? Jangan sampai gak bisa di pakai nanti," ujar Bang Erwin saat turun dari motor.Tak tanggung-tanggung mereka memboyong kameraman yang mereka kenal sebagai kameraman profesional untuk mengambil video yang diinginkan Yuda agar hasilnya sangat memuaskan."Tenang, Bang. Ini beneran mau syuting di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status