All Chapters of Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Kenapa?
Suasana seketika berubah menjadi panik. Mira tergolek di lantai dengan tangan yang berlumuran darah. Gadis itu melakukan apa yang tak seharusnya dilakukannya. Pak Yuda segera mengecek keadaan Mira. Sedangkan aku hanya bisa termangu melihat kondisi gadis itu. Rasa takut menyelimuti diri. Sandra tak henti-hentinya menangis. Dia merutuki diri karena telah meninggalkannya. “Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Tanpa pikir panjang Mas Doni dan Pak Yuda menggendong tubuh Mira keluar. Aku segera mendahului mereka untuk menyiapkan mobil. “San, kamu duduk di belakang. Biar aku yang mengemudikan mobil.” Aku memenuhi permintaan Mas Doni. Aku naik di jok belakang, setelahnya Mas Doni dan Pak Yuda memasukkan Mira. Aku meletakan kepala gadis itu dalam pangkuan. “Aku ikut,” pinta Sandra. Pak Yuda lantas meminta istrinya untuk masuk ke mobil mereka. Mereka berdua mengikuti di belakang kami. Aku memandang wajah Mira. Pucat. Rasanya ngilu ketika melihat darah di tangannya. Entah apa ya
Read more
Zaka
“San, kami jangan khawatir. Aku akan mengurus segalanya." Mendengar Mas Doni akan mengurus masalah Zaka, aku merasa tenang. Tentunya, dia akan mengurus pria yang mengancam Mira itu bersama Pak Yuda. Aku kembali melakukan aktivitas walau pikiran masih tak tenang. Mengingat stok bahan makanan di dalam kulkas menipis, aku keluar untuk berbelanja di warung yang berada tak jauh dari rumah. Shakira juga kebetulan sedang tidur. Jadi, tak masalah bila aku meninggalkannya sebentar. “Bu Santi katanya, Mira anu, ya?” Ketika keluar rumah banyak pertanyaan yang aku dapatkan dari para tetangga. Hal itu membuatku jengah. Beberapa dari mereka menyalahkan Mira. Mereka menganggap gadis itu terlalu liar. Beberapa juga menyalahkan orang tuanya yang kurang menjaga. “Bu Santi, katanya Mira coba bunuh diri, ya?” Perkataan Bu Devi membuatku terkejut. Entah dari mana wanita itu tahu. Dengan tatapan mata masih tertuju pada sayuran yang sudah mulai layu, aku menjawab pertanyaan wanita itu. “Tahu dari mana
Read more
Pertemuan dengan Angga
Suasana seketika berubah hening. Sandra yang baru saja mendapat panggilan telepon justru kembali pada posisinya. Aku yang penasaran, menghampiri wanita itu dan bertanya, “San, apa yang terjadi?” Wanita itu menghela napas berat. “Mereka sudah mendapatkan Zaka. Pria itu mengakui apa yang sudah dilakukannya.” “Terus bagaimana keadaan Mas Doni? Aku tadi tak sengaja mendengar kamu menyebut namanya?’ Aku berbicara pelan, takut Mira akan mendengar. “Doni dan suamiku sedang mengurus segalanya. Kamu istirahat saja.” Sandra memejamkan matanya. Aku masih belum bisa tenang, bila belum melihat Mas Doni pulang dengan selamat. Aku lantas duduk di kursi yang ada di samping ranjang Mira. Karena memang aku belum bisa memejamkan mata. Pandanganku tertuju pada Mira. Gadis malang yang terjerumus dalam tak keberdayaan. Sesekali aku melihat ponsel. Menanti kabar Mas Doni. Aku sempat menghubungi, tapi ponsel pria itu mati. Bisa jadi kehabisan baterai. Malam itu, aku merasa begitu panjang. Beberapa ka
Read more
Bersatunya Dua Keluarga
Pagi menjelang siang, aku duduk di ruang tamu, karena semua pekerjaanku telah beres, belum waktunya juga untuk menjemput Shakira. Jadi tak ada salahnya untuk duduk leha-leha sebentar. Suasana rumah sangat sepi waktu itu, Mira juga sedang izin sebentar untuk membeli sesuatu di mini market yang berada tak jauh dari rumah. Akhirnya untuk melepas sepi, aku memilih menyalakan televisi. Mencari acara reality show. Lama-lama, aku merasa bosan. Hingga aku memutuskan untuk keluar.Aku memandang bunga-bunga yang ada di halaman. Semua masih terlihat rapi dan cantik. Tidak ingin tinggal diam, aku mengambil pot-pot kosong yang berada tak jauh dariku. “Bu.” Baru saja hendak memasukkan tanah ke dalam pot, Mira memanggil. Gadis itu berdiri tak jauh dariku dengan tangan kanan memegang kantong berwarna putih dengan logo mini market tempat dia berbelanja.“Mir, kamu sudah pulang?”Mira menjawab pertanyaanku dengan anggukan.“Bu, ada yang ingin Mira Biracakan.”“Bicaralah,” jawabku seraya memasukkan t
Read more
Video Viral Istriku
“Mas, nanti malam kamu mau aku masakin apa?” “Terserah kamu aja.” Aku meraih tas yang dipegang wanita yang disebut istri itu. Dia memang istriku, tapi tidak dengan hati ini. Tak ada tempat untuknya. Pernikahan kami sudah menginjak usia satu tahun, tapi tetap saja tak ada rasa di hati. Dulu, aku sempat menolak ketika Mama Sandra, ibu angkatku, meminta untuk menikahi putrinya. Wanita bernama Mira saat itu sedang mengandung, dengan status masih gadis. Wanita yang sudah merawat hingga aku dewasa itu mengiba, memintaku untuk menolongnya sebagai ganti atas apa yang selama ini dia lakukan padaku. Wanita itu juga mengatakan, seiring berjalanya waktu rasa cinta akan datang dengan sendirinya. Nyatanya tidak. Akhirnya aku menyetujui permintaan mama angkatku. Kami menikah ketika janin dalam kandungannya sudah tumbuh menjadi bocah kecil berusia satu tahun. “Papa.” Bocah dalam gendongan Mira merentangkan tangan padaku. Aku meraihnya. Sejenak aku menggendong bocah yang bernasib sepertiku tak me
Read more
Pembantu
Bab 2“Aku pernah melihatnya di dekat rumah Angga.” Mati. Jangan sampai mereka tahu kalau itu adalah istriku. Mau ditaruh di mana mukaku ini. Argh! Wanita itu sungguh memalukan. “Kamu salah kali.” Aldo memandang Heri. “Bener. Aku lihat dia waktu mau ke rumah Angga.” Mendengar hal itu aku panik. “Dia tetanggamu ya, Ngga?” tanya Aldo “Kamu kenal enggak, Ngga?” tambah Soni. Lekas aku menggelengkan kepala. Tak ingin mereka tahu yang sebenarnya, akhirnya aku berkata, “dia pembantuku.” Hah! Gila! Itu yang dikatakan teman-temanku. Mereka juga menanyakan, bagaimana bisa aku kenal dengan Mira dan memperkerjakannya. Aku berdalih pada mereka, karena pria-pria itu tak mau bertanggung jawab, Mira bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk menafkahi putranya. “Mau dong kapan-kapan aku berkenalan dengan gadis itu.” Hah! Entah apa yang hendak dilakukan Soni. Pria itu benar-benar gila. “Mau apa, Lo?” Heri tertawa mendengar pertanyaan Soni. “Mau gua nikahin.” Dua orang lain tertawa mende
Read more
Kain Lap
Sudah pukul empat sore, Mas Angga belum juga pulang. Beberapa kali aku menghubunginya pun tak ada jawaban. Harap-harap cemas, aku menunggu kepulangannya. Beberapa kali aku berpikir, bila Mas Angga akan pulang sebentar lagi. Iya, sebentar lagi yang ke sekian kali aku menunggu.Lelah, akhirnya aku memilih duduk di ruang keluarga. Dengan harapan pria itu akan segera pulang dan kami bisa bersama ke rumah Mama Sandra untuk makan malam di sana.“Zahir, kalau main hati-hati.” Aku menatap putraku yang sedang bermain mobil-mobilan tak jauh dariku. Sesekali bocah itu berdiri menyentuh barang-barang yang ada. Hal itu membuatku takut barang-barang itu jatuh menimpanya.Drrt! Drrt!Ponselku tiba-tiba bergetar. Tanda sebuah panggilan masuk. Segera aku meraih ponsel yang ada di atas meja kaca. Berharap panggilan tersebut dari Mas Angga. “Ya, Ma.” Ternyata Mama Sandra yang menanyakan aku sudah sampai mana. Di situ aku merasa bingung harus menjawab apa. Beberapa kali kami sudah tak datang memenuh
Read more
Pura-pura
“Mas, kamu sudah pulang?”Aku tak menjawab pertanyaan istri jalangku itu. Pertanyaan yang tidak penting. “Kamu sudah makan, Mas?” Aku mengangguk lalu bergegas menuju kamar. Rasanya muak melihat wajah wanita itu. Badanku terasa lelah usai keluar bersenang-senang dengan teman-temanku. Kami berkaraoke untuk melepas penat. Mereka bertiga sungguh luar biasa. Mempunyai semangat yang membara. Hingga larut malam, kami baru pulang.Setibanya di kamar, aku bergegas mandi. Selain badan sudah terasa lengket, rasa kantuk, sudah tak tertahankan lagi.Keluar kamar mandi, aku mencium aroma segar jahe. Benar saja, di atas mejaku ada secangkir susu hangat. Aku memilih mengabaikannya. Aku tidak ingin wanita besar kepala kalau aku meminumnya. Apalagi setelah mengingat kejadian pagi tadi. Sungguh memalukan.Gegas aku mengambil sebuah kaos dan celana panjang berwarna hitam. Setelah memakainya kurebahkan diri, bersiap untuk tidur. Namun, baru saja hendak memejamkan mata, ponselku bergetar.Aku bangun unt
Read more
Aku bukan Jalang
Pov Mira Aku menikmati udara segar di halaman bersama Zahir. Bocah kecil itu, asyik mengayuh sepeda roda tiga pemberian Mama Santi, sebagai kado ulang tahun kedua. Jagoan kecil itu, tertawa ketika aku berlari dan berhenti di hadapannya untuk menghadang. Ketika berhasil menangkapnya, kuhujani bocah kecil itu ciuman. Kami tak hanya berdua, pagi itu. Ada Mama Sandra dan Mas Angga yang duduk di teras. Mama, datang pagi tadi. Rindu dan khawatir mendengar Zahir sakit, menjadi alasan utama. Sedangkan Mas Angga, tidak berangkat kerja karena tak enak badan. Sejenak, aku menatap mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan. Tak berselang lama, Mama Sandra berdiri dan berjalan menghampiri kami. Sedangkan Mas Angga, tergesa masuk dengan pandangan fokus pada ponselnya. Sepertinya ada hal penting atau, karena Naura. “Zahir.” Mama mendekati putraku itu. Melihatnya, aku pamit untuk menyusul Mas Angga. Aku beralasan ingin tahu keadaan pria itu. Sebenarnya, aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya
Read more
Permintaan Mama
Pov AnggaSemalaman pikiranku berkecamuk. Rasa benci membuatku mengatakan hal buruk pada Mira. Sungguh, aku tidak tahan dengan semua yang terjadi. Terutama, kesalahan menikahinya. Berada dalam satu kamar dengannya, bukan berarti aku akan menyentuhnya. Kami tak tidur di ranjang yang sama, Mira tidur di lantai. Jijik rasanya bila dekat dengan wanita itu. Tengah malam, aku terjaga. Samar aku mendengar suara isak tangis. Mira. Itu artinya, wanita itu menangis semalaman. Tega tak tega, memang itu kenyataannya. Tak bisa tidur kembali, aku meraih ponsel yang ada di dekat bantal. Ada banyak pesan dan panggilan. Dari Naura. Seperti biasa, dia tak bisa tidur. Aku tak membalas pesan Naura. Mungkin saat ini dia sudah tidur. Apalagi tak ada tanda dia sedang online. Kembali kuletakan ponsel ke samping bantal. Bersamaan itu ponselku menyala, ada panggilan masuk. Ponsel memang kusunyikan agar tak mengganggu suara deringnya. Naura. Sejenak aku melirik Mira. Suara isaknya masih terdengar. Akhirn
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status