Semua Bab Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku: Bab 21 - Bab 30
69 Bab
POV MIRA 2
“Mira.” Aku merasakan seseorang menyentuhku. Hangat. Mungkin aku sedang bermimpi. “Mira.” Lagi aku merasakannya. Suara itu, mirip suara Bu Santi. Aku membuka mata. Benar. Wanita itu ternyata menyusulku bersama Papa.“Bu.” Gegas aku bangun.Aku tak tahu kapan mereka tiba. Pasti mereka masuk menggunakan kunci lainnya yang ada pada mereka.Beberapa saat kami terdiam di ruang keluarga. Kami bertiga duduk di atas karpet yang sempat aku bersihkan sebelum kami duduki.Dari raut wajah Papa, aku melihat amarah. Pria itu pasti kecewa dengan apa yang terjadi padaku.“Mira, seharusnya kamu bijak dalam memutuskan segala sesuatu. Kamu itu sudah besar.” Papa berbicara sedikit keras padaku. Aku hanya diam mendengarkannya. “Bagaimana dengan Papa. Apakah dulu Papa bisa mengambil keputusan sendiri? Tidak kan?” Apa bedanya aku dengan papa. Papa dulu juga melakukan kesalahan. Bedanya aku perempuan
Baca selengkapnya
Titik
“Mas, Mira kok belum kelihatan , ya? Apa dia belum bangun, ya?” tanyaku pada Mas Doni yang sedang melipat sajadah yang baru saja dikenakannya. Kami baru saja menunaikan salat Subuh berjamaah, di musala kecil yang ada di dalam rumah. Tadi aku sempat ingin membangunkan Mira, tapi kuurungkan niat karena kasihan dan memberinya sedikit waktu lagi. Namun, hingga aku. Selesai menunaikan kewajiban salat, dia belum bangun.“Coba kamu bangunkan, San?”“Apa dia sudah salat di kamarnya, ya?” tanyaku lagi.“Lebih baik kamu cek dia, San. Khawatirnya dia belum bangun.”Segera aku melepas mukena yang  masih menempel di tubuh dan menggantungnya. Bergegas aku menuju ke kamar Mira.“Mir.”Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan. Padahal Azan Subuh sudah tak lagi terdengar. Matahari sebentar lagi, muncul. Tanda waktu subuh sudah hampir berakhir. Rencana, usai salat kami ak
Baca selengkapnya
Terang
“Mas.” Melihatku Mas Doni menghentikan aktivitas meneleponnya.  Aku memperlihatkan pesan Mira padanya.Pria itu lantas kembali menghubungi teman-temannya. Dia juga memintaku untuk mengambil tangkapan layar pesan Mira dan mengirimkannya padanya. “Kamu jangan khawatir, San. Sebentar lagi, polisi akan datang. Aku akan ikut mereka mencari Mira,” terang Mas Doni.Rasanya tak tenang kalau hanya menunggu di rumah. Aku meminta Mas Doni untuk membawaku serta. “San, kamu di rumah saja. Ini terlalu berbahaya.” Dia takut aku akan terluka. Apalagi Mira bersama Jodi. Pria itu pasti akan berbuat apa saja untuk mendapatkan yang diinginkannya.“Mas, aku mohon. Izinkan aku ikut.” “Tidak usah. Kamu tunggu saja di rumah.” Mas Doni memegang kedua bahuku.Aku meyakinkan pria itu kalau aku pasti akan baik-baik saja. Karena ada dia di sampingku.“Mas, di rumah sendiri, menunggu k
Baca selengkapnya
Demi Dia, Apa pun Rela
Mas Doni menggandengku. Sedangkan polisi yang bersama kami memimpin jalan.Tak berselang lama, sebuah rumah kayu terlibat. Seorang polisi menunggu kami. Bergegas kami menghampirinya.Dua orang polisi lainnya berpencar ke arah samping dan belakang. Sedangkan polisi yang bersama kami ke sisi lainnya.Aku dan Mas Doni menunggu bersama polisi bernama Mahendra di depan rumah itu.Argh!Teriakan Mira. Mendengarnya seketika tubuhku terasa lemas. Aku takut terjadi sesuatu pada gadis itu.“Mas.” Aku menatap Mas Doni yang berdiri di sampingku. Menggenggam erat lengannya.“Jangan takut, Mira pasti akan baik-baik saja.” Entah bagaimana pria itu bisa setenang itu. Padahal Mira adalah darah dagingnya.“San, kamu tunggu di sini, aku akan melihat ke sana.” Mas Doni melepas genggaman tanganku. Pria itu masuk ke rumah.Dari luar aku bisa mendengar beberapa kali suara tembakan terdengar. Bukan hanya itu, beberapa kali jug
Baca selengkapnya
POV MIRA 1
“Bu.” Wanita yang tak ada hubungan darah denganku itu, rela mengorbankan nyawanya untukku.Aku tak menyangka, orang yang kukira hadirnya akan merusak kebahagiaanku itu justru menjadi orang yang melindungi dan menyayangku. Padahal aku pertama melihatnya saja sudah begitu benci. Aku juga sering mengungkapkan kebencianku lewat kata-kata. Saat ini melihatnya terkapar dengan bersarang di punggungnya. “Tolong!”Papa berlari ke arah kami dengan seorang polisi. Melihat Ibu yang matanya terpejam, Papa terlihat ketakutan. Pria itu langsung menggendongnya.Dengan air mata berurai, aku mengejar mereka. Saat ini yang aku rasakan bukan sakit karena badan yang penuh lebam dan lecet. Akan tetapi, sedih melihat orang yang sempat aku benci ternyata justru melindungi.“Pa, Mira ikut,” tanyaku ragu ketika Papa hendak masuk ke mobil yang di dalamnya ada Bu Santi.“Masuklah Mira.” Aku masuk ke jok sama dengan I
Baca selengkapnya
POV MIRA 2
“Mira.” Akhirnya langkah polisi itu terhenti tepat di depan sebuah pintu kamar kelas satu.Aku tersenyum memandang pria itu. Tak lupa aku juga mengucapkan terima kasih padanya.Tanpa ragu, aku membuka pintu kamar tempat Ibu dirawat. Aku melihat wanita itu berbaring dengan wajah meringis. Pasti dia sedang kesakitan saat ini. “Mira.” Mimik wajah wanita itu seketika berubah melihat kehadiranku.Aku mendekat. “Bu.”“Syukurlah kamu dalam keadaan baik-baik saja.” Harusnya aku yang menanyakan hal itu, bukan sebaliknya. Erat aku menggenggam tangan wanita itu. “Bu maaf.” Seketika tangisku pecah. Aku mencium tangan yang terluka karena aku. “Karena Mira, Ibu jadi begini.”Aku juga memikirkan keadaan adikku itu. Pasti saat ini dia sedang bersedih karena Ibu tak berada di sampingnya.Lembut Ibu membelai puncak kepalaku dan berkata, “ibu tidak apa-apa Mira. Ini hanya l
Baca selengkapnya
POV MIRA 3
Sebelum belanja kami makan bersama di tempat makan yang menyediakan masakan padang. Entah mengapa aku ingin sekali makanan itu. Mungkin, ini yang dinamakan mengidam.Bukan hal baru lagi ketika ada orang yang memandang kehamilanku lalu saling berbisik. Aku sudah tak memedulikan hal itu lagi. Yang terpenting saat ini aku berusaha memperbaiki diri agar lebih baik lagi.Usai makan kami lantas menuju ke swalayan yang cukup besar di kota kami. Ibu membawaku baik ke lantai dua. Ibu hendak membelikanku beberapa baju karena memang kebanyakan baju yang aku miliki mulai tidak muat. Terutama pada bagian perut.Ketika melewati deretan gamis, aku berhenti. Ada perasaan ingin merubah diri. “Mir, ada apa? Kamu mau?” Ibu bertanya padaku.Perlahan aku mengangguk. Ibu memintaku untung mengambil sebuah gamis berwarna merah muda dan mencobanya.“Masha Allah, kamu cantik sekali, Mir.” Aku memandang diri pada cermin. Memang kelihatan s
Baca selengkapnya
Bukan Keinginanku
“Mbak ini siapa, ya?” Aku memandang wanita yang tak pernah sekali pun kutemui itu. Wanita cantik dengan wajah dan badan yang tampak terawat. “Saya, Sandra. Ibunya Mira.” Entah dari mana wanita itu tahu alamat kami. Aku juga tak bisa memercayainya begitu saja. Mas Doni tak pernah membicarakannya. Dia hanya mengatakan tak tahu di mana keberadaan ibunya Mira.“Mbak, bolehkan saya bertemu Mira?” Wanita itu kembali bertanya.Belum sempat aku menjawab, Mira sudah menghampiri kami. Sandra jalan begitu saja melewatiku dan memeluk Mira.Gadis itu tampak bingung. Dia memandangku, dengan mengangkat kedua alisnya, aku tahu maksud gadis itu. Aku menjawab dengan menggeleng.Mira melepaskan pelukan wanita yang mengaku bernama Sandra. Dia lantas memandang wanita di hadapannya. “Maaf, Ibu siapa, ya?”Sebelum mendengar jawaban wanita itu, aku terlebih dahulu memintanya untuk duduk di ruang tamu. Rasanya tid
Baca selengkapnya
Hal tak Terduga
Setibanya di dapur, gegas aku menghapus air mata. Tak tahan melihat mereka. Sungguh menyedihkan. Hanya karena keadaan keduanya terpisah. Setelah sedikit lega, aku membuatkan teh hangat untuk wanita itu lalu kembali ke depan. “Silakan diminum, Mbak.” Aku meletakan cangkir ke atas meja lantas duduk di sofa yang berbeda dengan Mira. Sengaja aku melakukannya agar mereka memiliki sedikit ruang untuk melepas rindu. “Ibu tahu Mira ada di sini dari mana?” Sandra memandangku dan Mira bergantian. “Suami Ibu.” Sandra menjelaskan kalau suaminya ikut menangani kasus Mira. “Dari suami ibu pula, ibu tahu keadaanmu, Mir.” Aku terbelalak mendengar penjelasan wanita itu. Berarti selama ini keluarga Sandra dekat dengan kami. “Maaf, Mbak. Kalau boleh tahu, nama suami Mbak siapa?” Aku coba memberanikan diri untuk bertanya daripada penasaran. “Yuda.” Deg! Lagi-lagi wanita itu mengejutkanku. Ternyata suami wanita itu tak lain adalah teman Mas Doni sendiri. Harusnya dia tahu keberadaan ibunya Mira. En
Baca selengkapnya
Perjodohan
Bukan Sandra yang keluar dari mobil, tapi Pak Yuda. Pria itu keluar lalu membuka pintu di sebelah kemudi. Aku begitu terkejut ketika dia membantu Mas Doni turun. Entah apa yang terjadi pada suamiku itu. Aku segera berlari mendekat. Melihat dari ujung kaki hingga ujung kepala. Celana yang dikenakan Mas Doni robek. Ada noda darah di sana. “Bu Santi, biar saya jelaskan di dalam,” kata Pal Yuda. Pria itu memapah Mas Doni masuk. Ketika hendak menyusul, mobil lain memasuki halaman. Mobil Mas Doni. “San.” Ternyata Sandra yang mengemudikan mobil Mas Doni. Aku langsung mempersilakannya untuk masuk. “Terima kasih, San, tapi kami mau langsung pulang. Sudah malam, Doni juga butuh istirahat.” Bersamaan itu, Pak Yuda juga keluar. Mereka langsung pamit pulang. Tak lupa, aku mengucapkan terima kasih pada mereka. Usai mengantar kepergian mereka, bergegas aku masuk untuk melihat kondisi Mas Doni. Pria itu sudah ada di kamar dengan Mira berada di kamarnya. “Papa kenapa?” tanya gadis itu. “Papa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status