Lahat ng Kabanata ng Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa : Kabanata 11 - Kabanata 20
201 Kabanata
BAB 11
"Dinar kasian, Mas, sama keluarga Bu Asih," lirih Dinar di samping Yuda.Pria itu menghela nafas lalu menuntun kepala istrinya agar bersandar di bahunya."Kita sudah berbaik hati tidak menuntut mereka, Sayang. Tapi kita harus memikirkan tentang kenyamanan kita juga," terang Yuda. Usapan lembut dikepala Dinar makin membuatnya merasa betah bersandar di bahu suaminya ini."Kasian aja gitu. Pasti anak-anak Bu Asih nanti di bully di sekolah."Yah, memang bukan main viralnya video klarifikasi itu. Sebab melibatkan akun seorang selebgram yang ternyata kenal baik dengan Bulan.Orang-orang yang tadinya ingin menghujat Yuda dan Dinar, berbalik menghujat Bu Asih atas salahnya sendiri."Itu resiko. Ada beberapa hal yang perlu kita maafkan dari kesalahan orang lain. Dan ada juga yang harus kita beri pelajaran."Dinar mengangguk walau hatinya masih tidak nyaman. Pikirannya masih menerawang bagaimana nasib anak-anak Bu Asih nanti."Oh, iya. Masalah tabungan saya, nanti ya saya kasih. Soalnya tabun
Magbasa pa
BAB 12
Tak ada lagi alasan Bu Tiara untuk tidak mengizinkan Yuda dan Dinar sarapan pagi bersama. Sebab, uang yang digunakan adalah uang Yuda.Dinar mengambilkan makan untuk sang suami tercinta. Yah, mungkin sekarang rasa yang ada di hatinya sudah bertukar menjadi cinta dengan semudah itu. Bahkan rambut basah Dinar menjadi saksi percintaan mereka.Juga tidak bisa disembunyikan raut bahagia Yuda pagi ini. Karena setelah penantian beberapa hari, akhirnya ia bisa mendapatkan haknya."Mau lauk agak banyakan?" tawar Dinar.Beberapa kali Yuda selalu sarapan dengan lauk dan nasi seadanya. Bahkan beberapa hari lalu Yuda hanya makan nasi dan sayur karena lauk dibagi ibu dengan sangat tidak adil.Mentang-mentang Sania lagi hamil dan dia malas makan nasi, jadi lauknya dia semua yang habiskan."Secukupnya aja," jawab Yuda.Dinar tetap mengambilkan lauk yang banyak untuk Yuda. Karena bagaimanapun Yuda yang punya hak penuh untuk makanan ini. Masa dia dapat yang sedikit.Bahkan ibu dan bapak mengambil banya
Magbasa pa
BAB 13
Perkara hutang masih jadi permasalahan. Dan lagi-lagi keluarga Danu berkumpul di rumah ini atas permasalahan tersebut.Yang menjengkelkan, Danu tidak hadir karena mengaku ada dinas luar kota. Di telpon juga tidak diangkat-angkat. Hanya mengirim pesan memberitahu di mana dirinya."Perkara hutang itu gak bisa Sania dong, Ma, yang disalahkan. Lagian Sania gak ikut-ikutan mempersiapkan itu.""Bener, Ibu Besan. Gak bisa Sania. Lagian kami semua gak tau kalau Danu punya hutang sebanyak itu."Bu Tiara dan Sania mengeluarkan kalimat pembelaan."Saya juga gak tau kalau itu. Kan saya gak ikut-ikutan mempersiapkan semua itu." Bu Halimah malah lepas tangan."Ya gimana, Ma? Rentenir itu bakal balik lagi ke sini nagih hutang. Sania takut karena dia bawa bodyguard banyak," rengek Sania pada Bu Halimah.Lagi-lagi, Dinar yang memilih diam malah ikut kena semprot. "Gara-gara kamu! Kenapa juga harus bikin pesta yang mewah kayak gitu kalau
Magbasa pa
BAB 14
Saat Sania pulang bekerja, pandangannya langsung di sambut aktivitas Dinar yang sedang memakai masker wajah dan berselancar ria di online shop.Hati Sania kian dongkol melihatnya. Saat ia pulang dalam keadaan capek, bisa-bisanya Dinar santai-santai begitu."Pemalas banget sih! Kerjaannya cuma rebahan main hp aja!" hardik Sania sambil melipat kedua tangannya di dada."Sirik bilang," balas Dinar santai.Kini ia mencopot masker di wajahnya lalu meminum jus jeruk segar.Panas-panas memang paling top minum yang manis asem dingin."Sirik? Ya kali ya Mbak. Mending capek kerja dari pada mbak cuma mengharapkan uang suami. Gak ada mandirinya banget."Dinar memutar bola matanya malas. "Suami Mbak mampu menafkahi, kenapa mbak harus kerja?" balasnya."Mau sampai kapan kamu bergantung pada suami?" Suara sahutan bukan dari Sania."Kalau suatu hari suami kamu sakit, di ambil orang atau tiba-tiba selingkuh. Ka
Magbasa pa
BAB 15
"Hari ini kamu sepertinya tidak fokus."Yuda mendongak. Pak Anwar duduk di depan Yuda yang sedari tadi melamun."Maaf, Pa. Ada sedikit masalah," balas Yuda lalu meraih tablet yang Papa nya berikan."Sedang ada masalah dengan Dinar?" tebak beliau.Yuda hanya membalas dengan senyum simpul. Jarinya mulai fokus pada layar tablet itu melihat semua isinya dengan mata jeli dan otak yang berfikir keras menemukan jalan solusi."Pernikahan kamu dengan Dinar memang tampak tidak bisa berjalan baik ya? Kalian juga baru kenal saat menikah," kata Pak Anwar.Yuda mengalihkan fokus dari tabletnya. "Pernikahan kami berjalan baik, Pa. Aku dan Dinar menikmati saat kami saling melengkapi dan menjalani pernikahan itu," balas Yuda."Terus? Kenapa keliatannya kamu jadi banyak pikiran? Sejak awal papa beritahu masalah utama kita, kamu sama sekali tidak ambil pusing dan mengerjakannya saja. Tapi semenjak resmi menikah, kamu jadi sering tidak foku
Magbasa pa
BAB 16
"Mas Yuda kok makan sendiri?"Yuda mendongak saat suara sapaan masuk ke telinganya. Saat pandangannya melihat sosok yang berjalan mendekat kearahnya, ia kembali menatap pada makanannya."Iya. Soalnya yang lain udah pada tidur," balas Yuda.Makanan sederhana, sayur tumis sisa makan malam anggota rumah dan nasi putih."Mas Yuda pulangnya larut banget sih. Jadi udah pada tidur. Dinar juga udah tidur ya?"Yuda mengangguk saja sebagai balasan."Mau tambah lauk gak? Atau mau Sania masakin telor ya?"Sambil mengunyah makanan, Yuda menatap Sania. "Kamu mau buatkan makanan untuk tukang parkir seperti saya?" tanyanya tanpa ekspresi yang jelas.Menyembunyikan ekspresi kaget dengan respon Yuda, Sania tersenyum dan duduk di hadapannya."Emangnya kenapa? Buat Sania mas Yuda tuh baik. Kasian malam-malam gini mau makan, tapi istrinya malah ninggalin tidur," tuturnya lembut.Yuda tertawa pelan dengan penuturan
Magbasa pa
BAB 17
Dinar memasak sampai kewalahan karena begitu banyaknya daftar masakan yang harus ia masak. Sementara sang ibu, justru di ruang tamu sana sibuk berbincang dengan tamu jauh mereka.Ialah adik dan sepupu-sepupu ibunya yang tinggal di luar kota. Mereka mampir karena awalnya tidak sempat ingin menghadiri acara pernikahan."Gila sih ini. Masa di suruh masak sendirian," gerutu Dinar seorang diri sambil tangannya bergerak kesana kemari di dapur."Capek jadi ibu rumah tangga, Nar?" Dinar menoleh saat sebuah pertanyaan ditujukan padanya."Tante Ayana? Gak juga kok. Ini mah biasa," balas Dinar setengah berbohong."Lah ya makanya nikah sama yang pegawai negri biar bisa punya pembantu," celetuk beliau sambil berdiri di dekat Dinar. Tapi tidak ada niat untuk membantu.Gak salah sih ibunya dan Tante Ayana ini adik kakak. Mereka punya perangai yang sama."Udah bagus bakal nikah sama Danu, eh malah milih tukang parkir
Magbasa pa
BAB 18
"Kamu kok sedih begitu?" Yuda yang baru kembali dengan motor bututnya, di sambut Dinar yang melemparkan senyuman tipis.Dari sorot mata gadis itu, dapat Yuda lihat sakit terpendam."Gak apa-apa, Mas. Dinar baik," balasnya."Kayak banyak orang," kata Yuda saat suara riuh orang-orang yang berbincang di dalam terdengar sampai keluar."Iya itu. Keluarga ibu dari luar kota," jelas Dinar singkat. "Masuk yuk mas. Dinar udah masak loh," ajak Dinar.Yuda hanya mengangguk dan mengikuti langkah Dinar yang lebih dulu melewatinya. Saat melintas di ruang tamu, mata Yuda langsung menangkap banyaknya orang yang duduk di sofa. Bahkan ada anak-anak juga yang bermain kesana kemari dalam ruangan itu. Bekas makanan, bahkan kulit kacang berserakan di mana-mana. Sisa bungkus snack yang berhamburan plus isinya yang hanya tersisa berupa serpihan itu dibiarkan mengotori lantai."Ini suami kamu, Dinar?" tanya salah satu sepupu ibu Tiara
Magbasa pa
BAB 19
Saat keluar, ruang tamu sudah kosong. Memang katanya mereka semua mau jalan-jalan bersama makan-makan setelah barusan Danu pulang.Dan tentu saja mereka tidak mengajak Yuda dan Dinar."Maaf ya? Gara-gara saya kamu di jauhi sama keluarga," kata Yuda jadi tidak enak.Malam ini harusnya mereka makan malam dengan keluarga besar. Tapi sayangnya pupus karena mereka semua tidak mau mengajak Dinar dan Yuda.Katanya, nanti gak sanggup bayar makanan, dan malah nambah-nambahin beban."Dinar malah lebih suka kayak gini. Keluarga ibu itu hampir semuanya parasit, Mas. Nanti mereka minta bayarin Mas lagi."Dinar bersyukur. Ia tidak mau Yuda di manfaatkan. Liat saja, ia bertaruh mereka akan saling menyodorkan uang tagihan nanti saat makan malam di restoran."Jangan souzon, Sayang.""Gak souzon. Ih, mas gak tau aja. Tante Ayana mah gayanya aja kaya raya. Dia selalu nyuruh orang buat bayarin makanan. Bagus malahan, Mas, kita gak
Magbasa pa
BAB 20
"Mas kok malah bayarin sih?" protes Dinar saat mereka berada di parkiran yang lumayan jauh dari mallKarena padatnya jalanan di malam tahun baru ini membuat mereka terpaksa berjalan agak jauh."Dari pada berantem. Gak apalah," balas Yuda santai."Keenakan merekalah. Yang makan mereka, yang bayar Mas. Gak suka pokoknya!" gerutu Dinar.Yuda tersenyum tipis sembari memberikan helm pada sang istri."Jangan cemberut. Nanti cantiknya ilang," goda Yuda sambil menjawil dagu sang istri."Mas Yuda tuh gak usah terlalu baik sama mereka. Dinar sengaja gak bilang-bilang kalau Mas punya uang banyak. Nanti kalau mereka tau, bisa-bisa jadi bank tempat berhutang buat mereka," omel Dinar.Lagi-lagi Yuda tak mau mengambil pusing omelan sang istri. Ia meraih helm yang ada di tangan Dinar yang tak kunjung di kenakan oleh istrinya yang sedang merajuk iniDikenakannya dengan lembut helm tersenyum dikepala Dinar"Udah. Yuk! Pu
Magbasa pa
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status